Share

Untung Ada Si Om

Penulis: Rasyidfatir
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-13 06:00:30

Langkah kaki Zahra terhenti manakala keluar dari kampusnya. Senyumnya yang nengembang ketika habis bercanda tawa dengan teman-temanya menjadi hambar. Seorang pria yang begitu familiar sudah berdiri menunggunya di parkiran. Ia tidak mengharapkan kedatangan pria itu. Sungguh, lebih baik tidak melihatnya sama sekali.

"Tuh, siapa lihat kesini?" tanya Allea salah seorang teman Zahra.

"Dia anak angkat Om Hisyam," sahutnya.

"Anak angkat, keren banget. Ih kapan ya hidupku di kelilingi cowok-cowok ganteng dalam hidupku. Pasti seru," ucap Alleia berbinar menatap Abie sekilas.

Zahra geleng-geleng kepala, lucu temannya mengira hidupnya seru. Padahal sangat menyebalkan berhadapan dengan manusia satu itu.

"Ya sudah kita duluan ya. Sampaikan salamku padanya. Kalau perlu bilang aku mau jadi pacarnya," kekeh Allea. Suaranya samar namun sepertinya Abie mendengarnya. Membuat Abie merasa bangga pada dirinya sendiri.

Setelah pada bubar dan sepi Abie mulai berani mendekati Zahra.

"Aku antar pulang, Ma," t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terpesona Papa Mertua   Sopir Mencurigakan

    Usai pertempuran semalam, Zahra sudah memakai mukena bersiap untuk sholat subuh. Tubuhnya kelihatan letih, pasalnya Hisyam menggempurnya entah berapa ronde. Meski letih, wajah keduanya kelihatan bersinar karena kerinduan keduanya tersalurkan.Zahra mencium tangan Hisyam setelah bacaan salam. Hisyam membalasnya dengan mengecup kening Zahra."Om, bentar lagi Zahra wisuda. Om datang kan ke acara wisudaku nanti?" tanya Zahra."Pasti dong Sayang," balas Hisyam. Matanya terpesona menatap wajah ayu istrinya yang tengah memakai mukena serba putih seperti bidadari syurga.Begitu juga Hisyam yang tampak begitu tampan memakai koko putih bersih. Membuatnya makin gagah saja.Zahra pun melepas mukenanya dan mengembalikan di tempatnya. Keduanya hendak bersiap-siap pergi. Satunya ke kampus terus satunya ke kantor. Dan tentunya sebelum berangkat mereka sarapan bareng."Aku anter ya ke kampus," ucap Hisyam lembut. Zahra menjawabnya dengan anggukan. Keduanya berangkat bersama. Sekarang Zahra tidak lagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Terpesona Papa Mertua   Di Selamatkan Hisyam

    "Maaf Pak, sepertinya jalannya bukan ini. Sudah setengah jam berlalu, kita putar balik saja," pinta Zahra cemas. Sayangnya sopir itu hanya diam tidak menjawab perkataan Zahra. Justru jalan yang di lewati semakin masuk ke arah hutan jauh dari keramaian kota. Hati Zahra semakin cemas. Sepertinya ada yang tidak beres. Mobil itu tiba-tiba berhenti di tepi hutan."Sekarang kita sudah sampai, Nyonya boleh keluar dari mobil," ucapnya."Pak, ini hutan. Aku tidak mau keluar dari mobil ini. Aku yakin kamu pasti penipu!" seru Zahra. Kecurigaannya makin bulat, ia sudah tidak tahan lagi mengutarakannya."Tidak mau keluar ya." "Oke kalau begitu terpaksa aku menyeretmu keluar!" ucapnya bernada kasar. Zahra terhenyak kaget, seperti dugaannya ada yang mencurigakan. Sikap kasar sopir itu menegaskan dugaannya.Sialnya, Zahra keluar dari mobil seseorang menangkapnya dan membungkam mulutnya dengan sesuatu sehingga pandangan Zahra kabur. Tubuhnya roboh seketika.Kini saat membuka mata dia sudah dalam kea

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Terpesona Papa Mertua   Kekecewaan

    Abie terus saja mendengar perkataan Reno yang menyakitkan mengenai dirinya."Apa kamu tidak malu mengatakan hal ini. Seharusnya kamu merawat Abie. Bukan malahan memanfaatkannya," ucap Hisyam.Reno tersenyum. Dia tidak peduli perkataan Hisyam. Perkataan itu tidak berpengaruh padanya. Yang di butuhkan hanya harta. Reno sadar harta yang di milikinya sekarang adalah milik istrinya. Dia ingin memiliki harta sendiri sehingga tidak tunduk pada istrinya. Untuk mendapatkannya secara instan, yaitu memaksa Hisyam memberikannya. Menggelikan bukan?"Malu? Kamu jangan membuatku tertawa Syam.""Justru harusnya kamu malu karena terlalu lemah pada wanita. Dulu Winda sekarang Zahra. Kamu memang di takdirkan miskin karena wanita, hahaha!" ejek Reno.Hisyam terdiam. Tangannya mengepal erat. Dia tidak bodoh karena keselamatan Zahra jauh lebih penting. Soal harta bisa di cari nanti. Begitulah pikirnya."Ah, sudahlah. Aku tidak ingin terlalu banyak berdebat denganmu. Kita selesaikan hari ini dengan damai. A

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Terpesona Papa Mertua   Berita Membahagiakan

    Suara benda jatuh kembali terdengar, Citra berdiri terpaku di depan pintu kamar. Melihat Abie kembali melempar barang-barangnya tanpa ampun. Citra berhasil mendapatkan kunci serep kamarnya sehingga bisa membuka pintu."Apa-apaan ini Abie? Kamu merusak semua barang yang ada di kamar ini!" ucap Citra keras. Citra mendekati Abie. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Abie menatap malas ke arah Citra, meliriknya sebentar lalu tatapannya kembali kosong. "Abie! Jawab Aku, jangan hanya diam saja!" "Pergilah, ini tidak ada sangkut pautnya denganmu. Biarkan aku sendiri," balas Abie.Citra sedikit lega karena Abie mau bicara. Terlebih masalah yang di alami Abie sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Tapi ia juga penasaran kenapa Abie ngamuk."Pokoknya aku nggak mau tahu ya. Kamu harus beresin kamarmu. Ingat di rumah ini tidak ada ART. Makanya kalau ngamuk kamu harus pikir-pikir!" Sahut Citra.Bukannya meredam amarah suaminya justru makin membuat jengkel Abie. "Arrgh!" Abie

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Terpesona Papa Mertua   Ancaman

    "Terima kasih Sayang kamu sudah memberikan kado yang terbaik buat Om," ucap Hisyam sembari mengusap hijab di kepala Zahra penuh kelembutan."Kalau begitu aku boleh dong minta apa saja sama Om," sahut Zahra."Minta apapun boleh, asal Om bisa lakukan untukmu. Pokoknya Om akan usahakan sebisa mungkin," jawab Hisyam tegas.Zahra tersenyum. "Aku cuma pingin Om selalu sayang aku dan anak kita. Udah itu aja kok."Hisyam mengira Zahra meminta perhiasan atau harta nyatanya bukan. Ia semakin menyayangi Zahra kalau begini. Lagi-lagi Hisyam memeluk Zahra ala teletubies. Dikit-dikit peluk, makin jatuh cintrong aja dua umat manusia ini."Tapi Om jangan lupa besok temenin aku wisuda," rajuk Zahra manja."Awas ya, kalau Om bergaya sok sibuk. Nanti aku cari orang lain jadi pendamping wisudaku.""Sst, jangan bicara seperti itu," Hisyam langsung melumat bibir Zahra. Menghentikan perkataan Zahra yang ngasal."Beres Sayang, Om pasti temani kamu."Keesokan harinya keduanya sudah berdandan rapi. Zahra menge

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terpesona Papa Mertua   Biar Makin Harmonis

    Abie sudah pergi setelah memberi ancaman pada Reno. Namun meninggalkan amarah di hati istri Reno. "Meta, kau jangan pikirkan omongan Abie tadi. Kita akan selamanya bersama. Kamu tahu kan, aku sangat menyayangi Aysel ," Reno menyentuh jemari Meta berusaha meyakinkan istrinya.Meta diam saja. Sibuk menata perasaannya. Sebenarnya dia sudah tidak peduli pernikahannya. Meta tahu jelas bagaimana karakter suaminya yang tidak bisa setia. Rahasia keburukan suaminya itu ibarat seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tentu tidak baik buat perkembangan psikologis putrinya.Mengingat pertemuannya dengan Abie adalah bukti nyata kelakuan suaminya yang tidak bisa setia dengan satu wanita. Abie adalah fotokopi Reno. Wajahnya benar-benar sangat mirip. Meski tidak usah tes DNA orang pasti akan percaya hanya dengan melihat sekilas wajahnya."Aku memang suka berganti-ganti wanita. Tapi istriku yang aku akui hanya kamu. Kamu harus tahu itu. Jadi jangan berpikir macam-macam untuk bercerai."Reno men

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terpesona Papa Mertua   Karma

    Abie duduk di kursi kerjanya sembari menatap papan nama yang bertuliskan nama dan kedudukannya. Dulu dia mungkin bangga, namun hati kecilnya merasa malu karena bukan anak kandung Hisyam. Dia seperti numpang kekayaan. Hatinya berseteru antara kenyataan dan kekecewaan yang bertempur satu sama lain.Kenyataan yang menunjukkan dia anak Reno. Seorang pria yang amat di bencinya. Benci karena Ayah yang seharusnya mengayominya justru memanfaatkan demi mendapatkan keuntungan pribadi.Abie selama ini membayar orang kepercayaannnya dengan bayaran fantastis untuk menjalankan perusahaannya. Kini terancam gigit jari karena orang kepercayaannya itu justru diam-diam mendirikan perusahaan sendiri sebagai pesaingnya. Kini Abie sendirian, karena mencari orang kepercayaan tak semudah membalikkan telapak tangan.Laporan perusahaannya yang mengalami defisit membuat kepalanya makin pusing. Di tambah lagi Citra yang selalu cerewet ketika di rumah. Ujung-ujungnya minta uang terus."Pak ini bagaimana, semua ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Terpesona Papa Mertua   pengantin Pria Tidak Datang

    "Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?" tanya Zahra yang di penuhi rasa rindu terhadap kekasihnya. Kekasih yang tidak pernah di lihatnya secara langsung, tapi ia meyakini kalau Abie memang jodohnya. Seorang wanita cantik memakai pakaian minim bahan tengah tersenyum membaca pesan pendek yang di terimanya. Tentu saja itu bukan hapenya melainkan hape Abie. Dahi Zahra mengernyit heran. Ia melihat pesannya centang biru pertanda sudah di baca pemilik hape. Tapi kenapa belum juga di balas. Zahra berusaha untuk positif thingking. Ia mengira Abie masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena semenjak Abie mengurus bisnis papanya, dia memang jarang menghubungi Zahra. Zahra seorang gadis sederhana lewat perjodohan hanya bisa menunggu kedatangan calon suaminya. Calon suami Zahra bernama Abie. Abie beruntung karena almarhum Mamanya menikah dengan Hisyam seorang pengusaha kaya raya. Hisyam yang kabarnya sudah lama mencintai Winda, merasa cintanya bersambut manakal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Terpesona Papa Mertua   Karma

    Abie duduk di kursi kerjanya sembari menatap papan nama yang bertuliskan nama dan kedudukannya. Dulu dia mungkin bangga, namun hati kecilnya merasa malu karena bukan anak kandung Hisyam. Dia seperti numpang kekayaan. Hatinya berseteru antara kenyataan dan kekecewaan yang bertempur satu sama lain.Kenyataan yang menunjukkan dia anak Reno. Seorang pria yang amat di bencinya. Benci karena Ayah yang seharusnya mengayominya justru memanfaatkan demi mendapatkan keuntungan pribadi.Abie selama ini membayar orang kepercayaannnya dengan bayaran fantastis untuk menjalankan perusahaannya. Kini terancam gigit jari karena orang kepercayaannya itu justru diam-diam mendirikan perusahaan sendiri sebagai pesaingnya. Kini Abie sendirian, karena mencari orang kepercayaan tak semudah membalikkan telapak tangan.Laporan perusahaannya yang mengalami defisit membuat kepalanya makin pusing. Di tambah lagi Citra yang selalu cerewet ketika di rumah. Ujung-ujungnya minta uang terus."Pak ini bagaimana, semua ka

  • Terpesona Papa Mertua   Biar Makin Harmonis

    Abie sudah pergi setelah memberi ancaman pada Reno. Namun meninggalkan amarah di hati istri Reno. "Meta, kau jangan pikirkan omongan Abie tadi. Kita akan selamanya bersama. Kamu tahu kan, aku sangat menyayangi Aysel ," Reno menyentuh jemari Meta berusaha meyakinkan istrinya.Meta diam saja. Sibuk menata perasaannya. Sebenarnya dia sudah tidak peduli pernikahannya. Meta tahu jelas bagaimana karakter suaminya yang tidak bisa setia. Rahasia keburukan suaminya itu ibarat seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tentu tidak baik buat perkembangan psikologis putrinya.Mengingat pertemuannya dengan Abie adalah bukti nyata kelakuan suaminya yang tidak bisa setia dengan satu wanita. Abie adalah fotokopi Reno. Wajahnya benar-benar sangat mirip. Meski tidak usah tes DNA orang pasti akan percaya hanya dengan melihat sekilas wajahnya."Aku memang suka berganti-ganti wanita. Tapi istriku yang aku akui hanya kamu. Kamu harus tahu itu. Jadi jangan berpikir macam-macam untuk bercerai."Reno men

  • Terpesona Papa Mertua   Ancaman

    "Terima kasih Sayang kamu sudah memberikan kado yang terbaik buat Om," ucap Hisyam sembari mengusap hijab di kepala Zahra penuh kelembutan."Kalau begitu aku boleh dong minta apa saja sama Om," sahut Zahra."Minta apapun boleh, asal Om bisa lakukan untukmu. Pokoknya Om akan usahakan sebisa mungkin," jawab Hisyam tegas.Zahra tersenyum. "Aku cuma pingin Om selalu sayang aku dan anak kita. Udah itu aja kok."Hisyam mengira Zahra meminta perhiasan atau harta nyatanya bukan. Ia semakin menyayangi Zahra kalau begini. Lagi-lagi Hisyam memeluk Zahra ala teletubies. Dikit-dikit peluk, makin jatuh cintrong aja dua umat manusia ini."Tapi Om jangan lupa besok temenin aku wisuda," rajuk Zahra manja."Awas ya, kalau Om bergaya sok sibuk. Nanti aku cari orang lain jadi pendamping wisudaku.""Sst, jangan bicara seperti itu," Hisyam langsung melumat bibir Zahra. Menghentikan perkataan Zahra yang ngasal."Beres Sayang, Om pasti temani kamu."Keesokan harinya keduanya sudah berdandan rapi. Zahra menge

  • Terpesona Papa Mertua   Berita Membahagiakan

    Suara benda jatuh kembali terdengar, Citra berdiri terpaku di depan pintu kamar. Melihat Abie kembali melempar barang-barangnya tanpa ampun. Citra berhasil mendapatkan kunci serep kamarnya sehingga bisa membuka pintu."Apa-apaan ini Abie? Kamu merusak semua barang yang ada di kamar ini!" ucap Citra keras. Citra mendekati Abie. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Abie menatap malas ke arah Citra, meliriknya sebentar lalu tatapannya kembali kosong. "Abie! Jawab Aku, jangan hanya diam saja!" "Pergilah, ini tidak ada sangkut pautnya denganmu. Biarkan aku sendiri," balas Abie.Citra sedikit lega karena Abie mau bicara. Terlebih masalah yang di alami Abie sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Tapi ia juga penasaran kenapa Abie ngamuk."Pokoknya aku nggak mau tahu ya. Kamu harus beresin kamarmu. Ingat di rumah ini tidak ada ART. Makanya kalau ngamuk kamu harus pikir-pikir!" Sahut Citra.Bukannya meredam amarah suaminya justru makin membuat jengkel Abie. "Arrgh!" Abie

  • Terpesona Papa Mertua   Kekecewaan

    Abie terus saja mendengar perkataan Reno yang menyakitkan mengenai dirinya."Apa kamu tidak malu mengatakan hal ini. Seharusnya kamu merawat Abie. Bukan malahan memanfaatkannya," ucap Hisyam.Reno tersenyum. Dia tidak peduli perkataan Hisyam. Perkataan itu tidak berpengaruh padanya. Yang di butuhkan hanya harta. Reno sadar harta yang di milikinya sekarang adalah milik istrinya. Dia ingin memiliki harta sendiri sehingga tidak tunduk pada istrinya. Untuk mendapatkannya secara instan, yaitu memaksa Hisyam memberikannya. Menggelikan bukan?"Malu? Kamu jangan membuatku tertawa Syam.""Justru harusnya kamu malu karena terlalu lemah pada wanita. Dulu Winda sekarang Zahra. Kamu memang di takdirkan miskin karena wanita, hahaha!" ejek Reno.Hisyam terdiam. Tangannya mengepal erat. Dia tidak bodoh karena keselamatan Zahra jauh lebih penting. Soal harta bisa di cari nanti. Begitulah pikirnya."Ah, sudahlah. Aku tidak ingin terlalu banyak berdebat denganmu. Kita selesaikan hari ini dengan damai. A

  • Terpesona Papa Mertua   Di Selamatkan Hisyam

    "Maaf Pak, sepertinya jalannya bukan ini. Sudah setengah jam berlalu, kita putar balik saja," pinta Zahra cemas. Sayangnya sopir itu hanya diam tidak menjawab perkataan Zahra. Justru jalan yang di lewati semakin masuk ke arah hutan jauh dari keramaian kota. Hati Zahra semakin cemas. Sepertinya ada yang tidak beres. Mobil itu tiba-tiba berhenti di tepi hutan."Sekarang kita sudah sampai, Nyonya boleh keluar dari mobil," ucapnya."Pak, ini hutan. Aku tidak mau keluar dari mobil ini. Aku yakin kamu pasti penipu!" seru Zahra. Kecurigaannya makin bulat, ia sudah tidak tahan lagi mengutarakannya."Tidak mau keluar ya." "Oke kalau begitu terpaksa aku menyeretmu keluar!" ucapnya bernada kasar. Zahra terhenyak kaget, seperti dugaannya ada yang mencurigakan. Sikap kasar sopir itu menegaskan dugaannya.Sialnya, Zahra keluar dari mobil seseorang menangkapnya dan membungkam mulutnya dengan sesuatu sehingga pandangan Zahra kabur. Tubuhnya roboh seketika.Kini saat membuka mata dia sudah dalam kea

  • Terpesona Papa Mertua   Sopir Mencurigakan

    Usai pertempuran semalam, Zahra sudah memakai mukena bersiap untuk sholat subuh. Tubuhnya kelihatan letih, pasalnya Hisyam menggempurnya entah berapa ronde. Meski letih, wajah keduanya kelihatan bersinar karena kerinduan keduanya tersalurkan.Zahra mencium tangan Hisyam setelah bacaan salam. Hisyam membalasnya dengan mengecup kening Zahra."Om, bentar lagi Zahra wisuda. Om datang kan ke acara wisudaku nanti?" tanya Zahra."Pasti dong Sayang," balas Hisyam. Matanya terpesona menatap wajah ayu istrinya yang tengah memakai mukena serba putih seperti bidadari syurga.Begitu juga Hisyam yang tampak begitu tampan memakai koko putih bersih. Membuatnya makin gagah saja.Zahra pun melepas mukenanya dan mengembalikan di tempatnya. Keduanya hendak bersiap-siap pergi. Satunya ke kampus terus satunya ke kantor. Dan tentunya sebelum berangkat mereka sarapan bareng."Aku anter ya ke kampus," ucap Hisyam lembut. Zahra menjawabnya dengan anggukan. Keduanya berangkat bersama. Sekarang Zahra tidak lagi

  • Terpesona Papa Mertua   Untung Ada Si Om

    Langkah kaki Zahra terhenti manakala keluar dari kampusnya. Senyumnya yang nengembang ketika habis bercanda tawa dengan teman-temanya menjadi hambar. Seorang pria yang begitu familiar sudah berdiri menunggunya di parkiran. Ia tidak mengharapkan kedatangan pria itu. Sungguh, lebih baik tidak melihatnya sama sekali."Tuh, siapa lihat kesini?" tanya Allea salah seorang teman Zahra."Dia anak angkat Om Hisyam," sahutnya."Anak angkat, keren banget. Ih kapan ya hidupku di kelilingi cowok-cowok ganteng dalam hidupku. Pasti seru," ucap Alleia berbinar menatap Abie sekilas.Zahra geleng-geleng kepala, lucu temannya mengira hidupnya seru. Padahal sangat menyebalkan berhadapan dengan manusia satu itu. "Ya sudah kita duluan ya. Sampaikan salamku padanya. Kalau perlu bilang aku mau jadi pacarnya," kekeh Allea. Suaranya samar namun sepertinya Abie mendengarnya. Membuat Abie merasa bangga pada dirinya sendiri.Setelah pada bubar dan sepi Abie mulai berani mendekati Zahra."Aku antar pulang, Ma," t

  • Terpesona Papa Mertua   Merindukanmu

    Zahra merasa kesepian, hari-harinya dia habiskan ke kampus dan rumah. Ia enggan kemana-kemana. Tanpa Hisyam di sisinya membuat hidupnya hampa. Tak ada yang menggodanya di pagi hari. Kamar tidurnya sepi hanya ada dirinya. Lalu lalang para ART tetap saja membuatnya kesepian.Hisyam sudah menentukan jam tertentu pada Zahra untuk telepon. Karena di jam lainnya, Hisyam rapat dan menemui kliennya. Perusahaan di luar negeri yang dulunya di pimpin Abie memerlukan banyak pembenahan. Sementara Abie di beri perusahaan kecil yang ada di Indonesia. Hisyam sudah memiliki Zahra, yang satu saat melahirkan keturunan kandungnya. Sehingga Abie sekarang bukan prioritas utama. Di tambah kelakuan Abie di belakangnya selama ini membuat Hisyam berkurang simpatinya."Satu hari lagi, Om Hisyam pulang. Ih, tapi kenapa terasa lamaa banget," keluh Zahra. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur menatap ke langit-langit. Perasaan semua yang ada di sekitarnya berubah jadi wajah Hisyam.Sambil memeluk guling, tangannya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status