“Damian! Lain kali kau tidak boleh menciumku di depan umum seperti tadi! Bagaimana kalau ada yang melihat, Damian?” Kimberly berucap dengan nada kesal dan ketus memperingati Damian agar tak mengulanginya lagi.Damian tersenyum seraya fokus melajukan mobilnya. Saat ini dia dan Kimberly masih berada di jalan. Pria tampan itu ingin membawa Kimberly ke suatu tempat. Namun, belum juga tiba di tempat, Kimberly sudah mengomel karena kejadian tadi. Kejadian di mana Damian mencium bibir Kimberly di depan umum.“Kenapa kau sampai setakut itu, Kim?” tanya Damian santai seolah tak memiliki masalah sama sekali.Kimberly mengembuskan napas panjang. “Memangnya kau tidak takut ada paparazzi yang melihat? Kemarin saja saat kau dan Jennisa sedang makan siang bersama, paparazzi memotret kalian dan langsung masuk media gossip. Bagaimana kalau ada paparazzi yang mengambil gambar kita, Damian? Meski aku bukan model atau artis, tapi selama ini paparazzi selalu ingin tahu kehidupan pribadi keluarga Davies.”
“Turunlah. Ini sudah malam. Kau harus istirahat, Kim.” Damian mengecup bibir Kimberly singkat di kala mobil yang dia kemudikan memasuki halaman parkir mansion Kimberly. Namun, sayangnya, wanita cantik itu seperti enggan untuk turun dari mobil. Terbukti, tangan Kimbery masih memeluk lengan Damian begitu possessive.“Tunggu sebentar lagi, Damian.” Kimberly mendongakkan kepalanya, mengecup rahang Damian. Benaknya mengingat Fargo pulang malam. Jadi dia bisa aman bermesraan sebentar dengan Damian.Damian menarik tangan Kimberly, membawa masuk tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Kimberly semakin membalas pelukan Damian. Mereka berpelukan begitu hangat seolah tak ingin terpisahkan.“Hm, Damian,” panggil Kimberly pelan dari dalam pelukan Damian.“Ada apa?” Damian membelai pipi Kimberly.“Nanti di pesta anniversary ayahmu dan ibu tirimu, kau pasti akan menjemput Jennisa, kan?” tanya Kimberly memastikan. Nada bicaranya tersirat jelas kecemburuannya.Damian tersenyum mendengar pertanyaan Kimbe
Gaun berwarna maroon kombinasi silver dengan model royal gown membuat Kimberly nyaris tak mampu mengeluarkan suara. Gaun yang dipilih Damian sangatl indah. Dia tak menyangka kalau Damian memiliki selera yang sangat indah. Sungguh, gaun yang ada di hadapan Kimberly ini begitu sempurna. Model kemben gaun ini persis seperti gaun-gaun seorang putri raja. Well, jika nanti di pesta, dia menggunakan mahkota pasti akan membuat dirinya menjelma layaknya seorang putri kerajaan.Suara dering ponsel berbunyi. Refleks, Kimberly mengambil ponselnya yang ada di atas meja—dan langsung melihat layar ponselnya itu—ternyata nomor Carol yang terpampang di layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, Kimberly menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Halo, Carol,” jawab Kimberly kala panggilan terhubung.“Kim, apa aku mengganggumu?” tanya Carol dari seberang sana. “No, kau tidak menggangguku. Ada apa, Carol?”“Kim, weekend ini aku ingin mengajakmu pergi. Apa kau
Weekend yang harusnya diwarnai dengan keceriaan, sayangnya tak sesuai dengan rencana yang ada. Hari ini adalah hari di mana Deston merayakan anniversary, tetapi sejak kemarin wajah Kimberly tak memancarkan kebahagiaan. Benaknya terus terbayang-bayangi nota pembelian kalung berlian yang dia termukan di jas milik Fargo.Kimberly belum sama sekali bertanya pada Fargo. Dia sengaja diam, karena pikirannya masih kacau. Dia tak ingin terpancing menjadi amarah dan berakhir pada perdebatan yang jelas. Diam adalah pilihan Kimberly untuk sementara ini.Kimberly menatap jam dinding waktu menunjukkan pukul empat sore. Pesta akan diadakan pada pukul tujuh malam. Dia harus segera bersiap-siap dari sekarang. Dia tak ingin datang terlambat di pesta itu. Dia segera menuju kamar mandi—memutuskan untuk berendam sebentar, demi menenangkan segala pikiran yang mengganggunya.Tiga puluh menit kemudian, saat Kimberly sudah selesai mandi—wanita itu segera berias, memoles wajahnya dengan make up bold menyesuaik
“Damian! Lepaskan aku!” seru Kimberly dengan nada pelan, tapi tersirat penuh peringatan. Ya, pria yang menangkap tubuh Kimberly adalah Damian. Itu yang membuat Kimberly sampai melampui batas—tak menyadari dirinya begitu lama berada di pelukan seorang pria. Namun untungnya sekarang Kimberly sudah sadar, dirinya begitu dekat dengan Damian.Damian tersenyum samar melihat Kimberly marah. Dia ingin sekali mencium bibir Kimberly, tetapi tak mungkin melakukan itu. Pria tampan itu tentu menyadari dirinya dan Kimberly masih berada di tengah-tengah pesta. Perlahan, dia melepaskan tangannya yang ada di pinggang Kimberly—membantu wanita itu untuk berdiri menjaga kesimbangan agar tak terjatuh.Saat tangan Damian sudah tak lagi melingkar di pinggang Kimberly, dengan cepat Kimberly melangkah mundur. Dia memasang raut wajah tenang dan anggun agar yang lain tak curiga. Detik selanjutnya, dia mengalihkan pandangannya—menatap sosok wanita yang Kimberly tadi tabrak. “Nona, maaf aku tidak sengaja,” ucapny
Sepasang iris mata cokelat gelap Damian terhunus dingin dan tajam. Rahang Damian mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Aura kemarahan dan letupan emosi membakar dirinya. Kata-kata Kimberly bagaikan sumbu panas, yang begitu menyulutnya.“Kimberly! Jangan main-main dengan ucapanmu!” bentak Damian keras dan menggelegar memenuhi ruangan itu.“Aku tidak main-main, Damian! Aku lelah dengan semuanya! Pada akhirnya kau hanya akan menjadikanku simpananmu, kan?” seru Kimberly dengan tatapan menahan mata yang nyaris berembun. Sudah sejak tadi hatinya begitu sesak. Namun, mati-matian dia berjuang menahan air mata agar tak menetes jatuh. Dia benci lemah karena cinta.Damian menggeram menahan amarahnya dan emosi dalam dirinya. “Aku tidak pernah bilang akan menjadikanmu simpananku, Kimberly! Kenapa kau selalu bicara sembarangan!”Kimberly menggelengkan kepalanya lemah. Tatapannya menatap Damian penuh kekecewaan yang begitu dalam. Perlahan dia melangkah mundur, menjauh dari Damian sambil berkata
“Fargo, di mana Kimberly?” Fidelya melangkah menghampiri Fargo—yang sedang mengobrol dengan para tamu undangan. Tampak wanita paruh baya itu mengendarkan pandangan ke sekitar mencari keberadaan Kimberly. Namun, Fidelya tak menemukan sama sekali keberadaan menantunya itu.“Hm? Sorry, Mom. Tadi kau tanya apa?” Fargo mengalihkan pandangannya pada ibunya. Pria tampan itu bertanya apa yang ibunya tanyakan padanya. Suara musik yang sedikit berisik membuat Fargo sedikit tak mendengar jelas pertanyaan sang ibu.Fidelya mendesah pelan kala Fargo tak mendengar dengan baik pertanyaannya. “Di mana Kimberly? Kenapa kau sibuk mengobrol sendiri, tapi Kimberly tidak ada di sampingmu, Fargo? Bukankah tadi Grandpa-mu dan Daddy-mu sudah berpesan untuk memperkenalkan Kimberly pada rekan bisnis kita?” tegurnya sambil menatap jengkel putra tunggalnya itu.“Mom, aku sudah memperkenalkan Kimberly pada rekan bisnis kita,” jawab Fargo dengan embusan napas panjang. Belum juga dia menjelaskan, tapi ibunya sudah
Pesta anniversary Deston dan Rula telah berakhir. Para tamu undangan sudah mulai meninggalkan mansion mewah kediaman keluarga Darrel. Namun, tentu masih ada beberapa para tamu undangan yang mengobrol dengan Deston, Olsen, serta Ernest. Di pesta Ernest datang bersama dengan Maisie dan Gilda. Hanya saja Ernest dan Kimberly tak saling bertegur sapa. Lebih tepatnya, Kimberly selalu menghindar jika ada ayahnya. Meski demikian, Kimberly tidak menunjukkan membenci ayahnya. Kimberly tetap bersikap tenang, dan menunjukkan senyuman ramah pada semua orang.“Ernest, selamat untuk kehamilan istrimu. Aku turut bahagia,” ucap Olsen ramah pada ayah Kimberly. “Aku juga turut bahagia Ernest. Semoga istri dan anakmu selalu sehat,” sambung Deston hangat dan aura wajah yang penuh wibawa.“Terima kasih.” Ernest tersenyum pada Olsen dan Deston. “Baiklah, aku, Maisie, dan Gilda harus pulang dulu.”“Hati-hati, Ernest,” jawab Olsen dan Deston bersamaan.Ernest menganggukkan kepalanya. Pun Maisie dan Gilda te