Lucas dan Julia baru turun, setelah waktunya untuk makan malam.Dengan perasaan bahagia, tangan Lucas merangkul pinggang istrinya, menuruni anak tangga.Wajahnya terlihat jelas sekali, menunjukkan suasana hatinya yang begitu bahagia.Bersiul-siul kecil sembari memeluk pinggang istrinya, berjalan menuju ruang makan.Di ruang makan, ternyata semua sudah menunggu mereka.Lucas menarik kursi Julia, dan mempersilahkan istrinya itu untuk duduk, baru setelah Julia duduk, Lucas duduk di kursinya.Setelah anggota keluarga lengkap, duduk di kursinya masing-masing, makan malam pun di sajikan Pelayan Mansion.Baru saja mereka akan menikmati makan malam mereka, Asisten Ayah Lucas datang memberitahukan, kalau ada tamu yang datang berkunjung."Siapa?" tanya Lucas."Tuan Andrew, Tuan!" jawab Asisten Ayah Lucas tersebut."Buat apa dia datang lagi, di saat jam makan malam begini, mengganggu saja!" sahut Julia tidak senang."Suruh masuk!" sahut Piter, "Dia ingin berbaikan denganmu, menantuku!" ujar Ayah
Makan malam berjalan dengan tidak banyak pembicaraan, karena suasana canggung di antara Julia dengan Kakeknya.Hanya sesekali terdengar suara Harry, meminta lauk atau sayur yang ingin di makannya.Setelah makan malam selesai, Julia bersama Lucas dan Andrew, duduk di sofa dalam ruang kerja, yang dulunya milik Piter, tetapi sekarang telah menjadi milik Lucas.Mereka duduk saling diam satu sama lain, dan terasa begitu canggung."Kakek akan selalu datang untuk melihatmu, cucuku!" kata Andrew dengan suara tercekat, memecah keheningan dalam ruangan itu.Julia tidak menjawab, ia masih begitu sulit untuk membuang rasa sakit hatinya.Dia sudah mencoba untuk melupakan apa yang sudah terjadi, tapi hatinya masih mengingat akan rasa yang mengganjal di dasar hatinya."Kakek tidak akan marah, kalau kamu membenci Kakek, itu hukuman yang memang pantas Kakek terima dari kamu!" ucap Andrew dengan nada memelas.Lucas meraih tangan Julia, dan meremas tangan istrinya itu dengan lembut, mencoba untuk meluna
Adelia jelas sekali melihat seseorang dengan tersenyum sinis, mendorong tubuh Daniel yang hendak melangkah ke dalam lift.Dengan cepat Adelia berlari menuju lift yang nyaris, sedikit lagi tertutup itu.Kaki Adelia dengan cepat menahan pintu lift, dan membuat karyawan yang ada di dalam lift terkejut melihat tindakan Adelia tersebut.Semua orang memandang pada Adelia."Sialan! siapa tadi yang sudah mendorong rekannya saat akan masuk ke dalam lift!" sahut Adelia dengan tatapan tajam, memandang satu persatu karyawan lelaki, yang ada di dalam lift tersebut.Semua saling memandang satu sama lain, bingung dengan perkataan Adelia itu."Adelia, ada apa?" Lucas yang juga terkejut, melihat adiknya itu tadi, berlari dengan cepat ke lift yang akan tertutup, menghampiri lift tersebut."Tidak ada yang mengaku?" tanya Adelia dengan wajah marah.Ke dua tangannya memegang pintu lift, yang sudah terbuka dengan lebar.Adelia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia sibuk mencari pelaku yang mendorong tubuh Da
Pria itu, yang bersama dengan temannya, yang sudah di pecat karena melakukan hal yang sama, membully Daniel tersebut, hanya bisa menerima surat Deportasi yang di keluarkan bagian HRD.Sekarang dua karyawan yang selalu membully Daniel, sudah tidak bekerja lagi di kantor Sylvester.Daniel yang tidak suka dengan kekerasan, selama ini diam saja tidak pernah membalas, apa yang di lakukan beberapa karyawan yang cemburu padanya.Daniel seorang pria biasa, yang hidup dengan seorang adik lelakinya, yang masih sekolah di sekolah menengah pertama, tidak pernah membalas siapapun yang selalu menindasnya.Semenjak orang tua mereka tidak ada lagi, Daniel menjadi tulang punggung bagi satu-satunya adik lelakinya.Kehidupan mereka sangat sulit, dan begitu mendapat pekerjaan di Group Sylvester, Daniel dengan penuh semangat, bertekad menjadi karyawan terbaik.Supaya ia mendapat kepercayaan pada atasannya, dan ia bisa di pertahankan bekerja di Group Sylvester.Dengan begitu, masa depannya dan adiknya bisa
Adelia terpaksa bersikap biasa pada Daniel, walau di dasar hatinya, ia ingin selalu bisa lebih akrab dengan Daniel.Saat Adelia bertemu di kantin, ia terpaksa tidak makan di kantin, setelah mengambil makan siangnya.Padahal ia ingin duduk di satu meja dengan Daniel, yang tampak duduk sendirian makan siang.Tanpa ada satupun, karyawan yang mau duduk bersamanya di satu meja.Sampai pulang kerja, Adelia tidak lagi bicara dengan Daniel.Dengan wajah suram, Adelia memandang keluar jendela mobil, memandang jalanan dengan pandangan mata tidak fokus.Adelia merasa galau, seperti ada yang kurang.Tiba-tiba matanya tanpa sengaja, melihat seorang pria yang sedang mengendarai sepeda motor, di cegat pengendara sepeda motor lainnya.Pria yang di cegat membuka helmnya, dan membuat Adelia membuka matanya dengan lebar.Daniel? bisik hatinya, begitu melihat siapa lelaki yang di cegat itu.Sontak tubuh Adelia berputar untuk melihat ke belakang, karena mobil terus melaju di jalan."Melihat apa kamu?" tan
Daniel terkejut melihat Adelia berdiri di luar pintu pantry, sepertinya enggan untuk masuk ke dalam."Nona..!" panggil Daniel memandang Adelia dengan tatapan, yang sulit di artikan."Apakah sudah selesai?" tanya Adelia."Kenapa anda berdiri di sana, tidak masuk ke dalam?" tanya Daniel heran."Aku menunggu kamu selesai membuat kopi, baru setelah kamu selesai, aku akan masuk!" sahut Adelia dengan nada suara seperti biasanya.Daniel terdiam di tempatnya, ia merasa kalau Adelia sepertinya menjaga jarak dengannya."Apakah kamu sudah selesai?" tanya Adelia, memandang cangkir kopi Daniel."Apakah anda ingin membuat kopi untuk Tuan Lucas?" tanya Daniel, tidak menjawab pertanyaan Adelia."Iya!" angguk Adelia."Bagaimana kalau saya bantu buatkan?" tanya Daniel menawarkan bantuan."Ti..tidak usah, kalau ada yang melihat kamu berbaik hati membantuku, nanti mereka jadi salah paham, biarkan saja aku yang seduh, kamu keluarlah kalau sudah selesai!" sahut Adelia dengan sedikit kencang, karena tangan
Adelia tidak menyangka kakaknya memberi Daniel posisi sebagai Direktur, sungguh lompatan yang sangat tinggi.Tanpa di sadari Adelia, senyuman kecil tersungging di sudut bibir gadis itu."Ada apa lagi, aku melihat senyuman di sudut bibirmu, kamu tidak senang ya!" sahut Lucas menegakkan tubuhnya di tempat duduknya, memandang adiknya itu dengan tatapan menyelidik.Senyuman Adelia semakin merekah, mendengar perkataan Lucas itu, ia merasa kakaknya itu begitu imut.Dengan langkah cepat, Adelia berjalan ke arah Lucas, dan mendaratkan ciumannya pada pipi kakaknya itu.Tentu saja tindakannya itu, membuat Lucas terkejut, hingga membuat mata Lucas terbelalak."Terimakasih, kak!" ucap Adelia semakin tersenyum lebar.Lucas hanya bisa memandang adiknya itu, dengan tatapan mata bengong, bukankah Daniel yang menerima posisi Direktur, bukan Adelia! tapi kenapa dia yang seperti menerima posisi tersebut? pikir Daniel bingung."Aku pergi dulu!" sahut Adelia dengan wajah merona bahagia.Belum sempat Lucas
Mendengar adiknya di tabrak mobil, langkah kaki Daniel, dengan cepat bergegas masuk ke dalam rumah.Daniel melihat adiknya, duduk di sofa dengan satu kaki di gips."Kak!" panggil adik Daniel."Bagaimana keadaanmu, apakah lukanya parah?" tanya Daniel dengan cemas."Tidak begitu parah, hanya keseleo saja!" jawab adik Daniel dengan nada tenang."Maaf, tadi saya tidak melihat ada seseorang berdiri di dekat mobil saya!" sahut pria yang menabrak Franky, adik Daniel."Terimakasih sudah membawa adik saya kerumah sakit, Tuan!" sahut Daniel dengan ramah."Itu sudah keharusan bagi saya, karena telah menabrak adik anda!" ujar pria itu.Pria itu meletakkan selembar cek ke atas meja, dengan nominal sepuluh juta."Ini untuk perawatan pemulihan kaki adik anda, kalau masih kurang, katakan saja pada saya, tanggung jawab saya untuk membantu kesembuhannya!" ucap pria itu."Itu terlalu banyak, anda tidak perlu memberi kompensasi, karena adik saya sudah di bawa ke rumah sakit!" ujar Daniel meraih cek dari