Kimberly menikmati chocolate cake yang telah dihidangkan oleh sang pelayan. Dalam benaknya memikirkan tentang pernikahannya dengan Fargo. Dulu, dia menikah dengan Fargo karena perjodohan. Dirinya mencintai Fargo. Itu kenapa dia tak menolak kala dijodohkan oleh Fargo. Di awal pernikahan, dia bermimpi memiliki rumah tangga yang sempurna. Namun, ternyata mimpi memiliki rumah tangga yang indah hanyalah ilusi.Seiring berjalannya waktu, rasa cinta Kimberly pada Fargo mulai terkikis. Bahkan sekarang dia terjebak oleh paman tiri suaminya. Dia tak mengerti kenapa sampai bisa jatuh sejatuh-jatuhnya pada sosok Damian Darrel. Andai saja rasa cinta Kimberly ada pada Fargo, pasti di kala Carol menceritakan Fargo jalan dengan Gilda, dia akan mengamuk. Namun, kali ini dia tetap tenang, menunggu sampai Fargo pulang—dan akan menanyakan sendiri pada suaminya itu.Hari ini mood Kimberly paling berantakan kala melihat Damian pergi makan siang dengan Jennisa. Bisa-bisanya Damian pergi makan siang dengan J
Geleger petir cukup keras membuat Kimberly yang duduk di sofa kamar cukup terkejut. Dia melihat ke luar jendela—kilat petir membelah langit mendung. Tak ada bintang dan bulan akibat derasnya hujan malam ini. Beruntung, tadi sore Damian sudah pulang. Jika saja Damian sampai malam di sini pasti pria itu terjebak di rumahnya akibat hujan yang begitu deras.Setelah tadi sedikit berdebat, akhirnya Kimberly dan Damian berbaikan. Terdengar seperti anak-anak, tapi terbukti wanita itu mudah diluluhkan. Terpenting baginya, Damian tak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Pun Damian mau mengingat posisi dirinya. Hal tersebut membuat Kimberly sudah cukup lebih tenang dan mengerti.“Nyonya Kimberly,” sapa sang pelayan sopan.“Ada apa?” Kimberly menatap sang pelayan.“Nyonya, Nona Brisa menghubungi Anda. Beliau mencoba menghubungi ponsel Anda, tapi ponsel Anda tidak aktif,” ujar sang pelayan sopan.Kimberly mengembuskan napas pelan. Dia memang belum mengaktifkan ponselnya. Dia akan mengaktifkan pons
“Kim, aku harus berangkat duluan. Aku tidak bisa sarapan denganmu. Nanti aku akan sarapan di kantor. Hari ini aku memiliki meeting pagi.” Fargo berucap seraya memakai dasi di lehernya. Tampak pria itu begitu sibuk di pagi hari, bahkan sampai dia tak bisa untuk sarapan di rumah.“Aku juga sarapan di luar saja. Kebetulan pagi ini aku memiliki meeting dengan salah satu client-ku dari Dubai. Nanti malam kau pulang jam berapa, Fargo?” tanya Kimberly sambil berias. “Tidak tahu, Kim. Belakangan ini aku sangat sibuk dengan pekerjaanku. Yang pasti aku akan pulang terlambat,” jawab Fargo seraya mengambil kunci mobil yang ada di atas meja. “Ya sudah, aku harus berangkat duluan. Kau hati-hati di jalan.”“Kau juga hati-hati di jalan,” balas Kimberly dengan senyuman samar di wajahnya. Dia tak mau berdebat dengan Fargo. Wanita itu lebih memilih membebaskan Fargo. Kalaupun Fargo sekarang sibuk, maka Kimberly tak akan lagi seperti dulu yang suka mengomel. Sekarang Fargo pulang jam berapa pun tak per
“Damian! Lain kali kau tidak boleh menciumku di depan umum seperti tadi! Bagaimana kalau ada yang melihat, Damian?” Kimberly berucap dengan nada kesal dan ketus memperingati Damian agar tak mengulanginya lagi.Damian tersenyum seraya fokus melajukan mobilnya. Saat ini dia dan Kimberly masih berada di jalan. Pria tampan itu ingin membawa Kimberly ke suatu tempat. Namun, belum juga tiba di tempat, Kimberly sudah mengomel karena kejadian tadi. Kejadian di mana Damian mencium bibir Kimberly di depan umum.“Kenapa kau sampai setakut itu, Kim?” tanya Damian santai seolah tak memiliki masalah sama sekali.Kimberly mengembuskan napas panjang. “Memangnya kau tidak takut ada paparazzi yang melihat? Kemarin saja saat kau dan Jennisa sedang makan siang bersama, paparazzi memotret kalian dan langsung masuk media gossip. Bagaimana kalau ada paparazzi yang mengambil gambar kita, Damian? Meski aku bukan model atau artis, tapi selama ini paparazzi selalu ingin tahu kehidupan pribadi keluarga Davies.”
“Turunlah. Ini sudah malam. Kau harus istirahat, Kim.” Damian mengecup bibir Kimberly singkat di kala mobil yang dia kemudikan memasuki halaman parkir mansion Kimberly. Namun, sayangnya, wanita cantik itu seperti enggan untuk turun dari mobil. Terbukti, tangan Kimbery masih memeluk lengan Damian begitu possessive.“Tunggu sebentar lagi, Damian.” Kimberly mendongakkan kepalanya, mengecup rahang Damian. Benaknya mengingat Fargo pulang malam. Jadi dia bisa aman bermesraan sebentar dengan Damian.Damian menarik tangan Kimberly, membawa masuk tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Kimberly semakin membalas pelukan Damian. Mereka berpelukan begitu hangat seolah tak ingin terpisahkan.“Hm, Damian,” panggil Kimberly pelan dari dalam pelukan Damian.“Ada apa?” Damian membelai pipi Kimberly.“Nanti di pesta anniversary ayahmu dan ibu tirimu, kau pasti akan menjemput Jennisa, kan?” tanya Kimberly memastikan. Nada bicaranya tersirat jelas kecemburuannya.Damian tersenyum mendengar pertanyaan Kimbe
Gaun berwarna maroon kombinasi silver dengan model royal gown membuat Kimberly nyaris tak mampu mengeluarkan suara. Gaun yang dipilih Damian sangatl indah. Dia tak menyangka kalau Damian memiliki selera yang sangat indah. Sungguh, gaun yang ada di hadapan Kimberly ini begitu sempurna. Model kemben gaun ini persis seperti gaun-gaun seorang putri raja. Well, jika nanti di pesta, dia menggunakan mahkota pasti akan membuat dirinya menjelma layaknya seorang putri kerajaan.Suara dering ponsel berbunyi. Refleks, Kimberly mengambil ponselnya yang ada di atas meja—dan langsung melihat layar ponselnya itu—ternyata nomor Carol yang terpampang di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, Kimberly menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Halo, Carol,” jawab Kimberly kala panggilan terhubung.“Kim, apa aku mengganggumu?” tanya Carol dari seberang sana. “No, kau tidak menggangguku. Ada apa, Carol?”“Kim, weekend ini aku ingin mengajakmu pergi. Apa kau
Weekend yang harusnya diwarnai dengan keceriaan, sayangnya tak sesuai dengan rencana yang ada. Hari ini adalah hari di mana Deston merayakan anniversary, tetapi sejak kemarin wajah Kimberly tak memancarkan kebahagiaan. Benaknya terus terbayang-bayangi nota pembelian kalung berlian yang dia termukan di jas milik Fargo.Kimberly belum sama sekali bertanya pada Fargo. Dia sengaja diam, karena pikirannya masih kacau. Dia tak ingin terpancing menjadi amarah dan berakhir pada perdebatan yang jelas. Diam adalah pilihan Kimberly untuk sementara ini.Kimberly menatap jam dinding waktu menunjukkan pukul empat sore. Pesta akan diadakan pada pukul tujuh malam. Dia harus segera bersiap-siap dari sekarang. Dia tak ingin datang terlambat di pesta itu. Dia segera menuju kamar mandi—memutuskan untuk berendam sebentar, demi menenangkan segala pikiran yang mengganggunya.Tiga puluh menit kemudian, saat Kimberly sudah selesai mandi—wanita itu segera berias, memoles wajahnya dengan make up bold menyesuaik
“Damian! Lepaskan aku!” seru Kimberly dengan nada pelan, tapi tersirat penuh peringatan. Ya, pria yang menangkap tubuh Kimberly adalah Damian. Itu yang membuat Kimberly sampai melampui batas—tak menyadari dirinya begitu lama berada di pelukan seorang pria. Namun untungnya sekarang Kimberly sudah sadar, dirinya begitu dekat dengan Damian.Damian tersenyum samar melihat Kimberly marah. Dia ingin sekali mencium bibir Kimberly, tetapi tak mungkin melakukan itu. Pria tampan itu tentu menyadari dirinya dan Kimberly masih berada di tengah-tengah pesta. Perlahan, dia melepaskan tangannya yang ada di pinggang Kimberly—membantu wanita itu untuk berdiri menjaga kesimbangan agar tak terjatuh.Saat tangan Damian sudah tak lagi melingkar di pinggang Kimberly, dengan cepat Kimberly melangkah mundur. Dia memasang raut wajah tenang dan anggun agar yang lain tak curiga. Detik selanjutnya, dia mengalihkan pandangannya—menatap sosok wanita yang Kimberly tadi tabrak. “Nona, maaf aku tidak sengaja,” ucapny