Akhirnya di ruang kantor Andrew hanya tinggal Lucas, Edward dan Kakek Julia.Lucas duduk di sofa saling berhadapan dengan Andrew, sementara Edward berdiri di dekat pintu."Kakek, sejak kapan anda mengangkat seorang putra, apakah setelah anda mengusir putra anda?" tanya Lucas memulai pembicaraan mereka."Sejak tiga bulan setelah aku mengusir Ferdinand, sopirku mulai sakit-sakitan, karena umurnya yang sudah tua kala itu, dan sepertinya dia harus pensiun, jadi aku meminta padanya untuk mengambil putranya untuk menjadi putra angkat ku, dan dia dengan senang hati memberikan putranya!" kata Andrew menjelaskan sejak kapan dia mengangkat seorang anak lelaki."Apakah anda tidak melihat ada sesuatu yang mencurigakan, yang di lakukan putra angkat anda?" tanya Lucas mengorek lagi tentang putra angkat Kakek Julia tersebut."Sepertinya tidak, dia terlihat seperti biasanya selama ini, hanya saja kadang suka menanyakan tentang masalah aset dan warisan!" ujar Andrew."Apakah Kakek tidak menemukan hal
Pria itu kemudian di tarik paksa naik ke dalam mobil, tapi putra angkat Kakek Julia itu meronta berusaha melawan.Membuat Bodyguard Lucas dengan sigap, memiting tangan pria tersebut ke balik punggungnya."Apa-apaan ini!" teriaknya kaget, karena di perlakukan begitu kasar."Anda jangan banyak bicara, masuk saja ke dalam mobil!" sahut salah satu Bodyguard Lucas itu.Putra angkat Andrew itu, akhirnya terpaksa menurut saja, karena dia akan di perlakukan lebih kasar lagi kalau mencoba berontak.Mobil yang membawa putra angkat Andrew itu pun, perlahan meninggalkan parkiran basement gedung kantor Group Davidson.Sementara mobil satu lagi, membawa Lucas menuju restoran Julia.Bibir Lucas mengembangkan senyuman senangnya, melihat istrinya baik-baik saja.Lucas membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, lalu mendaratkan ciumannya pada puncak kepala istrinya itu."Ayo, kita jemput Harry!" kata Lucas, lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya itu.Kemudian mereka pun meluncur menuju sekolah H
Perlahan Harry bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Ibunya yang sedang di dekap Ayahnya.Tubuh kecil itu ikut bergabung memeluk Ibunya, karena tubuhnya yang kecil, Harry hanya bisa meletakkan kepalanya pada pangkuan Ibunya, sembari memeluk bagian daerah lutut Julia.Merasakan Harry ikut memeluk dirinya, Julia meletakkan tangannya di punggung Harry.Lucas perlahan berjongkok, bersitumpu dengan ke dua lututnya ke lantai, agar tingginya dengan Julia seimbang.Dengan begitu tangannya bisa meraih tubuh kecil putranya, dan ikut memeluk tubuh Harry."Sudah, jangan lagi bersedih, kita akan beri perhitungan pada orang yang telah melakukan kejahatan pada Papa mertua!" kata Lucas menghibur Julia, sembari mengelus punggung istrinya itu dengan lembut."Iya Mama, jangan sedih lagi, aku jadi ikut sedih, hu..hu..huuu!" ujar Harry mencoba menghibur Julia, tapi justru dia semakin menangis sedih.Julia mengelus kepala putranya itu, yang semakin erat memeluk kakinya, dan semakin membenamkan w
Esok harinya di pinggir kota, di sebuah gedung terbengkalai.Seorang pria berusia empat puluhan, diikat dengan rantai pada sebuah kursi di sudut gedung tersebut.Dengan posisi tangan diikat kebelakang, dan mulut di tutup lakban hitam.Wajahnya yang terlihat pucat, dari pertama di tarik paksa naik mobil, sudah tahu kalau dirinya dalam bahaya.Sepertinya Ceo Group Sylvester sudah mengetahui sesuatu tentang dirinya, dia sudah melihat dari tatapan mata Ceo itu.Brak!Dia mendengar suara gaduh memasuki gedung.Ternyata dua mobil hitam memasuki gedung, dan kemudian berhenti di area parkir di dekat pintu gerbang gedung.Karena gedung itu luas, tempat parkir berada di dalam gedung. Pria itu melihat pintu mobil terbuka, dan dari dalam mobil beberapa pria membawa dua orang wanita, dengan tangan terikat."Tidak! lepaskan! jangan sentuh aku!" jerit salah satu wanita itu dengan kencang.Mata pria yang diikat itu terbelalak, karena terkejut, melihat siapa wanita yang di bawa beberapa pria berpakai
Edward membuka pintu ruangan tersebut, mempersilakan Lucas, Julia dan Andrew masuk ke dalam."Julia, dengarkan Kakek nak, Kakek bersalah, Kakek akan ceritakan, kenapa bisa sampai melakukan kesalahan yang begitu fatal!" sahut Andrew begitu mereka masuk ke dalam ruangan itu."Apakah anda tahu, kenapa putra anda yang di luar itu di sandera seperti itu?" tanya Julia dengan dingin pada Andrew."Aku tidak tahu nak, tapi aku tidak perduli lagi padanya, aku sudah menemukanmu!" sahut Andrew dengan wajah berbinar."Walaupun itu menyangkut kematian Papaku?" tanya Julia mengerutkan keningnya, dengan pandangan kecewa."Apa?" wajah Andrew langsung berubah, begitu Julia menyinggung tentang Ayahnya."Sebegitu cintanya kah anda pada putra anda itu?" sahut Julia merasa kecewa."Ti..tidak nak, kamu salah paham, Kakek hanya bermaksud ingin membantu keluarga nya, karena Papanya Hendra sudah lama bekerja dengan Kakek, jadi Kakek mengangkatnya mengganti Papamu!" kata Andrew menjelaskan.Tiba-tiba tubuh Juli
Andrew meraih pemukul besi itu, lalu menghantamkannya dengan kuat ke tubuh pria yang terikat itu."Mmmm...!" pria yang teringat itu mengaduh kesakitan, karena mulutnya di lakban, dia tidak bisa mengeluarkan suara teriakannya.Sementara Siska yang melihat itu, terkejut bukan main, begitu juga istri putra angkat Andrew tersebut.Ke dua wanita itu terbelalak melihat aksi Andrew memukul anak angkatnya sendiri.Siska sampai mengangkat kakinya, dan menghentak-hentakkannya ke lantai, berusaha untuk menjerit dan berbicara.Sementara Ibunya hanya bisa menangis, melihat Ayah angkat suaminya itu mengamuk.Dia tahu, kalau mertuanya itu sudah mengetahui sesuatu.Mereka selama ini tidak menduga akan terlibat dengan Lucas, karena mereka tidak akan pernah berpikir kalau putra kandung Andrew ternyata N memiliki seorang putri.Dan putrinya itu istri dari Lucas Sylvester, karena siapapun yang terlibat dengan Ceo Sylvester itu, tidak akan pernah bisa lepas dari genggamannya.Tubuh istri putra angkat Andr
Edward memapah Kakek Julia untuk duduk pada sebuah bangku, dan kemudian memberinya air minum.Sementara itu Lucas mendekati putra angkat Andrew, yang telah kembali duduk pada kursinya dengan benar."Katakan sekali lagi, kalau anda tidak memerintahkan mereka untuk membunuh Papa mertuaku, katakan sekali!" kata Lucas berdiri di depan pria itu, dengan tatapan tajam menatap anak angkat Andrew tersebut. 1Wajah pria itu pias, dia menelan ludahnya ketakutan, pria itu tidak berani bicara.Melihat anak angkat Andrew itu diam saja, Lucas menepuk-nepuk pipi pria itu, untuk memperingatinya supaya jangan diam saja.Tatapan dingin dengan wajah Lucas yang datar, membuat pria itu ketar-ketir merasakan aura Lucas sangat menakutkan."Apakah anda masih tidak ingin bicara jujur?" tanya Lucas dengan datar.Pria itu masih diam, dan kembali Lucas menepuk-nepuk pipi pria itu.Lucas sudah mulai kehilangan kesabaran, karena pertanyaannya tidak di tanggapi oleh pria itu.Tangannya pun menambah tekanan, pada saa
Tubuh Julia berkeringat, dan gemetar. Amarahnya yang tadi membutakan matanya, berangsur-angsur kembali normal.Lucas dengan cepat menghampiri Julia, dan membantu istrinya itu untuk bangkit berdiri.Mata Lucas terbelalak kaget, melihat tangan Julia yang berdarah."Sayang, tanganmu berdarah!" ujar Lucas panik.Lucas mengangkat tubuh Julia dalam gendongannya, lalu dengan langkah cepat membawa istrinya itu masuk ke ruang kantor gedung tersebut.Lucas meletakkan Julia duduk di sofa, lalu mencari kotak P3K, seingatnya ada di dalam lemari kecil yang menempel di tembok ruangan tersebut.Setelah di temukan Lucas, dengan cepat pria itu mengambil obat untuk luka dan plester luka.Sementara Julia masih diam tidak bergerak, dia masih belum sadar betul dengan apa yang tadi di lakukannya, walau emosinya sudah normal kembali.Sementara di luar ruangan, Andrew ikut panik juga mendengar Lucas mengatakan tangan Julia terluka.Andrew perlahan bangkit dari duduknya, dia ingin memeriksa keadaan Julia juga.
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya