Sesampainya mereka di kantin, untung saja tidak mengantri saat akan mengambil makan siang."Apakah kamu biasanya akan makan siang di kantin?" tanya Adelia memandang Daniel."Iya, Nona!" jawab Daniel menganggukkan kepalanya, dengan nada yang sedikit malu.Adelia tadinya ingin makan siang bersama kakaknya Lucas, di ruang kantor kakaknya itu.Terpaksa dia batalkan, karena melihat Daniel yang sepertinya sendiri saja makan siang.Sebagai rekan sekerja di Group Sylvester, rasa perduli Adelia dengan sesama teman, tidak tega melihat Daniel duduk sendirian menikmati makan siangnya.Setelah mereka selesai mengambil jatah makan siang mereka, Daniel mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yang kosong.Adelia mengikuti langkah Daniel, setelah pria itu melihat ada meja kosong.Mereka menarik kursi mereka masing-masing, untuk duduk, dan meletakkan baki nampan makan siang mereka ke atas meja.Tapi, tiba-tiba kursi Daniel ada yang menendang, saat pria itu hendak duduk.Brakk!Buk!Daniel yang hend
Ruang kantin jadi terlihat heboh, dengan aksi Adelia membalas karyawan senior tersebut, karena menindas karyawan junior.Edward yang akan makan siang di kantin itupun, jadi penasaran apa yang membuat para karyawan memandang ke satu arah di tengah kantin.Asisten pribadi, sekaligus merangkap sopir dan pengawal Lucas tersebut, melangkahkan kakinya melihat apa yang terjadi.Alangkah terkejutnya pria itu, melihat Nona mudanya sepertinya melakukan sesuatu kepada seorang karyawan pria."Nona, kenapa anda di sini?" tanya Edward berjalan mendekati Adelia."Aku mau makan siang, ada pengganggu yang membuat aku marah!" jawab Adelia memandang pria yang mengelus-elus kakinya yang sakit.Karyawan yang ada di kantin tersebut, semuanya mengenal siapa Edward, pria itu adalah kaki tangan Ceo mereka."Habislah dia, sudah membuat onar pada karyawan senior!""Siap-siap lah dia di tegur Tuan Edward, karena membuat kegaduhan di kantin!""Waktu yang tidak tepat dia membalas seniornya, Tuan Edward pasti akan
"Apakah kamu terluka?" tanya Adelia pada Daniel, setelah membantu pria itu membersihkan pakaiannya."Tidak Nona, terimakasih!" ucap Daniel merasa segan, karena baru kali ini ada yang peduli padanya."Nona, lebih baik anda makan siang dengan Tuan Lucas saja!" sahut Edward, menyarankan Adelia untuk tidak bergabung makan siang, dengan karyawan lainnya.Karena Adelia adalah bagian dari pemilik Group Sylvester juga, jadi lebih baik, dan aman makan siang bersama dengan Lucas."Tidak apa-apa, aku makan siang di kantin saja, kamu bawa saja makan siang...!""Kenapa lama sekali, aku sudah lapar!" sahut seseorang mendekati mereka, memotong kata-kata Adelia.Tampak Lucas sudah berdiri di antara mereka, dan memandang Adelia serta Edward bergantian."Kenapa malah berkumpul di sini?" tanya Lucas heran.Melihat Ceo mereka masuk ke dalam kantin, semua karyawan yang tadi menonton Adelia bersiteru dengan karyawan senior, memasang mata dan telinga mereka dengan tajam.Mereka ingin melihat, apa arti dari
Lucas mendengarkan apa yang di katakan Adelia, dia akan menindak lanjutin apa yang di sarankan adiknya tersebut.Tapi sekarang, dia ingin mendengarkan, apa yang akan di katakan karyawan, yang telah melihat kejadian tersebut."Kamu!" tunjuk Lucas pada seorang karyawan lelaki yang tidak jauh dari tempat kejadian."I..iya, Tuan!" jawab pria itu gugup."Apa yang tadi sudah kamu lihat?" tanya Lucas."Eng...itu, saat dia hendak duduk, kursinya di tendang sama dia!" kata pria menunjuk Daniel, lalu kemudian menunjuk ke arah karyawan senior tersebut.Karyawan senior itu membeku di tempatnya, dan tidak bisa lagi membela diri, karena saksi mata sudah mengatakan apa yang dilihatnya."Ayo, ke ruang meeting, kamu harus menjelaskan kenapa kamu melakukan itu pada junior mu!" kata Lucas, memberi kode pada Edward, supaya lelaki itu di giring ke ruang meeting."Untung adikku melihat apa yang kamu lakukan, kalau tidak, entah sampai kapan kamu menindasnya!" kata Lucas lagi.Semua membeku di tempatnya, akh
Akhirnya Adelia dan Daniel beserta beberapa rekan satu tim Daniel, dari Departemen Pemasaran, makan siang bersama ke sebuah restoran tidak jauh dari gedung kantor mereka.Mereka memesan apa saja yang mereka ingin, dan semakin bersemangat saat Adelia menambah lagi pesanan mereka.Tapi mereka, masih ada sedikit menaruh rasa segan pada Adelia.Adelia merasakan kalau mereka masih segan padanya, ia pun berinisiatif lebih agresif lagi bicara pada mereka, supaya rasa canggung yang di rasakan mereka, tidak ada lagi.Mereka makan siang telat sedikit dari jam makan siang, karena keasyikan mengobrol.Mereka serentak menundukkan kepala dengan sopan pada Adelia, saat mereka selesai makan."Terimakasih Nona, maaf..kalau ada yang telah kami perbuat, yang membuat anda merasa tidak senang!" sahut mereka serentak."Jangan takut, tidak ada yang membuat hatiku sedih, senang makan siang bersama kalian!" kata Adelia tersenyum lebar.Mereka pun kembali ke kantor dengan perut kenyang, dan Adelia kembali ke m
Adelia memperhatikan cara Daniel membuat kopi, terlihat begitu terampil dan cekatan."Kamu terlihat seperti seorang Barista!" ucap Adelia tersenyum lebar, melihat cara Daniel membuat kopi tersebut.Daniel jadi tersenyum mendengar pujian Adelia itu, dia merasa adik Bos nya itu, terlihat begitu polos juga.Bisa merasa takjub melihat seseorang yang dia duga, tidak bisa melakukan hal lain, selain pekerjaan yang saat ini dia kerjakan."Siapa saja bisa melakukannya, Nona!" ujar Daniel."Tapi, aku kagum melihat cara mu membuat kopinya!" kata Adelia tersenyum memandang Daniel.Daniel menyerahkan kopi, yang sudah di raciknya itu kepada Adelia.Kopi terlihat mengepul, mengeluarkan aroma yang begitu wangi.Adelia menerima cangkir kopi dari tangan Daniel, dengan begitu senangnya."Terimakasih!" ucap Adelia tersenyum senang."Sama-sama, Nona!" jawab Daniel."Baiklah, aku akan bawa kopinya, Bos kita sudah menunggu dari tadi, kalau kelamaan, aku bisa kena pecat sama dia!" kata Adelia bercanda.Danie
Sesampainya di Mansion Lucas dan Adelia di sambut Julia, Lisbeth dan Harry.Seperti biasa Harry langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Ayahnya, dengan kata-kata 'aku rindu'."Papa, aku rindu, rindu sekali!" ucap Harry memeluk leher Lucas dengan erat."Bagaimana denganku, kamu tidak rindu pada Tante, ponakanku?" tanya Adelia merasa cemburu, karena Lucas mendapatkan perhatian spesial dari Harry.Harry melepaskan pelukannya, lalu memandang pada Adelia, tapi dia tetap berada dalam gendongan Lucas.Harry mengulurkan satu tangannya, supaya Adelia mendekat.Melihat tangan pendek Harry terulur ke arahnya, Adelia pun mendekat.Tangan kecil itu menyentuh kepala Adelia, lalu mengelusnya perlahan."Eh, aku ingin pelukan, bukan elusan!" kata Adelia protes.Harry tertawa mendengar apa yang di katakan Tantenya tersebut, dia kembali memeluk Lucas.Sepertinya dia belum puas memeluk Ayahnya itu, yang kemudian mencium pipi Lucas, dengan senangnya."Aku juga mau di cium!" sahut Adelia dengan nada mera
Perlahan mata Lucas terbuka, dan menatap wajah Julia yang menunduk, karena tangannya terulur membelai dadanya yang terbuka."Kenapa sayang?" tanya Lucas menatap Julia yang mencoba menarik tangannya.Tangan Lucas menahan tangan kecil Julia, dan memutar tubuhnya menghadap pada istrinya itu."Ti..tidak, kenapa-kenapa!" jawab Julia semakin malu."Hanya ada kita berdua di sini, kenapa harus malu,sayang!" bisik Lucas tersenyum melihat wajah Julia yang merona.Tangan Lucas meraih tengkuk Julia, lalu mencium bibir istrinya itu dengan lembut."Kamu boleh menyentuhku sesuka hati mu, lakukan saja jangan malu-malu, kita sudah menjadi suami istri, bebas melakukan apa saja yang ingin kita lakukan, sayang!" bisik Lucas tersenyum senang."Aku hanya ingin merasakan bentuk otot yang ada di sini, tidak ada maksud lain!" ucap Julia mengelus dada Lucas.Lucas yang duduk di lantai, perlahan menaikkan tubuhnya, dan bertumpu pada ke dua lututnya.Lucas membuka kemejanya, lalu melempar kemeja itu ke samping.