Para pasukan iblis yang dipimpin oleh delapan jenderal perang dari delapan lantai bergerak menyerang. HWAAARRGGGH!!!Teriakan keras bersamaan dengan suara dari ratusan ribu langkah kaki yang menghentak ke tanah terdengar menggema ke seluruh penjuru medan perang. Mereka berlarian menuju ke arah pasukan aliansi Yawadwipa. Berbagai jenis senjata telah mereka hunusan. BUNUH MEREKA SEMUA!!!Ucap salah satu dari jenderal iblis itu. Di sisi lain, Jayabhaya mengangkat tangannya ke atas. Ia memerintahkan untuk menghujani mereka dengan ribuan anak panah. Semua busur telah mengacung ke arah atas. Ribuan anak panah ditembakkan tanpa tahu siapa targetnya. Hujan ribuan panah pun menumbangkan beberapa iblis dan membuat formasi mereka berantakan. "Pimpin pasukanmu dan giring mereka ke arah kiri. Dan kau, giring mereka ke sisi kanan," ungkap Jayabhaya. Mahapatih Arya Wisungsang segera melaksanakan perintah dari jenderal tertinggi di aliansi Yawadwipa. Ia membawa pasukan Sundapura menuju ke sisi k
Tangan pucat yang hanya berupa daging yang telah membusuk itu melepaskan lubang hitam pekat ke arah Raka. Energi sebesar itu telah dilemparkan dan membuat beberapa pilar yang dihantam olehnya terhisap dan hancur berantakan. Bahkan barisan lantai marmer pun terkelupas dan terangkat ke atas, semuanya terhisap masuk ke dalam lubang hitam itu. Ki Demang yang melihat energi sebesar itu mengarah ke mereka segera berdiri di depan Raka. Ia menggunakan busur Gandiva dan memanggil Brahmastra. Ki Demang menarik tali busur dan berbisik memanggil pusaka Dewata itu. Brahmastra adalah senjata mematikan milik dewa Brahma yang daya hancurnya setara atau lebih besar dari ledakan satu bom atom. Ketika Ki Demang melepaskan anak panah itu, raja Samraha yang terlihat semula diam saja dan duduk manis di singgasananya, tiba-tiba menyerang Ki Demang dengan melemparkan tombak miliknya. "Dasar picik! Kau ingin membunuh asistenku?!" Raka yang melihat tombak milik Samraha segera menggunakan pena peminjam bara
Raka menyandarkan dirinya sementara di sebuah batang pohon. Energi yang ia gunakan untuk menciptakan realita baru masih belum sepenuhnya terkumpul lagi. Tubuhnya begitu lemas dan napasnya pun tersengal-sengal. Sedari tadi, ia hanya mendengarkan ocehan Indrajit yang terus saja memaki dirinya. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan?!" Indrajit membentak. "Aku tahu… tapi ini adalah satu-satunya jalan." Raka terus saja membela keputusannya. "Kau memusnahkan keluargaku dan mengubah takdir seluruh kerajaan iblis di dalam menara. Ini termasuk genosida!" Indrajit terus mengoceh dan berkali-kali memaksa pemuda itu untuk mengembalikan segalanya. Ia begitu terpukul akan realita yang baru saja dibentuk oleh Raka. Semua yang ia tahu di lantai lima puluh satu hingga seratus akan sangat berbeda. Kampung halaman dan rumahnya di lantai seratus telah berubah total. "Lalu, kau ingin mati di tangan pamanmu sendiri? Aku bisa mengabulkannya sekarang juga. Namun mengubah semuanya kembali ke sedia kala, it
Tubuh bagian atas seperti badan seorang manusia tanpa daging, hanya kumpulan tulang belaka. Lalu di kedua tangannya tersemat barisan kuku yang semuanya merupakan tulang tajam. Bahkan penampakan wajah dan kepalanya hanya berupa tengkorak semata. Namun ada tanduk yang menjulang dari tulang tengkoraknya. Pancaran bola mata raja iblis itu berasal dari energi yang ia miliki. Pancaran matanya berwarna merah tua. Lalu bagian tubuh dari pinggang ke bawah adalah seperti tubuh seekor kelabang, namun semuanya hanyalah berupa tulang. Ukurannya pun tidak main-main. Besar dan tinggi tubuhnya menyamai seekor ular purba yang mampu menelan satu bus utuh. Barisan kakinya berjumlah kurang lebih ada lima puluh pasang. Panjang tubuh iblis tersebut mencapai kurang lebih lima puluh meter. "Be–besar sekali!" Indrajit terperangah melihat tubuh dari si raja iblis itu."Apa ini juga termasuk dampak dari teknik yang kau gunakan?" Pikir Ki Demang. Ia menoleh ke arah Raka. "Entahlah…, setahuku, aku tidak menul
"Kau lama sekali membuka portalnya!" Ungkap Ki Joko Gendeng. "Maaf, tapi banyak hal yang harus aku pertimbangkan," ungkap Raka. "Apa yang terjadi? Ke–kenapa banyak tulang!" Rara Kencana melihat ke sekitarnya. Ia tersentak ketika melihat ada seseorang yang tertusuk di kumpulan tulang. "Apa itu Ki Demang?!" Aji Pamungkas menunjuk ke arah asisten pribadi Raka yang sudah tidak sadarkan diri. Raka memerintahkan kepada teman-temannya untuk membantu Ki Demang dan juga Indrajit yang terluka sangat parah. Ia meminta Rara Kencana, Dyah Lokapala dan Jaka Tira untuk mengurus keduanya. Ia ingin menyerang raja iblis Angarakasu lagi bersama dengan Ki Joko Gendeng, Aji Pamungkas dan Khrisna."Tolong… selamatkan mereka berdua," ungkap pemuda itu. Ia menatap ke arah kedua wanita itu dengan wajah memelas. Ada rasa takut akan kehilangan kedua teman baiknya. HWAAARRGGGH!!!Raja iblis Angarakasu meruntuhkan barisan tulang tersebut. Ia berteriak sangat keras. Raungannya memecah udara aula itu. "Jangan
Gelap, sesak dan berdebu. Lorong panjang berbatu dengan begitu banyak bangkai binatang dan sarang laba-laba di langit-langit membuat lantai lima puluh dua ini menjadi yang terburuk dari setiap lantai yang sudah pernah diinjak oleh Raka. Pencahayaan hanya berasal dari obor api yang menyala tidak begitu terang di sepanjang lorong. Lebar dari lorong tersebut hanya sekitar lima meter dan tingginya sekitar dua setengah meter. Tidak ada jalan pintas atau lorong rahasia di dinding batu berukir, yang terlihat hanyalah jalan setapak lurus saja. "Energi di dalam sini begitu sesak. Entah apa kalian merasakannya atau tidak, tapi lorong panjang ini seperti ditekan oleh energi tertentu," pikir Rara Kencana. "Hawa kegelapan menyelimuti lorong ini. Meskipun aku bukan lagi iblis, namun aku masih bisa merasakan pekatnya energi para iblis. Dan energi di lorong ini lebih pekat dari aula di Angarakasu," ucap Indrajit. "Sebaiknya kita terus jalan. Aku ingin menyelesaikan lantai ini sebelum makan malam,
"Sial!" Raka kecolongan. Tepat di samping kirinya, iblis Mohasa berdiri tegak dengan melepaskan senyum lebar dan tatapan mata menyeruak keluar seakan dirinya benar-benar puas akan apa yang sedang ia lakukan. Darah segar mengucur dari dada Khrisna. Mantan ketua dari pemilik klan tersebut hanya bisa terbelalak ketika tangan kotor berwarna hitam pekat menusuk jantungnya. SRAK!!!Mohasa menarik jantung dari Khrisna dan meremasnya begitu kuat hingga hancur berantakan. AAAAAARRRHHHH!!!JRAAK!!!Sisa-sisa dari jantung itu berceceran di lantai berbatu. Darah segar menggenang dan dengan cepat, iblis Mohasa melirik ke arah Ki Joko Gendeng yang berada di sebelah kanannya. Ia menghunuskan kembali tangannya dan gendak menusuk dada pria tua itu. "Indrajit!" Raka berteriak cepat. Ia segera berpindah tempat dengan membawa dua wanita dan tubuh Aji Pamungkas. Sedangkan Indrajit yang bergerak secepat cahaya pun langsung menarik tubuh Ki Joko Gendeng dan Jaka Tira untuk menghindari serangan iblis i
Serangan Mohasa berhasil melukai tubuh Raka. SLASH!!!Gelapnya aula besar dari kuil raja iblis membuat Mohasa bisa melancarkan serangan tak terduga dari berbagai titik buta. Indrajit bahkan tidak bisa memperkirakan datangnya serangan. Begitu pekat energi yang menyelimuti aula besar nan gelap itu. Seakan energinya bercampur dengan kegelapan itu sendiri. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Indrajit. "Gunakan segel pelindung empat penjuru! Aku akan memperkuatnya dari dalam!" Seru Raka. Indrajit segera menciptakan teknik cahaya berupa empat pilar agung yang terdiri dari empat dewa penguasa empat arah mata angin yang tercipta dari energi cahaya miliknya. Pilar tersebut berada di sekeliling Raka dan memiliki jarak panjang di setiap sisinya sekitar lima meter. Perlahan lapisan pelindung berwarna bening keemasan mulai menyelimuti Raka dan Ki Demang. "Ki Demang topang teknik ini. Aku akan memberika