Adelia memperhatikan cara Daniel membuat kopi, terlihat begitu terampil dan cekatan."Kamu terlihat seperti seorang Barista!" ucap Adelia tersenyum lebar, melihat cara Daniel membuat kopi tersebut.Daniel jadi tersenyum mendengar pujian Adelia itu, dia merasa adik Bos nya itu, terlihat begitu polos juga.Bisa merasa takjub melihat seseorang yang dia duga, tidak bisa melakukan hal lain, selain pekerjaan yang saat ini dia kerjakan."Siapa saja bisa melakukannya, Nona!" ujar Daniel."Tapi, aku kagum melihat cara mu membuat kopinya!" kata Adelia tersenyum memandang Daniel.Daniel menyerahkan kopi, yang sudah di raciknya itu kepada Adelia.Kopi terlihat mengepul, mengeluarkan aroma yang begitu wangi.Adelia menerima cangkir kopi dari tangan Daniel, dengan begitu senangnya."Terimakasih!" ucap Adelia tersenyum senang."Sama-sama, Nona!" jawab Daniel."Baiklah, aku akan bawa kopinya, Bos kita sudah menunggu dari tadi, kalau kelamaan, aku bisa kena pecat sama dia!" kata Adelia bercanda.Danie
Sesampainya di Mansion Lucas dan Adelia di sambut Julia, Lisbeth dan Harry.Seperti biasa Harry langsung menghamburkan dirinya ke pelukan Ayahnya, dengan kata-kata 'aku rindu'."Papa, aku rindu, rindu sekali!" ucap Harry memeluk leher Lucas dengan erat."Bagaimana denganku, kamu tidak rindu pada Tante, ponakanku?" tanya Adelia merasa cemburu, karena Lucas mendapatkan perhatian spesial dari Harry.Harry melepaskan pelukannya, lalu memandang pada Adelia, tapi dia tetap berada dalam gendongan Lucas.Harry mengulurkan satu tangannya, supaya Adelia mendekat.Melihat tangan pendek Harry terulur ke arahnya, Adelia pun mendekat.Tangan kecil itu menyentuh kepala Adelia, lalu mengelusnya perlahan."Eh, aku ingin pelukan, bukan elusan!" kata Adelia protes.Harry tertawa mendengar apa yang di katakan Tantenya tersebut, dia kembali memeluk Lucas.Sepertinya dia belum puas memeluk Ayahnya itu, yang kemudian mencium pipi Lucas, dengan senangnya."Aku juga mau di cium!" sahut Adelia dengan nada mera
Perlahan mata Lucas terbuka, dan menatap wajah Julia yang menunduk, karena tangannya terulur membelai dadanya yang terbuka."Kenapa sayang?" tanya Lucas menatap Julia yang mencoba menarik tangannya.Tangan Lucas menahan tangan kecil Julia, dan memutar tubuhnya menghadap pada istrinya itu."Ti..tidak, kenapa-kenapa!" jawab Julia semakin malu."Hanya ada kita berdua di sini, kenapa harus malu,sayang!" bisik Lucas tersenyum melihat wajah Julia yang merona.Tangan Lucas meraih tengkuk Julia, lalu mencium bibir istrinya itu dengan lembut."Kamu boleh menyentuhku sesuka hati mu, lakukan saja jangan malu-malu, kita sudah menjadi suami istri, bebas melakukan apa saja yang ingin kita lakukan, sayang!" bisik Lucas tersenyum senang."Aku hanya ingin merasakan bentuk otot yang ada di sini, tidak ada maksud lain!" ucap Julia mengelus dada Lucas.Lucas yang duduk di lantai, perlahan menaikkan tubuhnya, dan bertumpu pada ke dua lututnya.Lucas membuka kemejanya, lalu melempar kemeja itu ke samping.
Lucas dan Julia baru turun, setelah waktunya untuk makan malam.Dengan perasaan bahagia, tangan Lucas merangkul pinggang istrinya, menuruni anak tangga.Wajahnya terlihat jelas sekali, menunjukkan suasana hatinya yang begitu bahagia.Bersiul-siul kecil sembari memeluk pinggang istrinya, berjalan menuju ruang makan.Di ruang makan, ternyata semua sudah menunggu mereka.Lucas menarik kursi Julia, dan mempersilahkan istrinya itu untuk duduk, baru setelah Julia duduk, Lucas duduk di kursinya.Setelah anggota keluarga lengkap, duduk di kursinya masing-masing, makan malam pun di sajikan Pelayan Mansion.Baru saja mereka akan menikmati makan malam mereka, Asisten Ayah Lucas datang memberitahukan, kalau ada tamu yang datang berkunjung."Siapa?" tanya Lucas."Tuan Andrew, Tuan!" jawab Asisten Ayah Lucas tersebut."Buat apa dia datang lagi, di saat jam makan malam begini, mengganggu saja!" sahut Julia tidak senang."Suruh masuk!" sahut Piter, "Dia ingin berbaikan denganmu, menantuku!" ujar Ayah
Makan malam berjalan dengan tidak banyak pembicaraan, karena suasana canggung di antara Julia dengan Kakeknya.Hanya sesekali terdengar suara Harry, meminta lauk atau sayur yang ingin di makannya.Setelah makan malam selesai, Julia bersama Lucas dan Andrew, duduk di sofa dalam ruang kerja, yang dulunya milik Piter, tetapi sekarang telah menjadi milik Lucas.Mereka duduk saling diam satu sama lain, dan terasa begitu canggung."Kakek akan selalu datang untuk melihatmu, cucuku!" kata Andrew dengan suara tercekat, memecah keheningan dalam ruangan itu.Julia tidak menjawab, ia masih begitu sulit untuk membuang rasa sakit hatinya.Dia sudah mencoba untuk melupakan apa yang sudah terjadi, tapi hatinya masih mengingat akan rasa yang mengganjal di dasar hatinya."Kakek tidak akan marah, kalau kamu membenci Kakek, itu hukuman yang memang pantas Kakek terima dari kamu!" ucap Andrew dengan nada memelas.Lucas meraih tangan Julia, dan meremas tangan istrinya itu dengan lembut, mencoba untuk meluna
Adelia jelas sekali melihat seseorang dengan tersenyum sinis, mendorong tubuh Daniel yang hendak melangkah ke dalam lift.Dengan cepat Adelia berlari menuju lift yang nyaris, sedikit lagi tertutup itu.Kaki Adelia dengan cepat menahan pintu lift, dan membuat karyawan yang ada di dalam lift terkejut melihat tindakan Adelia tersebut.Semua orang memandang pada Adelia."Sialan! siapa tadi yang sudah mendorong rekannya saat akan masuk ke dalam lift!" sahut Adelia dengan tatapan tajam, memandang satu persatu karyawan lelaki, yang ada di dalam lift tersebut.Semua saling memandang satu sama lain, bingung dengan perkataan Adelia itu."Adelia, ada apa?" Lucas yang juga terkejut, melihat adiknya itu tadi, berlari dengan cepat ke lift yang akan tertutup, menghampiri lift tersebut."Tidak ada yang mengaku?" tanya Adelia dengan wajah marah.Ke dua tangannya memegang pintu lift, yang sudah terbuka dengan lebar.Adelia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia sibuk mencari pelaku yang mendorong tubuh Da
Pria itu, yang bersama dengan temannya, yang sudah di pecat karena melakukan hal yang sama, membully Daniel tersebut, hanya bisa menerima surat Deportasi yang di keluarkan bagian HRD.Sekarang dua karyawan yang selalu membully Daniel, sudah tidak bekerja lagi di kantor Sylvester.Daniel yang tidak suka dengan kekerasan, selama ini diam saja tidak pernah membalas, apa yang di lakukan beberapa karyawan yang cemburu padanya.Daniel seorang pria biasa, yang hidup dengan seorang adik lelakinya, yang masih sekolah di sekolah menengah pertama, tidak pernah membalas siapapun yang selalu menindasnya.Semenjak orang tua mereka tidak ada lagi, Daniel menjadi tulang punggung bagi satu-satunya adik lelakinya.Kehidupan mereka sangat sulit, dan begitu mendapat pekerjaan di Group Sylvester, Daniel dengan penuh semangat, bertekad menjadi karyawan terbaik.Supaya ia mendapat kepercayaan pada atasannya, dan ia bisa di pertahankan bekerja di Group Sylvester.Dengan begitu, masa depannya dan adiknya bisa
Adelia terpaksa bersikap biasa pada Daniel, walau di dasar hatinya, ia ingin selalu bisa lebih akrab dengan Daniel.Saat Adelia bertemu di kantin, ia terpaksa tidak makan di kantin, setelah mengambil makan siangnya.Padahal ia ingin duduk di satu meja dengan Daniel, yang tampak duduk sendirian makan siang.Tanpa ada satupun, karyawan yang mau duduk bersamanya di satu meja.Sampai pulang kerja, Adelia tidak lagi bicara dengan Daniel.Dengan wajah suram, Adelia memandang keluar jendela mobil, memandang jalanan dengan pandangan mata tidak fokus.Adelia merasa galau, seperti ada yang kurang.Tiba-tiba matanya tanpa sengaja, melihat seorang pria yang sedang mengendarai sepeda motor, di cegat pengendara sepeda motor lainnya.Pria yang di cegat membuka helmnya, dan membuat Adelia membuka matanya dengan lebar.Daniel? bisik hatinya, begitu melihat siapa lelaki yang di cegat itu.Sontak tubuh Adelia berputar untuk melihat ke belakang, karena mobil terus melaju di jalan."Melihat apa kamu?" tan