Perlahan mata Lucas terbuka, dan menatap wajah Julia yang menunduk, karena tangannya terulur membelai dadanya yang terbuka."Kenapa sayang?" tanya Lucas menatap Julia yang mencoba menarik tangannya.Tangan Lucas menahan tangan kecil Julia, dan memutar tubuhnya menghadap pada istrinya itu."Ti..tidak, kenapa-kenapa!" jawab Julia semakin malu."Hanya ada kita berdua di sini, kenapa harus malu,sayang!" bisik Lucas tersenyum melihat wajah Julia yang merona.Tangan Lucas meraih tengkuk Julia, lalu mencium bibir istrinya itu dengan lembut."Kamu boleh menyentuhku sesuka hati mu, lakukan saja jangan malu-malu, kita sudah menjadi suami istri, bebas melakukan apa saja yang ingin kita lakukan, sayang!" bisik Lucas tersenyum senang."Aku hanya ingin merasakan bentuk otot yang ada di sini, tidak ada maksud lain!" ucap Julia mengelus dada Lucas.Lucas yang duduk di lantai, perlahan menaikkan tubuhnya, dan bertumpu pada ke dua lututnya.Lucas membuka kemejanya, lalu melempar kemeja itu ke samping.
Lucas dan Julia baru turun, setelah waktunya untuk makan malam.Dengan perasaan bahagia, tangan Lucas merangkul pinggang istrinya, menuruni anak tangga.Wajahnya terlihat jelas sekali, menunjukkan suasana hatinya yang begitu bahagia.Bersiul-siul kecil sembari memeluk pinggang istrinya, berjalan menuju ruang makan.Di ruang makan, ternyata semua sudah menunggu mereka.Lucas menarik kursi Julia, dan mempersilahkan istrinya itu untuk duduk, baru setelah Julia duduk, Lucas duduk di kursinya.Setelah anggota keluarga lengkap, duduk di kursinya masing-masing, makan malam pun di sajikan Pelayan Mansion.Baru saja mereka akan menikmati makan malam mereka, Asisten Ayah Lucas datang memberitahukan, kalau ada tamu yang datang berkunjung."Siapa?" tanya Lucas."Tuan Andrew, Tuan!" jawab Asisten Ayah Lucas tersebut."Buat apa dia datang lagi, di saat jam makan malam begini, mengganggu saja!" sahut Julia tidak senang."Suruh masuk!" sahut Piter, "Dia ingin berbaikan denganmu, menantuku!" ujar Ayah
Makan malam berjalan dengan tidak banyak pembicaraan, karena suasana canggung di antara Julia dengan Kakeknya.Hanya sesekali terdengar suara Harry, meminta lauk atau sayur yang ingin di makannya.Setelah makan malam selesai, Julia bersama Lucas dan Andrew, duduk di sofa dalam ruang kerja, yang dulunya milik Piter, tetapi sekarang telah menjadi milik Lucas.Mereka duduk saling diam satu sama lain, dan terasa begitu canggung."Kakek akan selalu datang untuk melihatmu, cucuku!" kata Andrew dengan suara tercekat, memecah keheningan dalam ruangan itu.Julia tidak menjawab, ia masih begitu sulit untuk membuang rasa sakit hatinya.Dia sudah mencoba untuk melupakan apa yang sudah terjadi, tapi hatinya masih mengingat akan rasa yang mengganjal di dasar hatinya."Kakek tidak akan marah, kalau kamu membenci Kakek, itu hukuman yang memang pantas Kakek terima dari kamu!" ucap Andrew dengan nada memelas.Lucas meraih tangan Julia, dan meremas tangan istrinya itu dengan lembut, mencoba untuk meluna
Adelia jelas sekali melihat seseorang dengan tersenyum sinis, mendorong tubuh Daniel yang hendak melangkah ke dalam lift.Dengan cepat Adelia berlari menuju lift yang nyaris, sedikit lagi tertutup itu.Kaki Adelia dengan cepat menahan pintu lift, dan membuat karyawan yang ada di dalam lift terkejut melihat tindakan Adelia tersebut.Semua orang memandang pada Adelia."Sialan! siapa tadi yang sudah mendorong rekannya saat akan masuk ke dalam lift!" sahut Adelia dengan tatapan tajam, memandang satu persatu karyawan lelaki, yang ada di dalam lift tersebut.Semua saling memandang satu sama lain, bingung dengan perkataan Adelia itu."Adelia, ada apa?" Lucas yang juga terkejut, melihat adiknya itu tadi, berlari dengan cepat ke lift yang akan tertutup, menghampiri lift tersebut."Tidak ada yang mengaku?" tanya Adelia dengan wajah marah.Ke dua tangannya memegang pintu lift, yang sudah terbuka dengan lebar.Adelia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia sibuk mencari pelaku yang mendorong tubuh Da
Pria itu, yang bersama dengan temannya, yang sudah di pecat karena melakukan hal yang sama, membully Daniel tersebut, hanya bisa menerima surat Deportasi yang di keluarkan bagian HRD.Sekarang dua karyawan yang selalu membully Daniel, sudah tidak bekerja lagi di kantor Sylvester.Daniel yang tidak suka dengan kekerasan, selama ini diam saja tidak pernah membalas, apa yang di lakukan beberapa karyawan yang cemburu padanya.Daniel seorang pria biasa, yang hidup dengan seorang adik lelakinya, yang masih sekolah di sekolah menengah pertama, tidak pernah membalas siapapun yang selalu menindasnya.Semenjak orang tua mereka tidak ada lagi, Daniel menjadi tulang punggung bagi satu-satunya adik lelakinya.Kehidupan mereka sangat sulit, dan begitu mendapat pekerjaan di Group Sylvester, Daniel dengan penuh semangat, bertekad menjadi karyawan terbaik.Supaya ia mendapat kepercayaan pada atasannya, dan ia bisa di pertahankan bekerja di Group Sylvester.Dengan begitu, masa depannya dan adiknya bisa
Adelia terpaksa bersikap biasa pada Daniel, walau di dasar hatinya, ia ingin selalu bisa lebih akrab dengan Daniel.Saat Adelia bertemu di kantin, ia terpaksa tidak makan di kantin, setelah mengambil makan siangnya.Padahal ia ingin duduk di satu meja dengan Daniel, yang tampak duduk sendirian makan siang.Tanpa ada satupun, karyawan yang mau duduk bersamanya di satu meja.Sampai pulang kerja, Adelia tidak lagi bicara dengan Daniel.Dengan wajah suram, Adelia memandang keluar jendela mobil, memandang jalanan dengan pandangan mata tidak fokus.Adelia merasa galau, seperti ada yang kurang.Tiba-tiba matanya tanpa sengaja, melihat seorang pria yang sedang mengendarai sepeda motor, di cegat pengendara sepeda motor lainnya.Pria yang di cegat membuka helmnya, dan membuat Adelia membuka matanya dengan lebar.Daniel? bisik hatinya, begitu melihat siapa lelaki yang di cegat itu.Sontak tubuh Adelia berputar untuk melihat ke belakang, karena mobil terus melaju di jalan."Melihat apa kamu?" tan
Daniel terkejut melihat Adelia berdiri di luar pintu pantry, sepertinya enggan untuk masuk ke dalam."Nona..!" panggil Daniel memandang Adelia dengan tatapan, yang sulit di artikan."Apakah sudah selesai?" tanya Adelia."Kenapa anda berdiri di sana, tidak masuk ke dalam?" tanya Daniel heran."Aku menunggu kamu selesai membuat kopi, baru setelah kamu selesai, aku akan masuk!" sahut Adelia dengan nada suara seperti biasanya.Daniel terdiam di tempatnya, ia merasa kalau Adelia sepertinya menjaga jarak dengannya."Apakah kamu sudah selesai?" tanya Adelia, memandang cangkir kopi Daniel."Apakah anda ingin membuat kopi untuk Tuan Lucas?" tanya Daniel, tidak menjawab pertanyaan Adelia."Iya!" angguk Adelia."Bagaimana kalau saya bantu buatkan?" tanya Daniel menawarkan bantuan."Ti..tidak usah, kalau ada yang melihat kamu berbaik hati membantuku, nanti mereka jadi salah paham, biarkan saja aku yang seduh, kamu keluarlah kalau sudah selesai!" sahut Adelia dengan sedikit kencang, karena tangan
Adelia tidak menyangka kakaknya memberi Daniel posisi sebagai Direktur, sungguh lompatan yang sangat tinggi.Tanpa di sadari Adelia, senyuman kecil tersungging di sudut bibir gadis itu."Ada apa lagi, aku melihat senyuman di sudut bibirmu, kamu tidak senang ya!" sahut Lucas menegakkan tubuhnya di tempat duduknya, memandang adiknya itu dengan tatapan menyelidik.Senyuman Adelia semakin merekah, mendengar perkataan Lucas itu, ia merasa kakaknya itu begitu imut.Dengan langkah cepat, Adelia berjalan ke arah Lucas, dan mendaratkan ciumannya pada pipi kakaknya itu.Tentu saja tindakannya itu, membuat Lucas terkejut, hingga membuat mata Lucas terbelalak."Terimakasih, kak!" ucap Adelia semakin tersenyum lebar.Lucas hanya bisa memandang adiknya itu, dengan tatapan mata bengong, bukankah Daniel yang menerima posisi Direktur, bukan Adelia! tapi kenapa dia yang seperti menerima posisi tersebut? pikir Daniel bingung."Aku pergi dulu!" sahut Adelia dengan wajah merona bahagia.Belum sempat Lucas
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya