Share

Part 5

Author: vhiiilut
last update Last Updated: 2021-05-26 20:18:59

Setelah hampir tiga jam berada di dalam mobil, akhirnya mereka sampai juga di depan unit apartemen milik Erlangga. Kesadaran Olivia mulai menipis yang mulai menipis tidak mampu membuat perempuan itu sepenuhnya sadar dengan keadaan. Matanya yang berusaha tegar walau kelopaknya sudah tidak kuasa untuk terbuka membuat wajah Olivia berkali-kali terantuk kepala Erlangga.

Erlangga membawa Olivia di punggungnya. Pria itu sudah menunggu Olivia bangun dari tadi, tetapi lima belas menit berada di parkiran membuatnya sadar kalau Olivia sudah benar-benar terlelap. 

Erlangga menempelkan sebuah kartu pada mesin di depan pintu. Warna hijau yang memindai kartu berhenti, pintu besi itu terbuka. Erlangga memasuki apartemennya dengan langkah perlahan. Dia takut membangunkan perempuan yang berada di punggungnya. 

“Ini apartemen kamu?” gumam Olivia. Artikulasi suaranya mulai tidak jelas karena berbicara dengan keadaan setengah sadar. Pria yang ditanya tidak menjawab. Lagi pula, memangnya Olivia dapat menyadari jawabannya?

Erlangga terus memasuki apartemennya yang gelap. Buru-buru pria itu menyalakan sakelar hingga cahaya menerangi ruangan.

“Kamu punya apartemen sebagus ini?” Olivia masih saja bergumam, padahal matanya sudah mulai terpejam. “Kalau tau bagus seperti ini, aku nggak akan nolak.”

Erlangga menampilkan seringai di wajahnya. Pria itu berjalan ke arah kamar satu-satunya di apartemen ini. Lalu, dia merebahkan Olivia di atas kasur. Pria itu terus memandang tubuh Olivia yang berada di depannya. Wajah Olivia yang mungil membuat Erlangga sangat tidak sabar untuk menyentuhnya. 

Olivia sadar kalau dia sudah berbaring. Matanya terbuka sedikit, perempuan itu melihat Erlangga yang berdiri tepat di depannya. “Jangan tidur di samping aku!” Perempuan itu melempar bantal, guling, dan selimut yang ada di sekitarnya. Olivia mengusir Erlangga untuk pergi dari kamar.

Lantas, Erlangga harus tidur di mana? Apartemen ini hanya memiliki satu kamar. Erlangga tidak mengindahkan perintah Olivia. Dia naik ke atas kasur dan memposisikan tubuhnya di atas Olivia. Kedua tangan ia pakai untuk menyangga tubuhnya. Wajahnya mendekat ke telinga Olivia. "Hei, Putri tidur! Aku izin tidur di samping kamu."

Kepala Olivia menggeliat, dia merasakan geli ketika suara berat Erlangga terdengar.

Gemas, Erlangga menggigit bibir bawahnya. “Tunggu saatnya tiba!”

Setelah itu, Erlangga merebahkan tubuhnya di samping Olivia. Pria itu memiringkan tubuhnya dan menatap wajah Olivia dari samping. Tangan kekarnya terulur menyentuh wajah perempuan di sampingnya. Lengkungan bibir yang terukir di wajah menambah kesan tampan.  Tanpa sadar Olivia bergerak dan menyampirkan lengannya di tubuh Erlangga. “Tidurlah yang nyenyak! Aku akan jagain kamu di sini.” Erlangga mengecup kening Olivia dengan lembut.

***

Mata Olivia mulai terbuka perlahan, menyesuaikan sinar mentari yang berusaha menerobos penglihatannya. Tidak lama kemudian, dia baru tersadar, dia tidak berada di kamarnya. Olivia sedang tertidur di dada seorang pria yang bernama Erlangga. Olivia terlonjak dan sontak bangun dari tidurnya. 

Olivia menutup mulutnya, berusaha menahan pekikan akibat terkejut. Erlangga tidur tanpa kaus yang menutupi badannya. 

Perlahan-lahan tangannya terulur. Olivia menggoyangkan tubuh Erlangga, berharap pria itu segera bangun. Namun, Erlangga tetap memejamkan matanya.

“Susah banget bangunnya, sih!” kata Olivia.

"Kenapa?"

Olivia terkejut saat tangannya dipegang oleh Erlangga. Pria itu langsung menarik Olivia ke atas tubuhnya. Kedua bola mata Olivia membulat sempurnya.

“Er, kamu mau apa?” Olivia berusaha melepaskan genggaman tangan Erlangga.

Erlangga tersenyum dalam kondisi mata yang masih memejam. Tubuh Erlangga telanjang dada membuat Olivia semakin tidak nyaman.

“Bisa lepasin aku?” kata Olivia yang berusaha melepaskan tangannya dari jeratan Erlangga.

Pria itu membuka kelopak mata, lalu mengedipkan sebelah matanya. “Where is my morning kiss?”

Olivia sontak memukul perut Erlangga dengan tenaganya yang baru mulai muncul di pagi hari. Pria itu mengaduh kesakitan dan membuat Olivia terlepas.

“Rasain!” Peremuan itu berjalan memasuki toilet. Umpatan tidak senang terlontar dari mulut Olivia.

Erlangga tertawa melihat perempuannya ketakutan. Perempuannya? Mungkin bisa dibilang seperti itu, Olivia juga sudah berjanji untuk mengikuti semua perintahnya.

Getaran ponsel di nakas menyadarkan Erlangga. Segera dia angkat telepon yang tidak bernomor.

"Di mana kamu?" Orang yang menelepon Erlangga adalah seorang pria, dia adalah Idris.

"Kenapa?" sahut Erlangga. Pria itu berjalan keluar dari kamar. Dia terlihat seperti menyembunyikan pembicaraannya dari Olivia.

“Kenapa? Di mana Olivia? Dia menghilang, Idiot!" balas Idris.

Erlangga mendecih keras, dia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. “Jangan khawatir! Dia bersamaku sekarang.”

"Aku tidak peduli dengan rencanamu. Lindungi dia!" Pria itu memutuskan hubungan telepon sepihak.

Erlangga meletakkan benda pipihnya di atas meja. Matanya beralih menatap pintu kamar, kemudian dia tersenyum. Di dalam sana ada perempuan yang seharusnya dia jaga, bukan dia perlakukan layaknya budak. Namun, dia senang memperlakukan Olivia begitu. Ada apa dengan dirinya?

Setelah itu, dia masuk ke dalam kamar kembali. Ternyata Olivia sudah selesai mandi, dia sedang mengganti pakaian. Sontak saja perempuan itu teriak.

“Dasar mesum!” Olivia melempar Erlangga dengan barang yang ada di sekitarnya.

Pria itu menghindar, sesekali menangkis. “Berhenti! Aku mau masuk ke kamar mandi, jangan dilempar lagi!”

Yang benar saja, Olivia mengganti pakaian tanpa mengunci pintu kamar. Lagi pula, memangnya perempuan itu membawa pakaian ganti? Dia tidak pulang ke rumah kemarin, apa yang harus dia pakai sekarang?

Perempuan itu mengacak-acak lemari Erlangga. Semuanya berisi pakaian pria, tidak ada untuk perempuan. Akhirnya, dia menggunakan kembali pakaian yang telah kotor.

“Dasar pria mesum! Bisa-bisanya aku kenal dia. Kalau tau dia bermuka dua, mungkin aku nggak akan mau kenal bahkan nantang dia!” Perempuan itu berbicara sendiri di hadapan cermin. Tangannya menata surai lembut rambutnya. “Aduh, terus aku harus gimana ini?”

Erlangga keluar dari toilet. Tubuhnya hanya berbalut handuk sebatas pinggang sampai lutut. Rambutnya masih basah, air menetes ke badannya yang terukir sempurna. Tetesan air itu semakin menambah kesan jantan di tubuh Erlangga.

Pria itu mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang dia pegang. Ketika dia menatap Olivia, saat itu juga Erlangga mendengkus dengan seringai yang tercetak di wajahnga. “Belum pernah liat perut pria yang kotak-kotak?”

Olvia salah tingkah karena merasa dirinya kepergok. Dia kembali mengalihkan pandangannya ke cermin. Namun, tampilan tubuh Erlangga juga masih terlihat dari cermin. Bagaimana dia mau mengalihkan pandangan?

“Yakin cukup segitu aja ngeliatnya? Nggak mau liat yang lebih bagus?” goda Erlangga yang berjalan ke arah lemari di samping meja rias. Pria itu membelakangi Olivia. Otot punggung Erlangga yang terlihat menggoa membuat Olivia menelan air liurnya sendiri. 

Walaupun olivia mengalihkan pandangannya, tetap saja Olivia mencuri-curi pandang ke arah pria di sampingnya. Perempuan itu seolah takjub dan tidak mau melewati pemandangan indah di dekatnya.

Erlangga memiliki ide licik untuk menjahili Olivia. Dia menutup pintu lemari dan menghadap Olivia. Tubuh yang masih terpampang nyata kembali Olivia lihat, sialnya perempuan itu sedang menengok ke arah Erlangga. Olivia langsung kembali menatap cermin. “Sial, kenapa dia balik badan, sih?” gumam Olivia.

“Pura-pura nggak mau liat, padahal pengin banget. Yakin nggak mau liat lagi?” kata Erlangga.

“Siapa yang liat? Aku nggak sengaja liat,” jawab Olivia, gaya berbicaranya tergugup. 

“Oke.” Erlangga mulai memakai pakaiannya. Dia tidak memedulikan Olivia yang mencuri pandang ke arahnya. Menurut Erlangga, Olivia itu polos, tetapi rasa ingin tahunya tinggi.

“Kenapa di apartemen cowok ada meja rias? Lengkap juga dengan beberapa perlengkapan untuk rias,” kata Olivia.

Kini perempuan itu sudah tidak malu untuk menatap Erlangga. Pria di hadapannya sudah memakai kemeja, tetapi masih menggunakan handuk.

“Aku juga punya pakaian perempuan di bawah meja rias. Pakai aja!" titah Erlangga.

Olivia langsung memeriksa bagian bawah mrja rias. Ternyata benar, ada beberapa setelan pakaian perempuan. Dia tidak sadar, padahal sudah berada di dekatnya sejak lama. “Ini punya siapa?”

“Itu semua masih baru, masih ada labelnya,” sahut Erlangga. Pria itu berbalik dengan tangan yang memegang ujung handuk. “Kamu yakin mau lihat perkakasku di sini?”

“Maksud kamu?” kata Olivia. Perempuan itu berdiri, dan beringsut mundur karena takut melihat seringai Erlangga. Dia tidak tahu apa yang akan Erlangga lakukan, tetapi instingnya menyuruhnya untuk pergi.

“Aku mau buka handuk di sini. Mau keluar atau mau lihat?” kata Erlangga dengan satu sudut bibir yang terangkat.

Perempuan itu membawa semua pakaian baru ke dalam toilet. Dia berlari dengan wajah memerah. Tingkahnya yang menggemaskan membuat Erlangga tertawa.

***

Area fakultas hukum pagi ini digegerkan dengan sebuah rumor yang sangat fenomenal. Tentu saja mereka membicarakan kedua orang yang baru saja tiba, Erlangga dan Olivia.

Mereka yang melihat berpikir bahwa kedua orang itu sudah berhubungan. Ada yang tidak senang lantaran tidak terima pria pujaannya direbut oleh perempuan sombong, ada juga yang senang lantaran perempuan sombong akhirnya mampu ditaklukan.

Tentu saja mereka berpikir seperti itu, karena Erlangga yang menggandeng Olivia sepanjang jalan. Senyuman yang tidak luntur dari wajah Erlangga tertebar ke seluruh mahasiswa yang dia lewati, seolah mengekspresikan bahwa dia senang karena sekarang Olivia sudah menjadi miliknya.

Olivia tidak peduli dengan tatapan mahasiswa yang lain. Dia bersikap seperti biasa, perempuan angkuh yang enggan menatap mahasiswa lain dengan senyum. Matanya menatap lurus ke depan dengan wajah yang sedikit dia angkat.

"Kamu kelas di mana?" kata Erlangga.

Mereka sudah naik ke lantai dua, tetapi masih belum memiliki tujuan. Olivia menoleh menatap pria di sampingnya dan berkata, "Lantai empat, ruang 408. Kamu mau anter aku ke sana?"

Erlangga tersenyum lebar. "Tentu, aku mau nganterin calon pacar ke sana. Takutnya nanti ada cowok yang berani macem-macem sama calon kesayanganku."

Perempuan itu kembali menatap jalanan di depannya. Dia berusaha mengatur napasnya yang mulai kesulitan mendapat oksigen. Jelas saja Olivia gugup, hal yang Erlangga katakan sangatlah berpengaruh pada dirinya.

Sadar, Olivia! Pria ini sangat licik, jangan terpengaruh sama kata-katanya, pikir Olivia dalam hati.

Sesampainya di ruang kelas, Erlangga mengantar Olivia sampai ke tempat dia duduk. Terdengar bisikan mahasiswa yang membicarakan mereka.

Olivia sontak semakin tidak senang. Mulutnya mengerucut dengan mata yang mulai menyipit. Erlangga sadar kalau Olivia tidak suka dibicarakan. Wajahnya terangkat dan memandang seluruh mahasiswa di sana.

Pria itu menegakkan tubuh lalu menggebrak meja dengan sangat keras. Seisi kelas langsung terdiam dan memfokuskan pandangan ke arah Erlangga.

"Saya kasih tau satu hal, Olivia milik saya sekarang. Siapa pun yang berani nyakitin dia, akan berurusan langsung dengan saya! Siapa pun yang berani ngomongin keburukan dia di belakang, siap-siap hidupnya nggak akan tenang."

Semua mahasiswa di ruangan kelas langsung menundukkan wajah. Erlangga tersenyum puas karena tidak ada yang berani membantah ucapannya. 

"Nanti makan siang bareng. Aku jemput di kelas ini lagi. Kalau aku belum dateng, jangan pergi dulu! Paham?"

Related chapters

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 6

    Setelah mengantarkan Olivia ke dalam kelas, Erlangga tidak langsung pergi ke kelasnya. Pria itu justru keluar dari kampus menuju sebuah gedung mewah di daerah Jakarta Pusat. Dengan penampilannya yang hanya menggunakan kaus putih polos dan kemeja flanel serta celana levis, membuat orang yang melihatnya merasa aneh. “Siapa pria itu? Apakah dia tidak tahu kalau gedung ini hanya didatangi oleh pria berdasi?” Mungkin itu yang dipikirkan oleh mereka. Erlangga sadar kalau dirinya ditatap aneh oleh orang di sekitar, tetapi dia tidak mempedulikannya. Pria itu justru terus melangkah menuju lantai 18 dan memasuki salah satu ruangan. Sebuah kejutan untuknya, dia hanya bertemu Idris dan Yoseph. Pria itu mendecih setelah menutup pintu. "Kamu menyuruhku untuk buru-buru, tetapi sekarang baru kalian berdua di sini. Ke mana uang lainnya?" Lampu ruangan seketika meredup, bergantikan cahaya biru remang-remang. Jendela tak bergorden pun langsung tertutup oleh tralis besi

    Last Updated : 2021-05-28
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 7

    “Ke mana Erlangga, sih? Nyusahin aja jadi orang!” Sudah hampir jam dua siang, tetapi batang hidung Erlangga belum tampak juga. Olivia sudah geram dengan pria itu. Dia ingin sekali menjambak rambut Erlangga kalau bertemu nanti. Akhirnya, perempuan itu memutuskan untuk pergi dari kantin. “Kelamaan nungguin dia. Nanti malah nggak ikut kelas.” Dalam hati dia mengutuk pria bernama Erlangga, seandainya dia dateng, akan aku hantam wajahnya dengan tas. Padahal, sepertinya nyali Olivia belum cukup untuk melakukan itu. Ditatap dari jarak dekat saja sudah gerogi, apalagi melakukan hal yang tidak-tidak. “Eheeem!” Olivia menoleh ke sumber suara di belakangnya. Ternyata Erlangga, dia sedang mengikuti Olivia dari belakang. “Apa yang aku bilang tadi saat di kantin?” tanya Erlangga dengan tatapan mata yang menajam. Olivia menjawab setelah memutar bola matanya. “Terus aku harus nungguin kamu sampai kapan? Dua menit lagi udah masuk kelas

    Last Updated : 2021-06-24
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 8

    “Hari ini kita ke rumah kamu, ya.” Pernyataan dari Erlangga membuat Olivia mengembuskan napasnya dengan kasar. Perempuan itu tersadar, kepergiannya semalam pasti akan membuat ayahnya marah. “Bisa kita main ke mana dulu gitu? Aku juga kayaknya mau nginep di apartemen kamu lagi, Lang!” kat Olivia. Sontak pria di sampingnya langsung tertawa. Apa maksudnya Olivia ingin menginap di apartemennya lagi? Erlangga berpikir kalau Olivia ingin tidur di apartemennya, berarti Olivia sudah mau menerima Erlangga. “Kenapa? Kamu udah nggak sabar untuk tinggal sama aku, ya? Jangan-jangan kamu juga udah nggak sabar untuk tidur sekamar sama aku, Liv,” kata Erlangga yang sedang menyetir. “Anda ini terlalu percya diri banget, ya?” tanya Olivia sedikit jengkel. Erlangga terus tertawa kecil mendengarnya. “Emang itu kenyataannya, kan? Bukan percaya diri, tapi emang itu kenyataan yang terjadi.” “Kalau bisa, aku mending nggak ketemu lagi sama kamu, Er.” O

    Last Updated : 2021-06-26
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 9

    Dua orang yang tidak memiliki kejelasan status akan tinggal bersama di satu apartemen. Terdengar konyol, tetapi itu yang terjadi pada Erlangga dan Olivia. Kedua insan itu sedang berdebat masalah kamar. “Pokoknya aku mau kamar ini. Kamu harus pindah kamar!” titah Olivia. “Ini apartemen aku. Kenapa jadi kamu yang ngatur-ngatur? Kamu pindah aja ke kamar sebelah!” Erlangga kembali mendorong Olivia dari kamarnya. Setelah lolos dari kejaran anak buah Firman, mereka berdua langsung ke apartemen. Warna langit yang sudah jingga yang membuat Erlangga untuk memilih pulang. “Kenapa kamu nggak mau ngalah sama cewek, sih?” protes Olivia. “Bukannya malam ini kamu jadi pembantu aku? Mending kamu buatin aku minum aja sekarang dari pada rebutan kamar.” Erlangga menutup pintu kamar dan menguncinya. “Kenapa kuncinya kamu simpen?” tanya Olivia yang semakin sewot. “Jaga-jaga kalau kamu mau ambil kuncinya terus nyelonong masuk. Udah, sekarang kamu bu

    Last Updated : 2021-06-27
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 10

    “Kenapa diem aja?” tanya Erlangga. Mereka berdua sudah tiba di depan sebuah gedung tinggi daerah Kasablanka. Erlangga sengaja mengajak Olivia ke pertemuan kelompoknya. “Kamu masih marah sama aku?” Erlangga kembali bertanya. Dia melepas kaitan sabuk pengaman dan menghadap Olivia. “Nggak ada yang harus dimarahi. Ngapain kita ke sini?” Olivia akhirnya membuka suara, setelah perjalanan yang cukup memakan waktu dia terdiam. “Saya mau ketemu temen-temen aku. Kamu nggak apa-apa ikut aku, kan?” tanya Erlangga. Embusan kasar napas Olivia mengartikan dia tidak senang. Perempuan itu seolah kehilangan mood untuk tersenyum setelah perbuatan yang Erlangga lakukan. “Hei! Kenapa nggak mau natap aku, sih?” Erlangga membuat wajah Olivia menatapnya. “Kamu masih marah masalah tadi?” “Kamu pikir a kumasih marah atau nggak? Kalau kamu punya pikiran, seharusnya kamu tahu,” sahut Olivia. Erlangga sadar kesalahannya. Dia tidak seharusn

    Last Updated : 2021-06-27
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 11

    “Ayo, Liv! Kita pergi dari sini!” Erlangga telah keluar dari ruangan tempat mereka berkumpul. Wajahnya yang ditekuk menyadarkan Yoseph bahwa pria itu sedang dalam keadaan tidak senang. “Apa yang terjadi di dalam sana? Kalian tidak saling bunuh, kan?” tanya Yoseph yang disambut dengan pekikan kejut Olivia. Jelas saja, perempuan itu terkejut karena Yoseph mengatakan kata bunuh dengan santai. Seolah bunuh adalah hal yang mudah dilakukan. Padahal, bagi Olivia kata itu bagaikan kata yang menyeramkan. “Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya aman terkendali,” kata Erlangga dengan tenang. Dia menoleh ke arah Olivia dan tersenyum. “Kita pergi sekarang!” Erlangga langsung menggandeng tangan Olivia untuk segera pergi dari sana. Dia tidak mau lagi membawa Olivia ke dalam lingkungan Renoza. Dia mau Olivia tetap aman. “Kalian ngapain aja di dalam sana?” tanya Olivia di tengah perjalanan. Erlangga terus menatap lurus jalanan di depan ta

    Last Updated : 2021-07-12
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 12

    “Er, aku nggak mau tidur di kamar sebelah. Aku lebih suka pemandangan di kamar ini,” kata Olivia. Mereka masih saja bertengkar meributkan masalah kamar. Yang satu tidak mau pindah lantaran memang ini kamarnya, yang satu lagi tidak mau pindah lantaran suka dengan pemandangan di jendela. “Aku tidur di sini. Kalau kamu mau tidur di sini nggak masalah, kita bisa berbagi kasur. Emangnya kamu yakin kita hanya tidur kalau berduaan?” goda Erlangga. “Dasar cowok mesum! Kamu ini mikirnya ngeres aja, sih. Mending saya tidur di sofa dari pada harus tidur sama kamu!” bantah Olivia dengan suara yang meninggi. Yang diajak berbicara justru tertawa terbahak-bahak. Dia memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Hanya saja Olivia tidak mengetahui itu. “Kenapa kamu tidak mau? Bukannya kamu sudah jadi istriku secara tidak langsung? Aku sudah bilang, kalau kamu tidur di sini, itu artinya kamu menjadi istriku secara tidak langsung.” “Teori dari mana yan

    Last Updated : 2021-07-16
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 13

    Sejak kejadian tadi pagi, Olivia tidak menjawab setiap pertanyaan maupun teguran Erlangga. Dia merasa Erlangga tidak sopan karena sudah mencuri first kiss-nya. Olivia terus menjaga first kiss-nya hanya untuk pacar atau suaminya nanti. Namun, Erlangga dengan mudah mengambilnya begitu saja. “Kamu sudah rapi aja, mau ke mana?” tanya Erlangga yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Olivia mengabaikan pertanyaan yang Erlangga berikan. Dia terus memantaskan dirinya untuk pergi ke kampus. Entah apa yang sedang aku rasakan. Aku merasa marah karena first kiss­-ku yang diambil oleh Er, tetapi di sisi lain aku merasakan tadi adalah hal yang luar biasa. Merasa pertanyaannya diabaikan, Erlangga langsung masuk ke kamar Olivia dan membanting pintu dari dalam. BLAM! Bantingan pintu membuat Olivia terkejut bukan main sehingga dia sampai terdiam di depan cermin besar. Dia menatap pantulan Erlangga yang sedang m

    Last Updated : 2021-07-18

Latest chapter

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 34

    Di hadapannya, ada seorang pria yang sedang tidak sadarkan diri. Tangan kanannya diinfus sedangkan punggungnya diperban. Luka tusuk yang pria itu dapatkan tidak terlalu dalam, tetapi berhasil menghabiskan banyak darahnya.Erlangga terus bertahan untuk sadar dan menemani Olivia di perjalanan. Hingga akhirnya dia tidak kuat menahan kesadarannya sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri. Justru itu yang membuat Olivia semakin ketakutan.Sekarang, Olivia sudah merasa lebih tenang. Pria yang dia khawatirkan masih belum sadar. Sejak tiga jam lalu, Erlangga masih memejamkan matanya seolah tidak ada yang menunggunya untuk bangun."Ada yang perlu kita bicarakan." Ruhn mem

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 33

    “Semakin menyenangkan saja pertunjukan drama kali ini. Jadi kamu tidak akan menikah dengan Erlangga setelah ini, Liv? Kasihan sekali dirimu. Kamu sudah hamil, tetapi pria yang menghamili tidak mau bertanggung jawab,” ucap Jakob sambil tersenyum lebar. Dia melirik ke arah Firman dan berkata, “Apa yang akan Anda lakukan pada Erlangga, Pak Tua?”Firman sudah tidak mau berkata apa-apa. Dia sudah muak dengan Jakob dan hal yang sedang dia rasakan. Namun, dia tidak bisa lepas begitu saja. Dia tidak bisa melepaskan dirinya dan juga tidak bisa berbuat apa-apa. Firman merasa sangat tidak berguna sekarang.“Anda benar-benar pria paling berengsek yang pernah saya temui, Erlangga. Saya tidak sangka kalau Anda berani merusak putri saya dan ingin pergi begitu saja. Ternyata memang benar ucapan saya tadi kalau Anda adalah mafia yang licik,” jawab Firman.“Ya, dia memang licik, Pak Tua. Dia bahkan lebih licik dari pada saya. Beruntung se

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 32

    “Dia adalah Renoza yang sebenarnya. Dia adalah pria yang sengaja saya jadikan kambing hitam setidaknya sampai saya tiba di rumah Anda, Pak Tua.” Jakob tertawa cekikikan.Kalau tahu yang sebenarnya, tidak mungkin Firman akan menahan Erlangga tadi. Dia mungkin akan menuruti semua perintah Erlangga demi keselamatan dirinya dan keluarga. Sayangnya, Jakob begitu memengaruhi pikiran Firman hingga dia terperdaya.“Sepertinya Anda juga tidak tahu apa yang membuat putri Anda datang ke Paris, ya? Tidak masalah, saya akan menjelaskannya pada Anda juga,” kata Jakob.Firman terus menatap wajah Jakob yang dekat padanya. Yang ditatap tidak berhentinya tertawa jahat. “Dia datang untuk meminta pertanggungjawaban dari calon suaminya, Pak Tua.”“Cukup, Jakob! Semua itu hak saya untuk mengatakannya pada keluarga! Bukan hak Anda sebagai orang asing yang jahat dan licik!” pekik Olivia dengan suara yang tinggi.Tria mulai m

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 31

    Kehadiran Jakob dan para pengikutnya ke dalam rumah Firman Mahardika membuat semua keadaan berubah. Firman, pria tua yang seharusnya menjadi tuan di rumah itu karena seharusnya dilindungi, sekarang justru menjadi tahanan Jakob. Tidak hanya Firman Mahardika yang dia tahan, istri dan anaknya juga ikut ditahan secara paksa.Erlangga sudah tidak terkejut dengan semua yang terjadi saat ini padanya dan juga pada keluarga Mahardika. Dia sudah memperkirakannya sejak tadi ditahan oleh Firman. Pria yang sedang menikmati pertunjukan drama di depannya itu sudah tahu kalau ada orang yang menuduh dirinya dan menjebaknya sekarang.Sudah terbukti yang ada di dalam benaknya. Pasti ada anggota mafia Ryuzen yang menghasut Firman. “Jangan salahkan saya yang nggak memberikan peringatan. Saya terus bertanya, tetapi Anda memilih untuk ingin membunuh saya.”“Diam kamu! Siapa kamu sebenarnya?” Firman yang sudah kehabisan kesabaran terus menarik uratnya ketika ber

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 30

    Seluruh manusia yang berada di dalam ruangan itu terkejut. Seorang Erlangga dengan tenang menghadapi Firman. Dia tanpa rasa takutnya membalas ucapan Firman Mahardika saat banyak penjaganya sedang berada di ruangan yang sama pula. Erlangga dengan sangat berani dia menyunggingkan senyum miringnya.Olivia bahkan sampai menutup mulut. Dia yang sangat terkejut. “Apa maksudnya semua ini, Yah?”Firman menoleh ke belakang dan menatap putri semata wayangnya. Tatapan mata Olivia yang semakin sendu membuat pria tua itu tidak tega. Awalnya Firman ingin marah pada anaknya lantaran ceroboh dengan pria yang bisa mencelakainya. Namun, Firman urungka karena tidak tega.“Dia ini seorang mafia yang sangat licik, Liv. Dia adalah seorang yang bisa membunuh bahkan hanya dengan tangan kosong. Dia bisa saja membunuh semua orang yang ada di sini hanya untuk kemenangannya seorang. Orang yang sudah kamu dekati selama ini hanya menginginkan harta Ayah, bukan ketulusan men

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 29

    "Kita nggak perlu ke rumah aku, Er. Aku hanya harus telepon Ayah aja. Nanti dia yang akan nyuruh anak buahnya untuk berhenti ganggu kita. Nanti kita akan ke rumah aku kalau keadaannya sudah aman semuanya. Baru kita rencanain bagaimanacame outkalau kita akan menikah karena tragedi ini," jelas Olivia yang mulai murung. Erlangga tidak habis pikir dengan jalan pikir Olivia. Perempuan itu menyangka kalau semua yang terjadi adalah ulah anak buah ayahnya. Pria itu mendengkus dan menggelengkan kepalanya dengan kasar. "Apa yang kamu maksud anak buah ayah kamu? Apa kamu nggak sadar kalau itu semua bukan anak buah ayah kamu? Mereka semua ingin nyelakain kamu. bagaimana bisa mereka jadi anak buah ayah kamu?" Olivia tersenyum meremehkan dan membuka layar ponselnya. Dia menunjukkan isi pesan singkat yang sudah diterima dari ayahnya kepada Erlangga. Ayah: Kamu harus jaga diri! Kalau tidak aman, segera kembali ke ru

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 28

    Mobil berhenti di parkiran apartemen Erlangga. Olivia yang senang karena akhirnya dapat bertemu dengan Erlangga pun tidak kuasa menahan senyumnya. Dia terus saja tersenyum sepanjang perjalanan. Mereka pun berjalan menuju unit apartemen milik Erlangga. Tangan mereka bertaut seolah tidak mau melepas satu sama lain. Siapa yang berani memisahian mereka berdua? Erlangga akan maju menghadapinya. Dia sudah siap dengan keahlian bela dirinya untuk menghajar orang yang mengganggu hidupnya.

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 27

    Setelah perdebatan alot dengan ayahnya, Olivia akhirnya memutuskan panggilan itu. Dia tidak mau berbicara dengan ayahnya untuk beberapa saat ini. Dia masih sulit untuk percaya kalau ayahnya sendiri yang merencakan penyerangan itu.“Aku nggak nyangka kalau Ayah setega ini. Orang yang Oliv sayang bisa terluka gara-gara kekejaman Ayah. Apa Ayah nggak seneng lihat Oliv bahagia? Apa bahagia di mata Ayah?” gerutu Olivia di ruang tunggu.Dia sejak tadi sudah murung. Erlangga sudah terluka dan itu akibat ulah ayahnya. Sampai sekarang Olivia masih bingung dengan motif yang ayahnya berikan. Bagaimana bisa dia memerintahkan orang untuk melakukan penyerangan terhadap dirinya bahkan sampai ke Paris?“Apa yang sebenarnya Ayah lakukan? Mengapa Ayah begitu terlihat tidak menyukai Erlangga?”Hampir satu jam Erlangga di dalam ruangan sana tanpa ada kabar dari perawat atau dokter. Olivia takut kalau Erlangga kehabisan darah. Dia melihat sendiri kalau

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 26

    Seketika tubuh Erlangga membeku ketika letupan pistol itu memekakkan telinga mereka berdua. Olivia yang duduk di depannya juga membelakkan matanya. Pria itu melirik ke arah lengan kanannya yang sudah mengeluarkan darah dari sana.Olivia yang tidak tega ingin sekali melindungi Erlangga. Perempuan itu pun menarik tubuh Erlangga agar ikut bersembunyi di balik tembok bersamanya. Bagian lengan yang tadi mengeluarkan darah sudah ditahan oleh telapak tangan Erlangga. Namun, tetap saja masih mengeluarkan darah.“Kreeet!” Olivia merobek pakaiannya untuk digunakan membebat tangan Erlangga. Dia ikat luka itu dengan niat agar darahnya berhenti mengalir. Setelah selesai, Olivia mengeratkan pegangan tangannya dengan Erlangga.“Aku nggak kenapa-kenapa. Ayo kita pergi dari sini,” kata Erlangga.Saat itu juga Olivia menggelengkan kepalanya dengan wajah yang penuh keyakinan. Dia berniat melindungi Erlangga dengan cara yang dia pikirkan sendiri.

DMCA.com Protection Status