Pria itu kemudian di tarik paksa naik ke dalam mobil, tapi putra angkat Kakek Julia itu meronta berusaha melawan.Membuat Bodyguard Lucas dengan sigap, memiting tangan pria tersebut ke balik punggungnya."Apa-apaan ini!" teriaknya kaget, karena di perlakukan begitu kasar."Anda jangan banyak bicara, masuk saja ke dalam mobil!" sahut salah satu Bodyguard Lucas itu.Putra angkat Andrew itu, akhirnya terpaksa menurut saja, karena dia akan di perlakukan lebih kasar lagi kalau mencoba berontak.Mobil yang membawa putra angkat Andrew itu pun, perlahan meninggalkan parkiran basement gedung kantor Group Davidson.Sementara mobil satu lagi, membawa Lucas menuju restoran Julia.Bibir Lucas mengembangkan senyuman senangnya, melihat istrinya baik-baik saja.Lucas membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, lalu mendaratkan ciumannya pada puncak kepala istrinya itu."Ayo, kita jemput Harry!" kata Lucas, lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya itu.Kemudian mereka pun meluncur menuju sekolah H
Perlahan Harry bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Ibunya yang sedang di dekap Ayahnya.Tubuh kecil itu ikut bergabung memeluk Ibunya, karena tubuhnya yang kecil, Harry hanya bisa meletakkan kepalanya pada pangkuan Ibunya, sembari memeluk bagian daerah lutut Julia.Merasakan Harry ikut memeluk dirinya, Julia meletakkan tangannya di punggung Harry.Lucas perlahan berjongkok, bersitumpu dengan ke dua lututnya ke lantai, agar tingginya dengan Julia seimbang.Dengan begitu tangannya bisa meraih tubuh kecil putranya, dan ikut memeluk tubuh Harry."Sudah, jangan lagi bersedih, kita akan beri perhitungan pada orang yang telah melakukan kejahatan pada Papa mertua!" kata Lucas menghibur Julia, sembari mengelus punggung istrinya itu dengan lembut."Iya Mama, jangan sedih lagi, aku jadi ikut sedih, hu..hu..huuu!" ujar Harry mencoba menghibur Julia, tapi justru dia semakin menangis sedih.Julia mengelus kepala putranya itu, yang semakin erat memeluk kakinya, dan semakin membenamkan w
Esok harinya di pinggir kota, di sebuah gedung terbengkalai.Seorang pria berusia empat puluhan, diikat dengan rantai pada sebuah kursi di sudut gedung tersebut.Dengan posisi tangan diikat kebelakang, dan mulut di tutup lakban hitam.Wajahnya yang terlihat pucat, dari pertama di tarik paksa naik mobil, sudah tahu kalau dirinya dalam bahaya.Sepertinya Ceo Group Sylvester sudah mengetahui sesuatu tentang dirinya, dia sudah melihat dari tatapan mata Ceo itu.Brak!Dia mendengar suara gaduh memasuki gedung.Ternyata dua mobil hitam memasuki gedung, dan kemudian berhenti di area parkir di dekat pintu gerbang gedung.Karena gedung itu luas, tempat parkir berada di dalam gedung. Pria itu melihat pintu mobil terbuka, dan dari dalam mobil beberapa pria membawa dua orang wanita, dengan tangan terikat."Tidak! lepaskan! jangan sentuh aku!" jerit salah satu wanita itu dengan kencang.Mata pria yang diikat itu terbelalak, karena terkejut, melihat siapa wanita yang di bawa beberapa pria berpakai
Edward membuka pintu ruangan tersebut, mempersilakan Lucas, Julia dan Andrew masuk ke dalam."Julia, dengarkan Kakek nak, Kakek bersalah, Kakek akan ceritakan, kenapa bisa sampai melakukan kesalahan yang begitu fatal!" sahut Andrew begitu mereka masuk ke dalam ruangan itu."Apakah anda tahu, kenapa putra anda yang di luar itu di sandera seperti itu?" tanya Julia dengan dingin pada Andrew."Aku tidak tahu nak, tapi aku tidak perduli lagi padanya, aku sudah menemukanmu!" sahut Andrew dengan wajah berbinar."Walaupun itu menyangkut kematian Papaku?" tanya Julia mengerutkan keningnya, dengan pandangan kecewa."Apa?" wajah Andrew langsung berubah, begitu Julia menyinggung tentang Ayahnya."Sebegitu cintanya kah anda pada putra anda itu?" sahut Julia merasa kecewa."Ti..tidak nak, kamu salah paham, Kakek hanya bermaksud ingin membantu keluarga nya, karena Papanya Hendra sudah lama bekerja dengan Kakek, jadi Kakek mengangkatnya mengganti Papamu!" kata Andrew menjelaskan.Tiba-tiba tubuh Juli
Andrew meraih pemukul besi itu, lalu menghantamkannya dengan kuat ke tubuh pria yang terikat itu."Mmmm...!" pria yang teringat itu mengaduh kesakitan, karena mulutnya di lakban, dia tidak bisa mengeluarkan suara teriakannya.Sementara Siska yang melihat itu, terkejut bukan main, begitu juga istri putra angkat Andrew tersebut.Ke dua wanita itu terbelalak melihat aksi Andrew memukul anak angkatnya sendiri.Siska sampai mengangkat kakinya, dan menghentak-hentakkannya ke lantai, berusaha untuk menjerit dan berbicara.Sementara Ibunya hanya bisa menangis, melihat Ayah angkat suaminya itu mengamuk.Dia tahu, kalau mertuanya itu sudah mengetahui sesuatu.Mereka selama ini tidak menduga akan terlibat dengan Lucas, karena mereka tidak akan pernah berpikir kalau putra kandung Andrew ternyata N memiliki seorang putri.Dan putrinya itu istri dari Lucas Sylvester, karena siapapun yang terlibat dengan Ceo Sylvester itu, tidak akan pernah bisa lepas dari genggamannya.Tubuh istri putra angkat Andr
Edward memapah Kakek Julia untuk duduk pada sebuah bangku, dan kemudian memberinya air minum.Sementara itu Lucas mendekati putra angkat Andrew, yang telah kembali duduk pada kursinya dengan benar."Katakan sekali lagi, kalau anda tidak memerintahkan mereka untuk membunuh Papa mertuaku, katakan sekali!" kata Lucas berdiri di depan pria itu, dengan tatapan tajam menatap anak angkat Andrew tersebut. 1Wajah pria itu pias, dia menelan ludahnya ketakutan, pria itu tidak berani bicara.Melihat anak angkat Andrew itu diam saja, Lucas menepuk-nepuk pipi pria itu, untuk memperingatinya supaya jangan diam saja.Tatapan dingin dengan wajah Lucas yang datar, membuat pria itu ketar-ketir merasakan aura Lucas sangat menakutkan."Apakah anda masih tidak ingin bicara jujur?" tanya Lucas dengan datar.Pria itu masih diam, dan kembali Lucas menepuk-nepuk pipi pria itu.Lucas sudah mulai kehilangan kesabaran, karena pertanyaannya tidak di tanggapi oleh pria itu.Tangannya pun menambah tekanan, pada saa
Tubuh Julia berkeringat, dan gemetar. Amarahnya yang tadi membutakan matanya, berangsur-angsur kembali normal.Lucas dengan cepat menghampiri Julia, dan membantu istrinya itu untuk bangkit berdiri.Mata Lucas terbelalak kaget, melihat tangan Julia yang berdarah."Sayang, tanganmu berdarah!" ujar Lucas panik.Lucas mengangkat tubuh Julia dalam gendongannya, lalu dengan langkah cepat membawa istrinya itu masuk ke ruang kantor gedung tersebut.Lucas meletakkan Julia duduk di sofa, lalu mencari kotak P3K, seingatnya ada di dalam lemari kecil yang menempel di tembok ruangan tersebut.Setelah di temukan Lucas, dengan cepat pria itu mengambil obat untuk luka dan plester luka.Sementara Julia masih diam tidak bergerak, dia masih belum sadar betul dengan apa yang tadi di lakukannya, walau emosinya sudah normal kembali.Sementara di luar ruangan, Andrew ikut panik juga mendengar Lucas mengatakan tangan Julia terluka.Andrew perlahan bangkit dari duduknya, dia ingin memeriksa keadaan Julia juga.
Edward memberi kode kepada seorang Bodyguard Lucas, untuk mengambil barang bukti, yang di simpan dengan rapi, dari dua puluh tahun lalu, oleh salah satu pria yang di bayar anak angkat Andrew, untuk membunuh Ayah kandung Julia.Bodyguard tersebut, memberikan sebuah alat perekam suara kepada Edward.Edward memegang alat perekam tersebut, dan memperlihatkannya kepada istri pria itu.Srek!Dengan kencang, Edward membuka lakban yang menutup mulut wanita itu."Apakah anda masih tidak mengakui, bahwa andalah yang mempunyai ide untuk melenyapkan putra kandung Tuan Andrew?" tanya Edward."Aku...aku tidak tahu! aku tidak melakukannya!" teriak wanita itu sembari menangis."Benarkah?"Edward membuka rekaman tersebut, dan terdengarlah suara seorang wanita."Kamu jangan setengah-setengah melakukannya, kalau dia mati, itu lebih bagus, kalian buat seolah dia tidak sengaja terkena benda tajam, karena melawan!"