Share

Part 6

Author: vhiiilut
last update Last Updated: 2021-05-28 15:16:41

Setelah mengantarkan Olivia ke dalam kelas, Erlangga tidak langsung pergi ke kelasnya. Pria itu justru keluar dari kampus menuju sebuah gedung mewah di daerah Jakarta Pusat. Dengan penampilannya yang hanya menggunakan kaus putih polos dan kemeja flanel serta celana levis, membuat orang yang melihatnya merasa aneh.

“Siapa pria itu? Apakah dia tidak tahu kalau gedung ini hanya didatangi oleh pria berdasi?”

Mungkin itu yang dipikirkan oleh mereka. Erlangga sadar kalau dirinya ditatap aneh oleh orang di sekitar, tetapi dia tidak mempedulikannya. Pria itu justru terus melangkah menuju lantai 18 dan memasuki salah satu ruangan.

Sebuah kejutan untuknya, dia hanya bertemu Idris dan Yoseph. Pria itu mendecih setelah menutup pintu. "Kamu menyuruhku untuk buru-buru, tetapi sekarang baru kalian berdua di sini. Ke mana uang lainnya?"

Lampu ruangan seketika meredup, bergantikan cahaya biru remang-remang. Jendela tak bergorden pun langsung tertutup oleh tralis besi tak bercelah.

“Lupakan tentang itu! Ada hal yang ingin aku tanyakan, mana Olivia?"

tanya Idris yang menatap dengan nyalang. Melotot dan tangan yang mengepal. “Jangan permainkan Alpha!”

Erlangga memiringkan kepalanya, salah satu sudut bibirnya terangkat. "Di tempat yang aman."

“Jangan main-main, Er! Di mana dia?” Yoseph berjalan menghampiri Erlangga. Tangan pria itu sudah siap untuk menghantam wajah Erlangga.

Dengan sigap Erlangga menangkap kepalan tangan Yoseph hingga gagal menyentuh wajahnya. “Santai aja! Jangan terlalu emosi! Aku yang terbaik di antara kita semua, jangan meremehkanku!"

Yoseph menarik tangannya dengan kasar. “Lalu di mana dia? Alpha sudah memperingatiku, Mahardika sudah marah. kenapa kamu tidak memberitahu keberadaan Olivia?"

“Cepat katakan di mana dia, Er? Jika Ryuzen berhasil menangkapnya, kamu akan mati hari ini," kata Idris sambil melempar ponselnya ke Erlangga.

Sebuah pesan singkat dengan nomor yang tidak diketahui terpampang nyata di depan mata. Erlangga tahu kalau pesan itu dari Alfonso, pemimpin mereka. Pria itu bergidik ngeri membaca kata demi kata di sana.

Pria itu langsung menekan tombol telepon, lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinganya. Idris dan Yoseph menatapnya dengan jengkel, tangan mengepal, dan napas yang berderu.

“Santai, jangan khawatir tentang Olivia." Erlangga memberikan tatapan nyalang.

Ruangan itu mulai sepi, tidak ada suara yang terdengar. Masing-masing dari mereka berusaha menenangkan diri. Orang yang sedang dihubuni adalah Alfonso, pemimpin Renoza. Bahkan pendamping setianya saja takut, bagaimana dengan mereka bertiga yang masih menjadi anak buahnya?

"Saya harap Anda punya kabar baik," kata Alfonso.

Panggilan sudah diterima, Erlangga menegang di tempatnya. Pria itu memejamkan mata sambil menarik napas panjang. "Dia bersama saya, di apartemen saya. Dia tinggal bersama saya mulai sekarang."

Terdengar tawa renyah Alfonso dari telepon, membuat dahi Erlangga berkeringat. “Biarkan dia memutuskan akan tinggal dengan siapa. Jangan sampai Mahardika marah karena ulah Anda!"

“Apa dia tahu tentangku?"

Erlangga tidak mau ada yang mengetahui identitasnya di Indonesia. Dia lebih senang dikenal sebagai mahasiswa dari pada sebagai mafia kelas kakap. Namun, Alfonso belum menjawab pertanyaannya. Beberapa detik Erlangga menunggu, dia mulai ketakutan kalau Alfonso memberitahu identitasnya.

“Tidak.”

Panggilan ditutup sepihak, Erlangga langsung menghela napas lega. Dia melempar ponsel itu kembali ke rekannya. "Permasalahan selesai, tidak ada yang perlu dikhaaatirkan."

Idris mendengkus kasar mendengar perkataan Erlangga. "Jika aku tidak meneleponmu, kamu tidak akan berbicara pada Alpha. Kemudian dia akan menghukumku. Dasar pengecut!"

Erlangga berjalan menuju bangku di sebelah Idris, kemudian duduk di sana. Senyuman sebelah bibirnya tidak pernah luntur. Dia menolehkan kepala menghadap Idris. "Itu sudah tanggung jawabmu sebagai ketua."

Ruangan kembali seperti semula. Cahaya biru remang-remang menghilang, tergantikan dengan cahaya matahari yang masuk melalui kaca jendela. Sekarang, baru terlihat beberapa hidangan yang menggugah selera. Erlangga langsung menyantapnya tanpa ragu.

***

Perempuan itu mulai bosan menunggu sendirian di kursi depan kelasnya. Beberapa hal telah dia lakukan, mendengarkan musik, membaca novel daring, dan sudah dua kali dia pergi ke toilet. Namun, Erlangga tetap belum datang juga.

“Dasar cowok resek! Katanya mau ngajak makan siang, tapi udah jam satu lewat belum dateng,” gerutunya.

Siapa yang suka menunggu? Tidak ada yang menyukai hal itu, termasuk Olivia. Perempuan itu biasanya akan pergi dan melupakan orang yang dia tunggu. Namun, kali ini berbeda. Karena orang yang dia tunggu adalah Erlangga.

Perempuan itu terlonjak kaget ketika seorang pria datang dan langsung bersandar di bahunya. Napas pria itu teburu-buru, peluh keringat pun masih mengalir di wajah sampai ke leher. Olivia menyingkirkan Erlangga dari sampingnya.

“Sebentar doang nggak boleh? aku lagi kecapekan, nih.” Wajah Erlangga memelas, dia pun menyandarkan kepala di bahu Olivia.

“Kamu telat satu jam lebih,” kata Olivia.

Perempuan itu sedang marah, terdengar dari suaranya yang rendah dan tajam. Erlangga mengintip wajah perempuan di sampingnya, kemudian dia tersenyum. “Mau makan apa hari ini?”

Tidak ada jawaban dari Olivia. Dia sudah kehilangan nafsu untuk makan. Erlangga mulai sadar dengan tingkah Olivia, tetapi pria itu justru semakin melebarkan senyumnya.

Bukannya menghibur, Erlangga justru mencubit kedua pipi Olivia hingga memerah. Setelah dilepaskan, area yang sempat dia sentuh tadi berubah menjadi merah. Erlangga langsung tertawa melihatnya, membuat Olivia semakin kesal dengan tingkah Erlangga.

“Nggak lucu! Udah telat, bukannya minta maaf, malah jahil.”

“Aku minta maaf, Tuan Putri.” Erlangga membungkukkan badannya.

“Permintaan maaf Anda tidak diterima!"

"Kalau begitu apa yang harus saya lakukan agar dimaafkan? Mentraktirmu?"

Olivia langsung tersenyum. Perempuan itu merasa tersinggung. "Aku masih punya uang untuk bayar makanan sendiri!"

"Oke, kita berangkat sekarang."

Mereka pun pergi dari tempat itu. Erlangga seperti orang yang tidak ingin kehilangan Olivia, lengan perempuan itu dia genggam erat sambil berjalan. Membuat Olivia merasakan hal yang aneh dalam dirinya. 

Bukan yang pertama kali mereka bergandengan tangan, tetapi Olivia tetap merasakan getaran hebat di dalam jantungnya. Perempuan itu berjalan sambil menatap wajah Erlangga dari samping. Ukiran wajahnya yang sempurna, hidungnya yang sangat mancung, dan kedua bola mata hitam legam yang begitu tajam jika menatap, serta bibir berwarna merah muda yang menambah kesan tampan.

Tidak ada yang kurang dalam tubuhnya, tetapi perlakuannya membuatku merinding. Apa lagi ketika dia menatapku dengan tajam.

Sampailah kedua orang itu di kantin, tempat semua mahasiswa mengisi ulang energinya dengan makanan. Semilir angin yang berhembus membawa serta wangi makanan yang menggiurkan. 

Erlangga membawa Olivia untuk duduk di depan warung soto, tempat mereka bertemu pertama kali. Mata Olivia yang tidak henti menatap Erlangga membuat mahasiswi yang berada di kantin merasa cemburu, mereka tidak bisa seperti Olivia yang puas memandang Erlangga dari jarak dekat.

"Kamu tunggu di sini! Aku yang pesen makanannya. Paham?" kata Erlangga.

Olivia menunjukkan kepatuhannya, dia menganggukkan kepala. Erlangga mengusap puncak kepala perempuan itu dengan lembut dan senyum yang terpancar di wajahnya. Pekikkan keras mulai terdengar dari mahasiswi yang lain, tetapi mereka berdua abaikan.

Perempuan itu langsung menghirup oksigen dengan rakus setelah Erlangga pergi. Olivia menahan napas ketika rambutnya diusap, dia belum pernah diperlakukan selembut itu. Dia hanya pria jahat yang menyamar di kampus. Jangan tertipu sama semua sikapnya.

"Lagi mikirin aku, ya?" tegur Erlangga.

Olivia terlonjak kaget saat punggungnya disentuh Erlangga. Pria itu memilih untuk duduk di sebelah kanan Olivia.

"Aku yang mikirin kamu? Aku cuma kepikiran sama hal lain."

"Apa yang kamu pikirin? Pasti mikirin nanti malem mau ngapain sama aku, kan?" 

Perempuan itu mendelik. "Jangan macem-macem, ya!"

"Nanti juga kita akan melakukan itu, Liv!"

"Mungkin itu akan terjadi di mimpi kamu yang liar."

Erlangga mengangkat kedua alisnya seraya tersenyum. Pria itu langsung tidak menjawab perkataan Olivia. Namun, tangannya beralih menyentuh lengan sebelah kiri Olivia, lalu menarik tubuh Olivia agar menempel dengannya.

"Jangan jauh-jauh dari aku," bisik Erlangga tepat di telinga Olivia.

Ungkapan yang pantas saat ini adalah dunia hanya milik mereka berdua, yang lain harus membayar sewa. Tidak ada yang mereka pedulikan, termasuk dosen yang ikut gemas dengan tingkah kedua insan itu. 

Erlangga sungguh membuat Olivia lupa akan dirinya yang dulu. Perempuan itu tidak akan pernah mau berdekatan dengan orang lain di kampus ini selain dosen. Namun, kali ini dia mengizinkan Erlangga memperlakukannya dengan bebas. 

Sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Mengapa kamu begitu manis saat di sekolah, tetapi menyeramkan saat di luar?

"Ini beneran cuma pesen satu, Er?" tanya si Penjual nasi goreng.

Erlangga mengambil piring yang dibawa. "Bener, Bu. Aku cuma pesen satu."

Lalu, dia berikan piring berisikan nasi goreng untuk Olivia. Perempuan itu bertanya-tanya pastinya, tetapi Erlangga sudah menjawabnya sebelum pertanyaan diajukan. 

"Aku masih kenyang."

"Kalau begitu makan berdua aja. Porsi makan aku nggak sebanyak ini," sahut Olivia.

Erlangga menarik kedua sudut bibirnya. Dia mengambil alih sendok yang Olivia pegang, lalu memberikan suapan pertama untuk Olivia.

"Minta sendok lagi aja, Er!"

Pria itu langsung melunturkan senyumannya. "Buka mulut kamu!"

Olivia langsung menerima suapan pertama dari Erlangga. Dia enggan membantah perintah Erlangga lagi, sebab dia takut melihat Erlangga yang sedang marah.

Beberapa suapan telah masuk ke mulut Olivia. Erlangga sepertinya senang memperlakukan Olivia dengan manja. Apa dia mulai tertarik dengan Olivia? 

Pandangan pria itu beralih ke pria yang menggunakan jaket hitam polos di dekat warung minuman. Pria itu menggunakan masker hitam dan topi hitam. Hal yang menarik perhatian Erlangga adalah logo harimau di lengan jaketnya.

Pria itu menoleh, dan memicingkan matanya ke Olivia. Erlangga langsung mendekap erat perempuan di sampingnya. 

"Lang, kenapa dipeluk?" kata Olivia.

Erlangga menatap pria itu berjalan. Sesaat dia ragu untuk meninggalkan Olivia, tetapi dia harus mengejarnya. "Oliv, habisin makanan kamu. Jangan pergi kemana-mana selain di kantin! Paham apa yang aku katakan?"

"Tapi, aku mau kelas nanti jam dua, Er."

"Sebelum jam dua aku usahain udah ada di kantin lagi. Kamu harus diam di sini! Paham?"

Olivia menatap pria di depannya dengan heran. Apa yang Erlangga ingin lakukan? Mengapa dia begitu serius sekarang?

"Paham, Er.”

Related chapters

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 7

    “Ke mana Erlangga, sih? Nyusahin aja jadi orang!” Sudah hampir jam dua siang, tetapi batang hidung Erlangga belum tampak juga. Olivia sudah geram dengan pria itu. Dia ingin sekali menjambak rambut Erlangga kalau bertemu nanti. Akhirnya, perempuan itu memutuskan untuk pergi dari kantin. “Kelamaan nungguin dia. Nanti malah nggak ikut kelas.” Dalam hati dia mengutuk pria bernama Erlangga, seandainya dia dateng, akan aku hantam wajahnya dengan tas. Padahal, sepertinya nyali Olivia belum cukup untuk melakukan itu. Ditatap dari jarak dekat saja sudah gerogi, apalagi melakukan hal yang tidak-tidak. “Eheeem!” Olivia menoleh ke sumber suara di belakangnya. Ternyata Erlangga, dia sedang mengikuti Olivia dari belakang. “Apa yang aku bilang tadi saat di kantin?” tanya Erlangga dengan tatapan mata yang menajam. Olivia menjawab setelah memutar bola matanya. “Terus aku harus nungguin kamu sampai kapan? Dua menit lagi udah masuk kelas

    Last Updated : 2021-06-24
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 8

    “Hari ini kita ke rumah kamu, ya.” Pernyataan dari Erlangga membuat Olivia mengembuskan napasnya dengan kasar. Perempuan itu tersadar, kepergiannya semalam pasti akan membuat ayahnya marah. “Bisa kita main ke mana dulu gitu? Aku juga kayaknya mau nginep di apartemen kamu lagi, Lang!” kat Olivia. Sontak pria di sampingnya langsung tertawa. Apa maksudnya Olivia ingin menginap di apartemennya lagi? Erlangga berpikir kalau Olivia ingin tidur di apartemennya, berarti Olivia sudah mau menerima Erlangga. “Kenapa? Kamu udah nggak sabar untuk tinggal sama aku, ya? Jangan-jangan kamu juga udah nggak sabar untuk tidur sekamar sama aku, Liv,” kata Erlangga yang sedang menyetir. “Anda ini terlalu percya diri banget, ya?” tanya Olivia sedikit jengkel. Erlangga terus tertawa kecil mendengarnya. “Emang itu kenyataannya, kan? Bukan percaya diri, tapi emang itu kenyataan yang terjadi.” “Kalau bisa, aku mending nggak ketemu lagi sama kamu, Er.” O

    Last Updated : 2021-06-26
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 9

    Dua orang yang tidak memiliki kejelasan status akan tinggal bersama di satu apartemen. Terdengar konyol, tetapi itu yang terjadi pada Erlangga dan Olivia. Kedua insan itu sedang berdebat masalah kamar. “Pokoknya aku mau kamar ini. Kamu harus pindah kamar!” titah Olivia. “Ini apartemen aku. Kenapa jadi kamu yang ngatur-ngatur? Kamu pindah aja ke kamar sebelah!” Erlangga kembali mendorong Olivia dari kamarnya. Setelah lolos dari kejaran anak buah Firman, mereka berdua langsung ke apartemen. Warna langit yang sudah jingga yang membuat Erlangga untuk memilih pulang. “Kenapa kamu nggak mau ngalah sama cewek, sih?” protes Olivia. “Bukannya malam ini kamu jadi pembantu aku? Mending kamu buatin aku minum aja sekarang dari pada rebutan kamar.” Erlangga menutup pintu kamar dan menguncinya. “Kenapa kuncinya kamu simpen?” tanya Olivia yang semakin sewot. “Jaga-jaga kalau kamu mau ambil kuncinya terus nyelonong masuk. Udah, sekarang kamu bu

    Last Updated : 2021-06-27
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 10

    “Kenapa diem aja?” tanya Erlangga. Mereka berdua sudah tiba di depan sebuah gedung tinggi daerah Kasablanka. Erlangga sengaja mengajak Olivia ke pertemuan kelompoknya. “Kamu masih marah sama aku?” Erlangga kembali bertanya. Dia melepas kaitan sabuk pengaman dan menghadap Olivia. “Nggak ada yang harus dimarahi. Ngapain kita ke sini?” Olivia akhirnya membuka suara, setelah perjalanan yang cukup memakan waktu dia terdiam. “Saya mau ketemu temen-temen aku. Kamu nggak apa-apa ikut aku, kan?” tanya Erlangga. Embusan kasar napas Olivia mengartikan dia tidak senang. Perempuan itu seolah kehilangan mood untuk tersenyum setelah perbuatan yang Erlangga lakukan. “Hei! Kenapa nggak mau natap aku, sih?” Erlangga membuat wajah Olivia menatapnya. “Kamu masih marah masalah tadi?” “Kamu pikir a kumasih marah atau nggak? Kalau kamu punya pikiran, seharusnya kamu tahu,” sahut Olivia. Erlangga sadar kesalahannya. Dia tidak seharusn

    Last Updated : 2021-06-27
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 11

    “Ayo, Liv! Kita pergi dari sini!” Erlangga telah keluar dari ruangan tempat mereka berkumpul. Wajahnya yang ditekuk menyadarkan Yoseph bahwa pria itu sedang dalam keadaan tidak senang. “Apa yang terjadi di dalam sana? Kalian tidak saling bunuh, kan?” tanya Yoseph yang disambut dengan pekikan kejut Olivia. Jelas saja, perempuan itu terkejut karena Yoseph mengatakan kata bunuh dengan santai. Seolah bunuh adalah hal yang mudah dilakukan. Padahal, bagi Olivia kata itu bagaikan kata yang menyeramkan. “Nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya aman terkendali,” kata Erlangga dengan tenang. Dia menoleh ke arah Olivia dan tersenyum. “Kita pergi sekarang!” Erlangga langsung menggandeng tangan Olivia untuk segera pergi dari sana. Dia tidak mau lagi membawa Olivia ke dalam lingkungan Renoza. Dia mau Olivia tetap aman. “Kalian ngapain aja di dalam sana?” tanya Olivia di tengah perjalanan. Erlangga terus menatap lurus jalanan di depan ta

    Last Updated : 2021-07-12
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 12

    “Er, aku nggak mau tidur di kamar sebelah. Aku lebih suka pemandangan di kamar ini,” kata Olivia. Mereka masih saja bertengkar meributkan masalah kamar. Yang satu tidak mau pindah lantaran memang ini kamarnya, yang satu lagi tidak mau pindah lantaran suka dengan pemandangan di jendela. “Aku tidur di sini. Kalau kamu mau tidur di sini nggak masalah, kita bisa berbagi kasur. Emangnya kamu yakin kita hanya tidur kalau berduaan?” goda Erlangga. “Dasar cowok mesum! Kamu ini mikirnya ngeres aja, sih. Mending saya tidur di sofa dari pada harus tidur sama kamu!” bantah Olivia dengan suara yang meninggi. Yang diajak berbicara justru tertawa terbahak-bahak. Dia memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Hanya saja Olivia tidak mengetahui itu. “Kenapa kamu tidak mau? Bukannya kamu sudah jadi istriku secara tidak langsung? Aku sudah bilang, kalau kamu tidur di sini, itu artinya kamu menjadi istriku secara tidak langsung.” “Teori dari mana yan

    Last Updated : 2021-07-16
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 13

    Sejak kejadian tadi pagi, Olivia tidak menjawab setiap pertanyaan maupun teguran Erlangga. Dia merasa Erlangga tidak sopan karena sudah mencuri first kiss-nya. Olivia terus menjaga first kiss-nya hanya untuk pacar atau suaminya nanti. Namun, Erlangga dengan mudah mengambilnya begitu saja. “Kamu sudah rapi aja, mau ke mana?” tanya Erlangga yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya. Olivia mengabaikan pertanyaan yang Erlangga berikan. Dia terus memantaskan dirinya untuk pergi ke kampus. Entah apa yang sedang aku rasakan. Aku merasa marah karena first kiss­-ku yang diambil oleh Er, tetapi di sisi lain aku merasakan tadi adalah hal yang luar biasa. Merasa pertanyaannya diabaikan, Erlangga langsung masuk ke kamar Olivia dan membanting pintu dari dalam. BLAM! Bantingan pintu membuat Olivia terkejut bukan main sehingga dia sampai terdiam di depan cermin besar. Dia menatap pantulan Erlangga yang sedang m

    Last Updated : 2021-07-18
  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 14

    “Orang-orang pada ngeliatin kita, Er. Ada apa, sih?” tanya Olivia saat sampai di area fakultas hukum. Erlangga yang tidak peduli terus saja merangkul Olivia dari samping sambil berjalan menyusuri lorong gedung. Sementara Olivia mulai risih karena menjadi pusat perhatian. Dia memang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, tetapi belum pernah dia menjadi pusat perhatian bersama Erlangga. “Aku ada kelas jam sepuluh, Er. Kita mau ke mana dulu sekarang?” tanya Olivia. Erlangga membawa perempuan itu ke arah gazebo belakang gedung fakultas. Tempat pria itu berkumpul bersama dua temannya, Lana dan Varo. “Ikut aku aja! Nanti kalau udah mendekati jam sepuluh, baru kamu ke kelas.” Olivia tidak menyahuti ucapan itu. Dia masih bertanya-tanya, ada apa dengan pria di sampingnya? Tadi bisa bersikap jahat bahkan sampai membuatnya ketakutan di dalam kamar. Sekarang Erlangga justru bersikap lembut dan manis. “Kirain hari ini mau bolos lagi, Er!” seru Varo yang s

    Last Updated : 2021-07-24

Latest chapter

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 34

    Di hadapannya, ada seorang pria yang sedang tidak sadarkan diri. Tangan kanannya diinfus sedangkan punggungnya diperban. Luka tusuk yang pria itu dapatkan tidak terlalu dalam, tetapi berhasil menghabiskan banyak darahnya.Erlangga terus bertahan untuk sadar dan menemani Olivia di perjalanan. Hingga akhirnya dia tidak kuat menahan kesadarannya sampai akhirnya dia tidak sadarkan diri. Justru itu yang membuat Olivia semakin ketakutan.Sekarang, Olivia sudah merasa lebih tenang. Pria yang dia khawatirkan masih belum sadar. Sejak tiga jam lalu, Erlangga masih memejamkan matanya seolah tidak ada yang menunggunya untuk bangun."Ada yang perlu kita bicarakan." Ruhn mem

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 33

    “Semakin menyenangkan saja pertunjukan drama kali ini. Jadi kamu tidak akan menikah dengan Erlangga setelah ini, Liv? Kasihan sekali dirimu. Kamu sudah hamil, tetapi pria yang menghamili tidak mau bertanggung jawab,” ucap Jakob sambil tersenyum lebar. Dia melirik ke arah Firman dan berkata, “Apa yang akan Anda lakukan pada Erlangga, Pak Tua?”Firman sudah tidak mau berkata apa-apa. Dia sudah muak dengan Jakob dan hal yang sedang dia rasakan. Namun, dia tidak bisa lepas begitu saja. Dia tidak bisa melepaskan dirinya dan juga tidak bisa berbuat apa-apa. Firman merasa sangat tidak berguna sekarang.“Anda benar-benar pria paling berengsek yang pernah saya temui, Erlangga. Saya tidak sangka kalau Anda berani merusak putri saya dan ingin pergi begitu saja. Ternyata memang benar ucapan saya tadi kalau Anda adalah mafia yang licik,” jawab Firman.“Ya, dia memang licik, Pak Tua. Dia bahkan lebih licik dari pada saya. Beruntung se

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 32

    “Dia adalah Renoza yang sebenarnya. Dia adalah pria yang sengaja saya jadikan kambing hitam setidaknya sampai saya tiba di rumah Anda, Pak Tua.” Jakob tertawa cekikikan.Kalau tahu yang sebenarnya, tidak mungkin Firman akan menahan Erlangga tadi. Dia mungkin akan menuruti semua perintah Erlangga demi keselamatan dirinya dan keluarga. Sayangnya, Jakob begitu memengaruhi pikiran Firman hingga dia terperdaya.“Sepertinya Anda juga tidak tahu apa yang membuat putri Anda datang ke Paris, ya? Tidak masalah, saya akan menjelaskannya pada Anda juga,” kata Jakob.Firman terus menatap wajah Jakob yang dekat padanya. Yang ditatap tidak berhentinya tertawa jahat. “Dia datang untuk meminta pertanggungjawaban dari calon suaminya, Pak Tua.”“Cukup, Jakob! Semua itu hak saya untuk mengatakannya pada keluarga! Bukan hak Anda sebagai orang asing yang jahat dan licik!” pekik Olivia dengan suara yang tinggi.Tria mulai m

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 31

    Kehadiran Jakob dan para pengikutnya ke dalam rumah Firman Mahardika membuat semua keadaan berubah. Firman, pria tua yang seharusnya menjadi tuan di rumah itu karena seharusnya dilindungi, sekarang justru menjadi tahanan Jakob. Tidak hanya Firman Mahardika yang dia tahan, istri dan anaknya juga ikut ditahan secara paksa.Erlangga sudah tidak terkejut dengan semua yang terjadi saat ini padanya dan juga pada keluarga Mahardika. Dia sudah memperkirakannya sejak tadi ditahan oleh Firman. Pria yang sedang menikmati pertunjukan drama di depannya itu sudah tahu kalau ada orang yang menuduh dirinya dan menjebaknya sekarang.Sudah terbukti yang ada di dalam benaknya. Pasti ada anggota mafia Ryuzen yang menghasut Firman. “Jangan salahkan saya yang nggak memberikan peringatan. Saya terus bertanya, tetapi Anda memilih untuk ingin membunuh saya.”“Diam kamu! Siapa kamu sebenarnya?” Firman yang sudah kehabisan kesabaran terus menarik uratnya ketika ber

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 30

    Seluruh manusia yang berada di dalam ruangan itu terkejut. Seorang Erlangga dengan tenang menghadapi Firman. Dia tanpa rasa takutnya membalas ucapan Firman Mahardika saat banyak penjaganya sedang berada di ruangan yang sama pula. Erlangga dengan sangat berani dia menyunggingkan senyum miringnya.Olivia bahkan sampai menutup mulut. Dia yang sangat terkejut. “Apa maksudnya semua ini, Yah?”Firman menoleh ke belakang dan menatap putri semata wayangnya. Tatapan mata Olivia yang semakin sendu membuat pria tua itu tidak tega. Awalnya Firman ingin marah pada anaknya lantaran ceroboh dengan pria yang bisa mencelakainya. Namun, Firman urungka karena tidak tega.“Dia ini seorang mafia yang sangat licik, Liv. Dia adalah seorang yang bisa membunuh bahkan hanya dengan tangan kosong. Dia bisa saja membunuh semua orang yang ada di sini hanya untuk kemenangannya seorang. Orang yang sudah kamu dekati selama ini hanya menginginkan harta Ayah, bukan ketulusan men

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 29

    "Kita nggak perlu ke rumah aku, Er. Aku hanya harus telepon Ayah aja. Nanti dia yang akan nyuruh anak buahnya untuk berhenti ganggu kita. Nanti kita akan ke rumah aku kalau keadaannya sudah aman semuanya. Baru kita rencanain bagaimanacame outkalau kita akan menikah karena tragedi ini," jelas Olivia yang mulai murung. Erlangga tidak habis pikir dengan jalan pikir Olivia. Perempuan itu menyangka kalau semua yang terjadi adalah ulah anak buah ayahnya. Pria itu mendengkus dan menggelengkan kepalanya dengan kasar. "Apa yang kamu maksud anak buah ayah kamu? Apa kamu nggak sadar kalau itu semua bukan anak buah ayah kamu? Mereka semua ingin nyelakain kamu. bagaimana bisa mereka jadi anak buah ayah kamu?" Olivia tersenyum meremehkan dan membuka layar ponselnya. Dia menunjukkan isi pesan singkat yang sudah diterima dari ayahnya kepada Erlangga. Ayah: Kamu harus jaga diri! Kalau tidak aman, segera kembali ke ru

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 28

    Mobil berhenti di parkiran apartemen Erlangga. Olivia yang senang karena akhirnya dapat bertemu dengan Erlangga pun tidak kuasa menahan senyumnya. Dia terus saja tersenyum sepanjang perjalanan. Mereka pun berjalan menuju unit apartemen milik Erlangga. Tangan mereka bertaut seolah tidak mau melepas satu sama lain. Siapa yang berani memisahian mereka berdua? Erlangga akan maju menghadapinya. Dia sudah siap dengan keahlian bela dirinya untuk menghajar orang yang mengganggu hidupnya.

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 27

    Setelah perdebatan alot dengan ayahnya, Olivia akhirnya memutuskan panggilan itu. Dia tidak mau berbicara dengan ayahnya untuk beberapa saat ini. Dia masih sulit untuk percaya kalau ayahnya sendiri yang merencakan penyerangan itu.“Aku nggak nyangka kalau Ayah setega ini. Orang yang Oliv sayang bisa terluka gara-gara kekejaman Ayah. Apa Ayah nggak seneng lihat Oliv bahagia? Apa bahagia di mata Ayah?” gerutu Olivia di ruang tunggu.Dia sejak tadi sudah murung. Erlangga sudah terluka dan itu akibat ulah ayahnya. Sampai sekarang Olivia masih bingung dengan motif yang ayahnya berikan. Bagaimana bisa dia memerintahkan orang untuk melakukan penyerangan terhadap dirinya bahkan sampai ke Paris?“Apa yang sebenarnya Ayah lakukan? Mengapa Ayah begitu terlihat tidak menyukai Erlangga?”Hampir satu jam Erlangga di dalam ruangan sana tanpa ada kabar dari perawat atau dokter. Olivia takut kalau Erlangga kehabisan darah. Dia melihat sendiri kalau

  • Terpikat Pesona Mahasiswa Gadungan   Part 26

    Seketika tubuh Erlangga membeku ketika letupan pistol itu memekakkan telinga mereka berdua. Olivia yang duduk di depannya juga membelakkan matanya. Pria itu melirik ke arah lengan kanannya yang sudah mengeluarkan darah dari sana.Olivia yang tidak tega ingin sekali melindungi Erlangga. Perempuan itu pun menarik tubuh Erlangga agar ikut bersembunyi di balik tembok bersamanya. Bagian lengan yang tadi mengeluarkan darah sudah ditahan oleh telapak tangan Erlangga. Namun, tetap saja masih mengeluarkan darah.“Kreeet!” Olivia merobek pakaiannya untuk digunakan membebat tangan Erlangga. Dia ikat luka itu dengan niat agar darahnya berhenti mengalir. Setelah selesai, Olivia mengeratkan pegangan tangannya dengan Erlangga.“Aku nggak kenapa-kenapa. Ayo kita pergi dari sini,” kata Erlangga.Saat itu juga Olivia menggelengkan kepalanya dengan wajah yang penuh keyakinan. Dia berniat melindungi Erlangga dengan cara yang dia pikirkan sendiri.

DMCA.com Protection Status