Edward memberi kode kepada seorang Bodyguard Lucas, untuk mengambil barang bukti, yang di simpan dengan rapi, dari dua puluh tahun lalu, oleh salah satu pria yang di bayar anak angkat Andrew, untuk membunuh Ayah kandung Julia.
Bodyguard tersebut, memberikan sebuah alat perekam suara kepada Edward.Edward memegang alat perekam tersebut, dan memperlihatkannya kepada istri pria itu.Srek!Dengan kencang, Edward membuka lakban yang menutup mulut wanita itu."Apakah anda masih tidak mengakui, bahwa andalah yang mempunyai ide untuk melenyapkan putra kandung Tuan Andrew?" tanya Edward."Aku...aku tidak tahu! aku tidak melakukannya!" teriak wanita itu sembari menangis."Benarkah?"Edward membuka rekaman tersebut, dan terdengarlah suara seorang wanita."Kamu jangan setengah-setengah melakukannya, kalau dia mati, itu lebih bagus, kalian buat seolah dia tidak sengaja terkena benda tajam, karena melawan!"Sesampainya di Mansion, hari sudah menjelang jam tujuh malam.Harry terlihat begitu bahagia sekali, menyambut Ayah dan Ibunya sembari berlari, dan menghamburkan tubuhnya ke dalam dekapan Lucas."Papa, Mama, aku rindu!" sahutnya sembari memeluk leher Lucas dengan eratnya.Lucas membalas pelukan putranya itu dengan erat juga, dia tersenyum senang, karena mereka ternyata memiliki ikatan yang kuat satu sama lain.Sama-sama tidak bisa berpisah dalam jangka waktu seharian, bawaannya pasti rindu.Julia ikut juga merasa bahagia, ke dua tangannya memeluk tubuh Lucas dengan erat, ikut merasakan pelukan Harry pada suaminya itu."Kenapa begitu lama?" tanya Harry dengan nada suara merajuk."Tadi ada urusan sebentar, nak!" ucap Lucas mengelus punggung putranya itu dengan lembut."Papa sama Mama perlu membersihkan diri dulu, sini sama Nenek nak!" sahut Lisbeth datang mendekati mereka.Harry melepaskan pelukannya, lalu meminta turun dari dekapan Ayahnya.Perlahan Lucas pun menurunkan putranya itu, da
Lucas membersihkan lagi luka di tangan Julia, setelah mereka selesai membersihkan badan."Apakah sakit, sayang?" tanya Lucas, sembari mengolesi cream untuk luka pada tangan Julia."Iya!" jawab Julia."Mulai besok, tanganmu jangan dulu terkena air, dan jangan melakukan pekerjaan apa pun, sampai luka lecetnya sembuh, oke?" ujar Lucas memberi nasehat pada istrinya itu."Baiklah!" jawab Julia, dia juga tidak ingin luka pada tangannya jadi tambah parah.Setelah luka di tangan Julia di balut Lucas dengan baik, mereka pun turun untuk makan malam.Semua orang sudah menunggu mereka di meja makan, dan tampak tidak berani makan lebih dahulu, sebelum Lucas duduk bergabung di meja makan.Makan malam pun di mulai, setelah Lucas duduk di kursinya.Esok harinya.Lucas pagi ini akan membawa Adelia ikut dengannya, karena adiknya itu meminta ingin bekerja dengan Lucas.Lucas menyetujui keinginan adiknya itu, karena menurutnya Adelia juga perlu mandiri.Adelia akan di tempat kan Lucas sebagai Sekretarisn
Sementara itu, di Mansion Sylvester.Lisbeth tidak menyangka, masih jam sepuluh pagi, mereka sudah kedatangan seorang tamu.Di ruang tamu, tampak duduk di sofa saling berhadapan, Lisbeth, Piter Sylvester, dan tamu yang tidak lain adalah Kakek Julia, Andrew.Mereka tampak saling diam, dengan suasana canggung satu sama lain.Lisbeth tidak menyangka, kalau Andrew nekat datang ke Mansion Sylvester, ingin bertemu dengan Julia.Sampai pelayan datang menyajikan teh, mereka tetap masih diam."Terimakasih sudah menjaga cucu saya sejauh ini, saya sangat berterimakasih sekali kepada anda berdua!" kata Andrew, akhirnya buka suara."Tentu saja kami akan menjaga menantu kami, dia istri dari putra Kami, dan Mama dari cucu kami!" jawab Piter Sylvester buka suara juga, mencoba untuk membuat suasana tidak terasa canggung."Saya sebagai Kakek sangat menyesal, tidak mengetahui keberadaannya selama ini!" ucap Andrew menyesali apa yang di lakukannya."Anda tidak perlu khawatir, tapi sepertinya dia masih be
Adelia penasaran ingin melihat, karyawan yang begitu berani bicara kasar, dan membentak karyawan lain seperti itu.Kakinya pun melangkah untuk memeriksa, dan tampak di koridor dekat tangga darurat, ada tiga orang pria.Seorang pria itu, di dorong pria lainnya, dan seorang pria lain lagi, diam saja melihat aksi temannya itu.Mata Adelia terbelalak melihat pemandangan itu, hari gini! masih ada pembullyan di tempat kerja.Seperti anak sekolahan saja, membully teman kelas yang lemah.Mereka adalah pria dewasa, yang memiliki etika yang baik, karena sudah di terima sebagai karyawan Group Sylvester.Tapi, bisa melakukan hal yang kasar seperti itu, dengan sesama rekannya."Astaga!" gumam Adelia tidak percaya, dengan apa yang dilihatnya.Pria itu di dorong sampai nyaris terjatuh."Hei! apa yang kalian lakukan!" teriak Adelia.Ke tiga pria itu menoleh ke arah Adelia, dan ke tiga nya menunjukkan ekspresi wajah yang berbeda.Adelia mendekati ke tiga pria itu, lalu matanya tajam memandang pria yan
Sesampainya mereka di kantin, untung saja tidak mengantri saat akan mengambil makan siang."Apakah kamu biasanya akan makan siang di kantin?" tanya Adelia memandang Daniel."Iya, Nona!" jawab Daniel menganggukkan kepalanya, dengan nada yang sedikit malu.Adelia tadinya ingin makan siang bersama kakaknya Lucas, di ruang kantor kakaknya itu.Terpaksa dia batalkan, karena melihat Daniel yang sepertinya sendiri saja makan siang.Sebagai rekan sekerja di Group Sylvester, rasa perduli Adelia dengan sesama teman, tidak tega melihat Daniel duduk sendirian menikmati makan siangnya.Setelah mereka selesai mengambil jatah makan siang mereka, Daniel mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yang kosong.Adelia mengikuti langkah Daniel, setelah pria itu melihat ada meja kosong.Mereka menarik kursi mereka masing-masing, untuk duduk, dan meletakkan baki nampan makan siang mereka ke atas meja.Tapi, tiba-tiba kursi Daniel ada yang menendang, saat pria itu hendak duduk.Brakk!Buk!Daniel yang hend
Ruang kantin jadi terlihat heboh, dengan aksi Adelia membalas karyawan senior tersebut, karena menindas karyawan junior.Edward yang akan makan siang di kantin itupun, jadi penasaran apa yang membuat para karyawan memandang ke satu arah di tengah kantin.Asisten pribadi, sekaligus merangkap sopir dan pengawal Lucas tersebut, melangkahkan kakinya melihat apa yang terjadi.Alangkah terkejutnya pria itu, melihat Nona mudanya sepertinya melakukan sesuatu kepada seorang karyawan pria."Nona, kenapa anda di sini?" tanya Edward berjalan mendekati Adelia."Aku mau makan siang, ada pengganggu yang membuat aku marah!" jawab Adelia memandang pria yang mengelus-elus kakinya yang sakit.Karyawan yang ada di kantin tersebut, semuanya mengenal siapa Edward, pria itu adalah kaki tangan Ceo mereka."Habislah dia, sudah membuat onar pada karyawan senior!""Siap-siap lah dia di tegur Tuan Edward, karena membuat kegaduhan di kantin!""Waktu yang tidak tepat dia membalas seniornya, Tuan Edward pasti akan
"Apakah kamu terluka?" tanya Adelia pada Daniel, setelah membantu pria itu membersihkan pakaiannya."Tidak Nona, terimakasih!" ucap Daniel merasa segan, karena baru kali ini ada yang peduli padanya."Nona, lebih baik anda makan siang dengan Tuan Lucas saja!" sahut Edward, menyarankan Adelia untuk tidak bergabung makan siang, dengan karyawan lainnya.Karena Adelia adalah bagian dari pemilik Group Sylvester juga, jadi lebih baik, dan aman makan siang bersama dengan Lucas."Tidak apa-apa, aku makan siang di kantin saja, kamu bawa saja makan siang...!""Kenapa lama sekali, aku sudah lapar!" sahut seseorang mendekati mereka, memotong kata-kata Adelia.Tampak Lucas sudah berdiri di antara mereka, dan memandang Adelia serta Edward bergantian."Kenapa malah berkumpul di sini?" tanya Lucas heran.Melihat Ceo mereka masuk ke dalam kantin, semua karyawan yang tadi menonton Adelia bersiteru dengan karyawan senior, memasang mata dan telinga mereka dengan tajam.Mereka ingin melihat, apa arti dari
Lucas mendengarkan apa yang di katakan Adelia, dia akan menindak lanjutin apa yang di sarankan adiknya tersebut.Tapi sekarang, dia ingin mendengarkan, apa yang akan di katakan karyawan, yang telah melihat kejadian tersebut."Kamu!" tunjuk Lucas pada seorang karyawan lelaki yang tidak jauh dari tempat kejadian."I..iya, Tuan!" jawab pria itu gugup."Apa yang tadi sudah kamu lihat?" tanya Lucas."Eng...itu, saat dia hendak duduk, kursinya di tendang sama dia!" kata pria menunjuk Daniel, lalu kemudian menunjuk ke arah karyawan senior tersebut.Karyawan senior itu membeku di tempatnya, dan tidak bisa lagi membela diri, karena saksi mata sudah mengatakan apa yang dilihatnya."Ayo, ke ruang meeting, kamu harus menjelaskan kenapa kamu melakukan itu pada junior mu!" kata Lucas, memberi kode pada Edward, supaya lelaki itu di giring ke ruang meeting."Untung adikku melihat apa yang kamu lakukan, kalau tidak, entah sampai kapan kamu menindasnya!" kata Lucas lagi.Semua membeku di tempatnya, akh