Lucas membawa Ibu dan istrinya keluar dari cafe siap saji itu, tidak terlalu memperdulikan teriakan Tante Julia, yang berteriak memanggil Julia."Kalau dia mencoba mengganggumu lagi, aku ingin menuntutnya mengenai masalah lima tahun lalu!" kata Lucas sambil berjalan menuju mobilnya.Lucas membuka pintu mobil, dan mempersilahkan Ibunya untuk masuk lebih dahulu."Julia, tunggu!" teriak Tante Julia, ternyata wanita itu mengejar Julia."Masuk, jangan perdulikan dia!" ucap Lucas menyuruh Julia untuk masuk ke dalam mobil.Lucas langsung menghadap Tante Julia, dan memandang wanita itu dengan tajam."Mau apa anda memanggil istriku?" tanya Lucas dengan tajam."Dia keponakanku, aku mau bicara padanya!" sahut Tante Julia."Kalau mau bicara, katakan saja padaku, aku dan dia sama saja, kami suami istri, jadi tidak masalah dengan salah satu dari kami berdua, jadi katakan saja apa yang ingin anda katakan!" ujar Lucas dengan tegas."Tidak! aku hanya ingin bicara dengan dia saja!" sahut wanita itu."T
Lucas mengantar Ibu dan istrinya ke salon sahabat Ibunya, dan setelah itu dia pun pergi ke kantor.Edward di tugaskan yang akan menjemput mereka, kalau sudah selesai."Ya ampun, Lisbeth...sudah lama kamu tidak kelihatan, kemana saja selama ini?" seorang wanita seumuran Ibu mertua Julia menyambut mereka, begitu memasuki pintu salon tersebut."Aku sudah tua, tidak ada lagi yang perlu di percantik!" ujar Lisbeth menanggapi perkataan temannya tersebut."Walau kamu sudah tua, kamu masih terlihat cantik kok!" kata temannya."Aku datang ke sini, ingin mempercantik menantuku, aku merekomendasikan padanya perawatan paket nomor satu!" kata Lisbeth."Eh! kamu sudah punya menantu?" sahut teman Lisbeth terkejut."Ih! kenapa harus sampai terkejut begitu sih!" ujar Lisbeth menegur temannya itu."Tentu saja aku terkejut, siapa yang tidak kenal dengan putramu, yang di rumorkan tidak suka dekat dengan wanita yang belum di kenalnya, dan sangat sulit untuk menyenangkan hatinya!" ujar teman Lisbeth terseb
Teman Lisbeth yang mendengar suara teriakan, keluar dari salah satu ruang VIP, dia sedang memberikan layanan massage pada pelanggan VIP nya."Ada apa ribut-ribut?" tanyanya."Nyonya Angel, saya ingin di layani oleh Manajer salon, saya tidak ingin di layani pelayan yang tidak berpengalaman!" sahut gadis sombong tersebut."Maaf Nona, Manajer sedang melayani pelanggan VIP lainnya, anda tidak bisa meminta pelayanan khusus!" sahut teman Lisbeth memandang gadis yang, mulai terlihat kesal lagi mendengar permintaan nya tidak di turuti."Anda mau, salon anda akan ditutup?!" teriak gadis itu dengan kencang."Kalau anda tidak terima dengan apa yang saya katakan, silahkan pergi ke salon lain saja!" ujar teman Lisbeth, dengan nada tinggi."Eh! anda memarahi saya ya! baik tunggu saja!" katanya dengan penuh emosi.Gadis itu pun mengambil ponselnya, lalu menelepon seseorang."Kakek! aku di bully orang, cepat datang kemari Kek...hiks..hiks!" kata wanita itu dengan nada yang begitu sedih, seperti sedan
Mendengar penjelasan Hana tentang Julia pelanggan lama sebelum dirinya, membuat gadis sombong itu jadi sangat malu.Tapi dia tidak terima di pojokkan, sampai Kakeknya juga membela Julia."Heh! kamu! jangan merasa besar kepala karena kamu di bela semua orang, aku adalah cucu satu-satunya Group Davidson, tidak bisa di gertak siapapun, karena kamu, aku jadi di permalukan, hanya karena kamu menantu dari Nyonya ini!" sahut gadis sombong itu marah, sembari menuding kan jari telunjuknya kepada Julia.Lisbeth mendengar perkataan gadis sombong itu, langsung berdiri dari duduknya, dia jadi tersulut emosi mendengar apa yang dikatakan gadis itu."Siska!!" bentak Kakek gadis itu, dia begitu terkejut mendengar perkataan cucunya itu.Dia tidak menyangka cucunya itu, bisa begitu sangat kasar sekali."Mulut kamu sungguh keterlaluan, terlalu arogan, kamu tidak sebanding dengan menantuku, menantuku seorang wanita yang terhormat, punya rasa sopan santun, kamu jangan pamer sebagai cucu Group Davidson, men
Kakek gadis sombong itu, kembali mengedipkan matanya, menatap Julia sembari mengingat, kapan pernah melihat wajah yang mirip dengan Julia."Apakah kamu kenal dengan Ferdinand?" tanya Pria tua itu, memastikan apa yang ada di pikirannya."Dia Papaku, kenapa Tuan? anda mengenal Papaku?" tanya Julia dengan bersemangat.Seumur hidupnya, Julia belum mengenal keluarga Ayahnya, semasa Ayahnya masih hidup.Seingat Julia, Ayahnya adalah pria yang sangat romantis, selalu memanjakan Ibunya.Dan dia ingat, Ibunya tidak pernah mengeluh sedikitpun, dengan penghasilan kecil yang di dapat Ayahnya.Ibunya dapat mengatur gaji Ayahnya dengan baik, mengolahnya tetap bertahan sampai mendapat gaji berikutnya.Walau mereka hidup pas-pasan, tapi mereka hidup bahagia.Sampai kejadian malam itu terjadi, saat pulang kerja malam hari, Ayahnya di bunuh perampok.Julia tidak mengenal, bahkan bertemu dengan keluarga Ayahnya. Dia pernah berpikir, kalau Ayahnya tidak memiliki keluarga.Sementara itu, Kakek gadis sombo
Suasana salon jadi heboh karena Kakek gadis sombong itu, hampir saja jatuh pingsan, setelah bicara dengan Julia.Semua memandang ke arah pria tua itu, yang sudah mulai merasa baikan, setelah minum segelas air."Bagaimana? apakah kamu sudah merasa baikkan?" tanya Hana kepada Kakek gadis sombong itu."Ya, sudah sedikit tenang, tapi hatiku masih terasa sakit!" ucap pria tua itu, menekan dadanya."Lalu, bagaimana kamu menyikapi keadaan ini, setelah kamu menemukan cucu aslimu!" ujar Hana kepada pria tua itu."Tentu saja, aku akan membawanya, dia satu-satunya putri dari putraku yang sudah lama hilang, aku tidak akan membiarkannya menjauh lagi dariku!" kata pria tua itu."Apa kata Kakek, siapa yang akan Kakek bawa, dan tidak akan Kakek biarkan pergi menjauh! siapa Kek?" tanya gadis sombong itu, tidak senang, sikap cemburunya mulai keluar. "Nak, a..aku Kakekmu, Papamu adalah putraku satu-satunya yang sudah lama hilang!" sahut pria tua itu kepada Julia, lalu kemudian perlahan berjalan mendeka
Pria tua itu semakin bersalah dengan apa yang dikatakan Lisbeth, dia tahu betapa kejamnya dirinya mengambil semua aset hasil kerja keras putranya itu, karena tidak menuruti perintahnya.Pria tua itu memejamkan matanya sebentar, untuk menenangkan perasaannya yang berkecamuk.Sementara gadis yang sombong itu, terus saja ribut berteriak kepada Kakeknya tersebut."Bisa tidak kamu diam, berisik sekali!" bentak Pria tua itu, akhirnya tidak tahan mendengar teriakan cucu angkatnya tersebut.Tentu saja gadis sombong itu, terkejut bukan main di bentak Kakeknya.Gadis itu tertegun di tempatnya, tidak mempercayai apa yang sekarang di alaminya.Seumur hidupnya, dia tidak pernah di bentak oleh Kakeknya itu, seberapa keras kepalanya dia.Gadis itu mengepalkan tangannya dengan erat, dia sudah tidak tahan lagi dengan sikap Kakeknya, yang kelihatannya memang serius untuk mengambil Julia sebagai cucunya.Aku tidak terima Kakek mengambil wanita itu sebagai cucu Kakek!" teriak gadis sombong itu, tidak tah
Lucas baru saja lima belas menit mengadakan meeting, Edward meneleponnya, mengatakan kalau ada pertengkaran terjadi di salon teman Ibunya.Tentu saja Lucas langsung bergerak untuk kembali lagi ke salon, tempat Ibu dan istrinya, dia tinggalkan tadi.Ternyata benar apa yang di katakan Edward, seorang wanita terlihat menghampiri istrinya, dan mengangkat tangannya, hendak menampar wajah istrinya yang cantik.Darah Lucas mendidih melihat pemandangan itu, dan kakinya yang panjang bergegas menghampiri wanita itu, dan menangkap tangan yang terayun itu.Dan saat ini, Lucas merasa heran dengan penjelasan seorang pria tua yang ada di salon itu.Pria tua itu mengatakan, kalau istrinya adalah cucu dari pria itu.Tentu saja Lucas tidak percaya, karena Julia sudah bercerita kepadanya, kalau ke dua orang tuanya sudah meninggal. "Aku akan menceritakan apa yang terjadi, bolehkah kita bicara di suatu tempat?" ucap Andrew.Lucas akhirnya menyetujui usul pria tua itu, untuk bicara di suatu tempat yang te
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya