Butuh waktu bagi Raka untuk pulih kembali. Setelah ia sadarkan diri kemarin, Raka malah jatuh ke lantai dan kembali tidak sadarkan diri. Untungnya teman-temannya segera menangkap tubuh pemuda itu. Rasa iba menukar diantara mereka atas keberanian Raka. Ketika mereka semua mengelilingi Raka di ranjang, Dyah Lokapala beserta yang lainnya bersumpah akan tetap bersama dengan pemuda itu. Janji diantara anggota klan itu dibubuhkan dalam sebuah medali perunggu yang di cap oleh darah mereka masing-masing. Semuanya mendapatkan satu kalung medali yang akhirnya mereka kenakan di leher masing-masing. "Bagaimana tidurmu?" Tanya Ki Joko Gendeng. Raka baru saja keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke teras depan. Ketika ia menoleh, ada Ki Joko Gendeng yang sedang duduk santai di kursi goyang. "Kepalaku masih lumayan pusing. Namun energiku sepertinya telah kembali," pikir Raka. Ia duduk di kursi biasa, tepat di samping pria tua itu. Raka tidak melihat yang lainnya. Rumah yang mereka tempati t
"Ia sudah pergi…?" Dyah Lokapala hanya terduduk diam menatap kepergian Raka. Air mata yang bahkan ia tidak tahu apakah itu termasuk bentuk dari kesedihan kehilangan seorang teman atau kehilangan seorang suami yang baru dinikahinya. Semuanya terasa membingungkan, namun ia tetap menangis dan meratapi pilihannya untuk keluar dari desa yang terasa menjadi sia-sia belaka. Kebahagiaan yang ia dapat sebenarnya berasal dari petualangan dirinya bersama teman-temannya. Dan kini ketika seseorang yang menyatukan perjalanan mereka semua telah pergi, maka kelompok kecil itu pun seperti kehilangan penggembalanya. "Lalu sekarang kita harus bagaimana?" Aji Pamungkas tertunduk dengan air mata terus terjatuh ke tanah. "Mungkin ia memang membutuhkan waktu untuk sendiri. Biarkan saja, kita harus menghormati pilihan dan keputusannya itu," pikir Ki Joko Gendeng. "Apa kalian masih ingat ucapan Jayabhaya?" Tiba-tiba Khrisna menyisipk
Raka membelakangi wanita itu dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia hanya memandang ke arah luar gua dan bersenandung untuk menghilangkan pikiran tentang seorang wanita yang sedang mengganti bajunya di belakang dirinya. "Hei, kau tahu bila bajumu basah, 'kan? Apa kau membawa baju gantinya?" Tanya Raka. "Tidak. Maka dari itu aku akan menjemurnya di batu. Dan kau! Jangan sekali-kali berbalik badan! Aku hanya menyelimuti tubuhku menggunakan daun pisang saja!" Bentak wanita itu. "Namaku, Raka. Tidak enak bila kita hanya mengobrol dengan menggunakan kata sapaan saja. Siapa namamu?" Tanya Raka. "Rara Kencana. Dari mana asalmu?" Tanya wanita itu. Raka tidak langsung menjawabnya. Namun ia malah melemparkan pakaian kering ke arah Rara Kencana. Wanita itu tidak langsung menanggapinya, ia malah memungut baju dari Raka dan melihat modelnya. "Pakaian macam apa ini?" Tanya Rara Kencana. "Aku akan menjelaskannya nanti! Sekarang pakai saja pakaian itu! Aku tidak ingin menahan nafsuku sampai hujan
Raka tidak menyangka bila wanita di depannya begitu terpukau dengan masakannya. Semangatnya itu seakan mengingatkan Raka dengan seseorang yang ia kenal di dunianya. Bahkan ketika kedua mata wanita itu sedang menatap raka seperti mata seekor kucing, Rara mampu membuat sorot mata Raka terdiam sejenak. "Maaf, itu rahasia. Makan saja makananmu, lalu kita bisa beristirahat sampai hujan berhenti," ucap Raka. Ia tidak ingin melibatkan hatinya dalam urusan ini. Baginya Rara Kencana hanyalah orang asing yang ditemuinya di tengah perjalanan. "Baiklah, tapi aku harus berterima kasih padamu. Kau adalah pengembara, bukan? Tolong temani aku ke desa di dekat ibukota kerajaan Sundapura. Aku ingin menemui seseorang di sana. Desanya ada di balik bukit di belakang gua ini," ungkap Rara Kencana yang tidak bisa berhenti menyuap nasi gorengnya. "Bila aku tidak mau?" Sahut Raka. "Aku potong tangan dan kemaluanmu saat kau tidur!" Ucap Rara Kencana yang menatap bagaikan seekor kucing yang sedang kesal.
Mereka menyusuri setiap celah gang sempit di desa itu. Beberapa dari mereka mendapatkan bagian tubuh yang telah terburai dan membusuk. Namun sebagian lainnya justru begitu frustrasi hingga memilih menghancurkan rumah-rumah penduduk. Iblis berwujud manusia yang digabungkan dengan wujud seekor komodo itu selalu mengeluarkan lidahnya. Kulit yang begitu keras setebal sepuluh sentimeter berbahan seperti sebuah rompi anti peluru membuat iblis kadal tersebut tahan terhadap serangan senjata tajam, api atau pun benda keras lainnya. Jumlah mereka bukan hanya puluhan, namun telah mencapai ratusan iblis. Mereka keluar dan mendarat tepat di tengah-tengah desa. Para iblis tersebut langsung berpencar dan menyusuri hutan serta bukit di sekitar desa. "Jumlah mereka sangat banyak, namun sepertinya mereka sedikit kecewa karena tidak ada satu pun manusia yang hidup," pikir Raka. Ia menyusup di antara rumah dan berusaha tetap menjaga jarak dengan para iblis kadal. Sesekali ia mengintip melalui celah r
Pemuda itu meminjam dua buah drone versi kecil yang selalu mengikuti dirinya di sisi kanan dan kiri pundak untuk berjaga-jaga. Dan sekali lagi, Odeth yang mengendalikan mereka dengan sistem yang bisa dibilang begitu sempurna. "Mainanmu seperti hampir mirip dengan punyaku! Apa kau tidak bisa menggunakan teknik lain yang lebih menyegarkan?!" Sindir Rara Kencana dari kejauhan. "Diam dan habisi saja mereka semua! Kita tidak punya waktu untuk saling berdebat!" Teriak Raka. Sayangnya ia pun membalas perkataan Rara dengan sebuah debat ucapan. Beberapa iblis kadal yang muncul telah berhasil ditumbangkan. Semua mayat mereka tergeletak di sela-sela reruntuhan bangunan dan tanah yang menyeruak ke atas. Namun ketika mereka berdua merasa semuanya telah selesai, justru energi yang begitu besar malah keluar dari dalam portal gelombang bencana.DEK!!!Keduanya sampai merasakan tekanan energi yang begitu menghimpit dada mereka. "Apa itu? Perasaan ini, energi ini, kenapa begitu besar hingga membua
Ayunan tangan Chipakali langsung tertuju ke dada Raka. Namun dengan sekali jentikan jarinya, pemuda itu langsung berpindah tempat dan mengayunkan tangan kirinya ke punggung iblis itu. Raka kembali muncul sambil mengayunkan sebuah gada emas ke arah punggung Chipakali.BRAK!!!APA?!Iblis itu malah terlempar jauh karena hantaman gada besar tersebut. Tubuhnya berkali-kali menabrak tanah dan berakhir berhenti setelah menghantam sebuah bangunan di ujung desa. "Perkenalkan, ini adalah gada Kaumodaki. Gada milik sang dewa Wisnu!" Teriak Raka yang begitu bersemangat memamerkan mainan barunya. "Jangan sombong dulu! Kau pikir senjata murahan itu bisa menghajarku untuk yang kedua kalinya?!" Teriak Chipakali dari kejauhan. "Entahlah, mungkin saja. Lagi pula aku tidak akan segan memukulmu sampai menjadikanmu kadal rempeyek," sindir Raka. "Dasar kurang ajar!" Chipakali langsung berlari ke arah Raka dengan sangat cepat. Di lain sisi, ternyata sedari tadi Ki Demang telah hinggap di pundak Raka d
"Kau ingin senjata untuk mengalahkan kami? Apa kau pikir bisa masuk ke dalam menara Kalpawreksa dan tetap hidup?!" Chipakali tertawa setelah mendengar perkataan Raka. Ia tidak mengira bila seorang manusia berani meminta hal bodoh seperti itu kepada sesosok iblis. Ditambah lagi, Chipakali tidak memiliki niat untuk melakukannya. Baginya, kenapa harus memberikan senjata kepada para hewan ternak yang akhirnya menjadi makanan mereka. "Terserah kau saja. Bila kau tidak berminat untuk menangkap si pangeran itu, maka pembicaraan kita selesai di sini. Aku tinggal menghancurkan dirimu saja, bukan?" Ungkap Raka. "Kau ingin membunuhku? Kau tidak akan pernah mengetahui di mana letak jantungku!" Chipakali menatap tegas pemuda itu. "Itu mudah, aku hanya tinggal membakarmu sampai tidak ada yang tersisa, bukan?" Raka berdiri dan menggunakan pena peminjam barang. Ia menuliskan sesuatu di lengan kirinya. Rara Kencana yang melihat pun merasa penasaran dengan apa yang temannya tulis. Dalam hatinya be
Dengan kesempatan yang terakhir ini, Raka mengaktifkan seluruh energi yang dikumpulkan olehnya. Bahkan energi dari setiap penduduk, prajurit dan para pendekar di setiap klan pun ikut merasuk ke dalam diri pemuda itu dan membantu tercapainya teknik pamungkas milik Raka. Namun ketika proses pemurnian Raja iblis Sin dimulai, gelagat aneh ditunjukkan oleh iblis itu. Ia justru memancarkan dan meluapkan seluruh energi besar dari enam elemen keabadian di dalam dirinya. Bola energi berwarna merah tua menyelimuti tubuh Sin, di mana bola tersebut tumpang tindih dengan selubung waktu milik Raka. "Kau ingin mengubah realita kembali, 'kan?!" Sin menyeringai sambil menatap lawannya dengan tajam. "Kali ini, bukan hanya kau yang akan mengubah realita. Aku juga akan menciptakan realita baru!" Sin ternyata juga memiliki rencana pamungkasnya sendiri. Ia mengaktifkan selubung energi berubah gelang Eternity di sekitar bola energi miliknya. Enam gelang keabadian yang masing-masing menyimbolkan satu el
Tubuh Raka sulit untuk digerakkan. Ia terjebak di dalam teknik milik Sin. Kedua telapak tangannya hingga bahu terasa kesemutan. Ia tahu bila Sin menarik jiwa dirinya melalui kedua tangannya terlebih dahulu. Ini dilakukan agar Raka tidak melakukan perlawanan lagi. "Tidak bisa kupercaya! Kau menggunakan gabungan seluruh elemen keabadian sekaligus," ungkap Raka. "Kau memiliki kekuatan yang bakal merepotkanku. Sudah seharusnya aku membunuhmu terlebih dahulu." Sin menarik perlahan jiwa dari pemuda itu. Tidak ada perlawanan dari Raka yang membuat jiwanya terambil dan keluar perlahan dengan begitu cepat. Namun, Ki Demang yang tahu akan hal itu muncul tepat di samping kanan Raka. Ia meminjam energi satu tasbih Wektu Alam milik Raka dan membuat teknik segel milik Jayabhaya. Raka sengaja mengajarkan Ki Demang cara menggunakan segel khusus dan mampu mengakses kekuatannya. Ia tahu, untuk menang, Raka perlu menggunakan cara lebih kotor dari yang dilakukan oleh Sin. Dengan segel yang dibuat ol
Pertempuran antara dua makhluk yang telah diramalkan pun terjadi. Raka melepaskan seluruh energi besar di dalam tubuhnya. Ia mengenakan zirah Wektu Parwa yang di mana berbeda dengan jubahnya kala itu. Zirah tersebut merangkap dan bergabung dengan jubahnya dan membentuk armor khusus. Armor ini dilindungi oleh teknik segel milik Jayabhaya, lalu potongan jubah dari Raka dilindungi oleh kekuatan ruang dan waktu dari kitab Wektu Parwa. Ki Demang yang berdiri di samping pemuda itupun menyatukan diri dengan Raka untuk mengatur energi yang diserap oleh pemuda itu. Yah, benar… Raka membuka seluruh titik cakra di tubuhnya untuk menghisap energi alam disekitarnya. Ia juga meninggalkan sepuluh bayangan dirinya yang berada diluar menara Kalpawreksa. Mereka duduk bersila dan dilindungi oleh bola waktu. Tugasnya mudah, yaitu untuk menghisap energi alam di sekitarnya, lalu di transfer ke tubuh Raka melalui teknik ruang. Rambut dari pemuda
Tiba-tiba Sin datang dan mencengkeram wajah sepupunya. Iblis itu melemparkan Indrajit ke arah yang berbeda hingga menghantam beberapa pepohonan di hutan. "–kau!" Adityawarman merasa gusar. Amarahnya kian mendidih ketika melihat iblis itu. "Manusia yang sudah terluka, lemah dan tidak berdaya lebih pantas untuk mati!" Sin menciptakan bola partikel berwarna hitam pekat yang dipenuhi oleh bintik-bintik cahaya seperti penggambaran bintang-bintang di galaksi. Energi bola hitam itu sama besarnya dengan kekuatan sepuluh raja iblis di lantai bawah. JANGAN!!!HENTIKAN!!!Teriakan Indrajit memecahkan keheningan hutan yang baru ia hantam. Dengan cepat, ia berpindah tempat dan menembakkan energi miliknya ke arah energi bola hitam milik Sin yang juga telah dihempaskan ke arah Adityawarman. DUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Ledakan besar tercipta hingga membumbung tinggi membentuk awan jamur berwarna putih. Gelombang kejut yang dihasilkan dari ledakan itu menyapu data sekitar dan menggulung permukaan
Raja iblis sembilan puluh sembilan mampu memanipulasi ruang seperti Raka. Namun kekuatan yang sesungguhnya masihlah ia sembunyikan. Ia bukan hanya memiliki kecerdikan, namun juga dijuluki sang dewa perang. Sebenarnya, Sin, Indrajit dan Nintinugga dijuluki tiga pewaris yang nantinya akan menggantikan kedudukan raja ke seratus. Salah satu dari mereka bakal dinobatkan menjadi penggantinya. Namun Indrajit yang sedari awal sudah tahu rencana Sin yang sesungguhnya memilih untuk memberontak dan kabur dari lantai seratus. "Bagaimana rasanya kehilangan seluruh anggota keluargamu, terutama ayahmu? Realita yang ada di dalam menara Kalpawreksa telah berubah sepenuhnya. Aku sangat muak dengan teknik pengubah realita ini! Jangan salah paham, aku tidaklah bodoh seperti Raja lainnya. Aku tahu tentang teknik temanmu itu," ungkap Sin. "Bila kau sudah tahu tentang teknik itu, maka seharusnya kau sudah tahu bila akhirmu akan segera tiba," balas Indrajit Mahashura. "Jangan bercanda. Kau tahu aku lebi
"Aku tidak mau mati sendirian!" Ungkap Nintinugga yang ternyata masih hidup. Namun sebagian tubuhnya meleleh bagaikan lilin yang dipanaskan. Terlihat di bagian kepala sebelah kanannya ada jantungnya yang berdetak. Iblis itu telah kehilangan seluruh kekuatannya. Dan yang tersisa tinggalah dirinya sendiri. Ia menusuk Raka dengan pedang darah miliknya. "Si–sial! Aku tidak melihat kedatangannya!" Raka terjatuh ke bawah karena ia kehilangan keseimbangannya. Ki Demang yang berubah menjadi elang pun segera berubah wujud menjadi manusia yang mengenakan zirah bercahaya. Ia mencengkeram erat kepala dari iblis Nintinugga dan menghancurkannya menggunakan teknik portal waktu yang diperbesar hingga menghancurkan tubuh iblis itu. KURANG AJAR!!!Terdengar teriakan keras sebelum Nintinugga tewas sepenuhnya. Iblis itu bisa begitu mudah dibunuh karena sudah tidak ada lagi energi yang dimilikinya.Namun di lain piha
"Ini gawat! Apa yang harus kita lakukan!" Raka melihat para batu meteor itu kian mendekat. "Mereka semua akan menghantam di lima tempat yang berbeda. Akan sangat menyulitkan untuk menghancurkan mereka," pikir Jayabhaya. "Jangan menyerah!" Aku akan menghentikan tiga meteor yang menuju ke medan perang, Medang Raya dan hutan Alas Siluman. Lalu kau hentikan dua lainnya yang menuju ke Sundapura dan Jakatira." Raka menggunakan teknik pamungkasnya, ia mengenakan jubah Wektu Parwa. Jayabhaya segera menyerahkan urusan di situ kepada temannya. Ia segera berpindah tempat ke Jakatira terlebih dahulu. Daratan yang telah dipenuhi oleh darah milik Nintinugga menjadi mati total. Tumbuhan dan para hewan yang berada di hutan pun mati seketika. Hutan Alas Siluman yang dijaga oleh kubah pelindung Wektu Parwa pun juga ikut terkena imbasnya. Kubah pelindung yang menjaga hutan itu bocor dan membuat tumpahan rintikan air hujan darah masuk ke dalam hutan. Kubah cahaya yang diciptakan oleh Jayabhaya untu
Ia mencekik pemuda itu dengan tangan kanannya, lalu menciptakan tombak dari darahnya menggunakan tangan kiri. Nintinugga menusukkan tombak itu ke dada Raka hingga tembus ke belakang. JLEB!!!"Uhuk!" Raka muntah darah. Ia tidak menyangka bila kecepatan dari Nintinugga bertambah menjadi berkali-kali lipat. "Aku bersumpah akan sangat menikmatinya ketika membunuhmu!" Nintinugga melemparkan tubuh Raka bersama dengan tombaknya yang masih menusuk tubuh pemuda itu. WUSH!!!BRAK!!!Tubuh Raka tergeletak lemas di atas tanah. Tombak darah itu telah membuatnya membusuk secara cepat. Kecepatan penyebaran racunnya pun sepuluh kali lebih cepat daripada kasus Arya Wisungsang. "Aku akan membunuhmu dengan tersenyum lebar!" Nintinugga menciptakan empat pilar raksasa seluas beberapa hektar yang mengelilingi dirinya dan Raka. "Teknik darah; segel pengekang empat penjuru!" Dengan segel itu, Raka tidak akan bisa pergi ke mana pun. Dan perlahan-lahan segel tersebut menutup dan membentuk bangunan kubus
Ki Joko Gendeng, Aji Pamungkas dan Dyah Lokapala yang menyaksikan hal itu tampak terkejut. Ia tidak menyangka bila sosok yang muncul di hadapan mereka bisa tiba-tiba datang. Hal tersebut justru memicu kemarahan dari iblis Nintinugga. Ia terlihat gusar akan kemunculan dua orang itu. "Siapa kalian! Beraninya mengambil mangsaku!" Bentaknya. "Aku? Kau ingin tahu siapa aku?" Ia berbalik dan memandang wajah si iblis. "Jangan tersenyum seakan kau itu kuat!" Nintinugga memaki pemuda itu. "Aku memang sangat kuat hingga mampu menghapus realita di seluruh menara Kalpawreksa," ungkap Raka. Ia berhasil datang tepat waktu dengan menggunakan teknik segel dimensi milik Jayabhaya. Kedatangannya ke medan perang itu karena Jayabhaya melihat kilasan masa depan tentang kemunculan iblis wanita di tengah-tengah medan perang. Ia membuat rencana ulang dan mengubah tim menjadi dua bagian. Dirinya bersama Jayabhaya akan menghadapi Nintinugga, sedangkan Indrajit dan Adityawarman akan melawan Sin, si raja ib