Andrew meraih pemukul besi itu, lalu menghantamkannya dengan kuat ke tubuh pria yang terikat itu."Mmmm...!" pria yang teringat itu mengaduh kesakitan, karena mulutnya di lakban, dia tidak bisa mengeluarkan suara teriakannya.Sementara Siska yang melihat itu, terkejut bukan main, begitu juga istri putra angkat Andrew tersebut.Ke dua wanita itu terbelalak melihat aksi Andrew memukul anak angkatnya sendiri.Siska sampai mengangkat kakinya, dan menghentak-hentakkannya ke lantai, berusaha untuk menjerit dan berbicara.Sementara Ibunya hanya bisa menangis, melihat Ayah angkat suaminya itu mengamuk.Dia tahu, kalau mertuanya itu sudah mengetahui sesuatu.Mereka selama ini tidak menduga akan terlibat dengan Lucas, karena mereka tidak akan pernah berpikir kalau putra kandung Andrew ternyata N memiliki seorang putri.Dan putrinya itu istri dari Lucas Sylvester, karena siapapun yang terlibat dengan Ceo Sylvester itu, tidak akan pernah bisa lepas dari genggamannya.Tubuh istri putra angkat Andr
Edward memapah Kakek Julia untuk duduk pada sebuah bangku, dan kemudian memberinya air minum.Sementara itu Lucas mendekati putra angkat Andrew, yang telah kembali duduk pada kursinya dengan benar."Katakan sekali lagi, kalau anda tidak memerintahkan mereka untuk membunuh Papa mertuaku, katakan sekali!" kata Lucas berdiri di depan pria itu, dengan tatapan tajam menatap anak angkat Andrew tersebut. 1Wajah pria itu pias, dia menelan ludahnya ketakutan, pria itu tidak berani bicara.Melihat anak angkat Andrew itu diam saja, Lucas menepuk-nepuk pipi pria itu, untuk memperingatinya supaya jangan diam saja.Tatapan dingin dengan wajah Lucas yang datar, membuat pria itu ketar-ketir merasakan aura Lucas sangat menakutkan."Apakah anda masih tidak ingin bicara jujur?" tanya Lucas dengan datar.Pria itu masih diam, dan kembali Lucas menepuk-nepuk pipi pria itu.Lucas sudah mulai kehilangan kesabaran, karena pertanyaannya tidak di tanggapi oleh pria itu.Tangannya pun menambah tekanan, pada saa
Tubuh Julia berkeringat, dan gemetar. Amarahnya yang tadi membutakan matanya, berangsur-angsur kembali normal.Lucas dengan cepat menghampiri Julia, dan membantu istrinya itu untuk bangkit berdiri.Mata Lucas terbelalak kaget, melihat tangan Julia yang berdarah."Sayang, tanganmu berdarah!" ujar Lucas panik.Lucas mengangkat tubuh Julia dalam gendongannya, lalu dengan langkah cepat membawa istrinya itu masuk ke ruang kantor gedung tersebut.Lucas meletakkan Julia duduk di sofa, lalu mencari kotak P3K, seingatnya ada di dalam lemari kecil yang menempel di tembok ruangan tersebut.Setelah di temukan Lucas, dengan cepat pria itu mengambil obat untuk luka dan plester luka.Sementara Julia masih diam tidak bergerak, dia masih belum sadar betul dengan apa yang tadi di lakukannya, walau emosinya sudah normal kembali.Sementara di luar ruangan, Andrew ikut panik juga mendengar Lucas mengatakan tangan Julia terluka.Andrew perlahan bangkit dari duduknya, dia ingin memeriksa keadaan Julia juga.
Edward memberi kode kepada seorang Bodyguard Lucas, untuk mengambil barang bukti, yang di simpan dengan rapi, dari dua puluh tahun lalu, oleh salah satu pria yang di bayar anak angkat Andrew, untuk membunuh Ayah kandung Julia.Bodyguard tersebut, memberikan sebuah alat perekam suara kepada Edward.Edward memegang alat perekam tersebut, dan memperlihatkannya kepada istri pria itu.Srek!Dengan kencang, Edward membuka lakban yang menutup mulut wanita itu."Apakah anda masih tidak mengakui, bahwa andalah yang mempunyai ide untuk melenyapkan putra kandung Tuan Andrew?" tanya Edward."Aku...aku tidak tahu! aku tidak melakukannya!" teriak wanita itu sembari menangis."Benarkah?"Edward membuka rekaman tersebut, dan terdengarlah suara seorang wanita."Kamu jangan setengah-setengah melakukannya, kalau dia mati, itu lebih bagus, kalian buat seolah dia tidak sengaja terkena benda tajam, karena melawan!"
Sesampainya di Mansion, hari sudah menjelang jam tujuh malam.Harry terlihat begitu bahagia sekali, menyambut Ayah dan Ibunya sembari berlari, dan menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan Lucas."Papa, Mama, aku rindu!" sahutnya sembari memeluk leher Lucas dengan eratnya.Lucas membalas pelukan putranya itu dengan erat juga, dia tersenyum senang, karena mereka ternyata memiliki ikatan yang kuat satu sama lain.Sama-sama tidak bisa berpisah dalam jangka waktu seharian, bawaannya pasti rindu.Julia ikut juga merasa bahagia, ke dua tangannya memeluk tubuh Lucas dengan erat, ikut merasakan pelukan Harry pada suaminya itu."Kenapa begitu lama?" tanya Harry dengan nada suara merajuk."Tadi ada urusan sebentar, nak!" ucap Lucas mengelus punggung putranya itu dengan lembut."Papa sama Mama perlu membersihkan diri dulu, sini sama Nenek nak!" sahut Lisbeth datang mendekati mereka.Harry melepaskan pelukannya, lalu meminta turun dari dekapan Ayahnya.Perlahan Lucas pun menurunkan putranya itu, da
Lucas membersihkan lagi luka di tangan Julia, setelah mereka selesai membersihkan badan."Apakah sakit, sayang?" tanya Lucas, sembari mengolesi cream untuk luka pada tangan Julia."Iya!" jawab Julia."Mulai besok, tanganmu jangan dulu terkena air, dan jangan melakukan pekerjaan apa pun, sampai luka lecetnya sembuh, oke?" ujar Lucas memberi nasehat pada istrinya itu."Baiklah!" jawab Julia, dia juga tidak ingin luka pada tangannya jadi tambah parah.Setelah luka di tangan Julia di balut Lucas dengan baik, mereka pun turun untuk makan malam.Semua orang sudah menunggu mereka di meja makan, dan tampak tidak berani makan lebih dahulu, sebelum Lucas duduk bergabung di meja makan.Makan malam pun di mulai, setelah Lucas duduk di kursinya.Esok harinya.Lucas pagi ini akan membawa Adelia ikut dengannya, karena adiknya itu meminta ingin bekerja dengan Lucas.Lucas menyetujui keinginan adiknya itu, karena menurutnya Adelia juga perlu mandiri.Adelia akan di tempat kan Lucas sebagai Sekretarisn
Sementara itu, di Mansion Sylvester.Lisbeth tidak menyangka, masih jam sepuluh pagi, mereka sudah kedatangan seorang tamu.Di ruang tamu, tampak duduk di sofa saling berhadapan, Lisbeth, Piter Sylvester, dan tamu yang tidak lain adalah Kakek Julia, Andrew.Mereka tampak saling diam, dengan suasana canggung satu sama lain.Lisbeth tidak menyangka, kalau Andrew nekat datang ke Mansion Sylvester, ingin bertemu dengan Julia.Sampai pelayan datang menyajikan teh, mereka tetap masih diam."Terimakasih sudah menjaga cucu saya sejauh ini, saya sangat berterimakasih sekali kepada anda berdua!" kata Andrew, akhirnya buka suara."Tentu saja kami akan menjaga menantu kami, dia istri dari putra Kami, dan Mama dari cucu kami!" jawab Piter Sylvester buka suara juga, mencoba untuk membuat suasana tidak terasa canggung."Saya sebagai Kakek sangat menyesal, tidak mengetahui keberadaannya selama ini!" ucap Andrew menyesali apa yang di lakukannya."Anda tidak perlu khawatir, tapi sepertinya dia masih be
Adelia penasaran ingin melihat, karyawan yang begitu berani bicara kasar, dan membentak karyawan lain seperti itu.Kakinya pun melangkah untuk memeriksa, dan tampak di koridor dekat tangga darurat, ada tiga orang pria.Seorang pria itu, di dorong pria lainnya, dan seorang pria lain lagi, diam saja melihat aksi temannya itu.Mata Adelia terbelalak melihat pemandangan itu, hari gini! masih ada pembullyan di tempat kerja.Seperti anak sekolahan saja, membully teman kelas yang lemah.Mereka adalah pria dewasa, yang memiliki etika yang baik, karena sudah di terima sebagai karyawan Group Sylvester.Tapi, bisa melakukan hal yang kasar seperti itu, dengan sesama rekannya."Astaga!" gumam Adelia tidak percaya, dengan apa yang dilihatnya.Pria itu di dorong sampai nyaris terjatuh."Hei! apa yang kalian lakukan!" teriak Adelia.Ke tiga pria itu menoleh ke arah Adelia, dan ke tiga nya menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda.Adelia mendekati ke tiga pria itu, lalu matanya tajam memandang pria yan