Share

5. Gosip

Kejadian beberapa hari yang lalu membuat Audy lebih berhati-hati. Ia tak pernah lupa meminum vitamin pemberian Bian. Sambil memandangi botol kecil itu, tanpa sadar ia pun kembali tersenyum.

Heh, aku ngapain senyum-senyum begini. Jangan sampe aku justru suka duluan sama bapak bapak itu

Audy memukul mukul dahinya, berusaha mengingatkannya pada janjinya sendiri. 

Tak berapa lama, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dengan kasar. Ia memilih mengabaikannya dan pura-pura tak mendengar.

Tapi bukannya berhenti, suara ketukan itu malah semakin keras. Kini ia mendengar Bian berteriak memanggil namanya.  Audy masih tak mempedulikan Bian, perasaannya masih campur aduk mengingat perhatian Bian padanya.

“Audy! Bukaa! Kamu udah bangun apa belum, sih?!” teriak Bian dari luar.

Tak berapa lama, Audy justru mendengar suara kunci pintu dibuka. Astaga, Bian memaksa masuk ke kamarnya. Ia lalu buru-buru beranjak dari ranjang dan menuju ke arah pintu.

Belum sempat Audy memegang gagang pintu, Bian jauh lebih dulu membuka pintu. Tatapan mereka bertemu, hingga sekian detik kemudian Bian akhirnya bersuara.

“Sarapan, aku kira kamu pingsan lagi,” ucap Bian lalu beringsut meninggalkannya.

Bian kentara sekali sedang khawatir, tapi lagi-lagi Audy tak ingin berharap lebih. Ia tak boleh melanggar janjinya sendiri.

Begitu Bian pergi, Audy langsung menutup pintu kamarnya kembali. Ia pun segera mandi dan langsung menuju ke meja makan.

Bian terlihat sudah memakan setengah makanannya. Audy langsung duduk di kursi menghadap ke arah Bian, mengambil nasi dan juga sayur.

“Lain kali pintunya jangan dikunci. Kalo ada apa-apa susah bukanya,” tegur Bian pelan.

Mendengar hal itu, Audy langsung menghentikan kegiatannya. Ia menatap Bian lekat, “Jadi mas mau seenaknya keluar masuk ke kamar aku?”

“Oh, jadi kalau kamu pingsan bisa jalan sendiri ke klinik?” ujar Bian tak mau kalah.

Audy bersungut-sungut mendengar jawaban Bian. Ia tak bisa mengelak lagi, bagaimanapun Bian telah membantunya.

Selesai sarapan, Audy bergegas mencuci piring di dapur. Begitu ia menoleh ke arah meja makan, ia tak melihat keberadaan Bian disana. Ia menggaruk tengkuknya dan berjalan mencari ke setiap sudut rumah.

Audy mengecek garasi, dan benar mobil Bian tak ada disana. Mungkin Bian sedang ke rumah temannya, pikir Audy.

Bian baru kembali saat waktu menunjukkan pukul 8 malam. Audy yang sedang membaca buku di ruang tamu berdehem pelan ketika melihat Bian masuk ke rumah.

“Jam segini baru pulang, pasti malem mingguan sama cewe,” sindir Audy dengan suara yang keras.

Bian sama sekali tak menjawab dan berlalu menuju kamar. Melihat Bian mengabaikannya membuat Audy sedikit kesal, padahal dia hanya ingin sedikit akrab.

Audy lalu melempar bukunya ke meja dan bergegas ke kamar. Lebih baik ia tidur daripada memikirkan bapak bapak itu.

Keesokan harinya, mereka kembali melakukan rutinitas seperti biasa. Sarapan dan berangkat ke kampus bersama. Hanya saja, mereka berdua kembali canggung dan tak mengobrol sedikitpun.

Begitu juga ketika berpapasan di kampus, Bian seolah menjaga jaraknya dari Audy. 

Bian yang berjalan dari arah berlawanan tampak menunduk, sibuk dengan handphonenya. Melihat hal itu,  Audy berinisiatif untuk menyapa, sambil tersenyum ia berkata, “Siang, Pak.”

Bian hanya melihat Audy sekilas lalu berjalan melewatinya begitu saja.

Audy hanya mencebik, ia sudah terbiasa dengan sifat mood swing Bian seperti ini. Ia lalu dikejutkan dengan banyaknya notif dari grup kelasnya. 

Ahh, pasti ada gosip baru lagi.

Audy sama sekali tak tertarik dengan obrolan mereka, ia mengabaikan pesan itu dan kembali berjalan menuju kelas.

Di sepanjang lorong, ia melihat beberapa orang berkerumun sambil sesekali tertawa cekikikan.

Samar-samar Audy mendengar apa yang mereka bicarakan.

“Pak Bian dosen baru itu?”

Mendengar nama Bian disebut membuat Audy sedikit penasaran. Ia memelankan langkahnya dan menguping pembicaraan mereka.

“Hah, masa sih?”

“Nih, buktinya. Masa digandeng begini gak pacaran, sih?”

“Iya! Waktu itu sempet ada gosip kalo Pak Bian sama Bu Erika tuh pernah pacaran!”

Audy mematung, dalam hati ia menepis ucapan itu. Handphonenya kembali bergetar, ia buru-buru mengeceknya. Setelah membuka pesan di grup kelasnya, Audy kembali tercekat, hawa panas menjalar di sekujur tubuhnya. 

Ia melihat foto Bian sedang bergandengan tangan mesra dengan seorang perempuan. Wajahnya tidak kelihatan, tapi melihat posturnya, ia seperti pernah melihat wanita ini. Setelah ia melihat foto-foto yang lain, betapa terkejutnya Audy ketika ia melihat wanita itu adalah Bu Erika, dosennya. 

Ia berusaha menutupi pernikahannya agar tak ada gosip, tapi apa? Bian justru membuat gosip yang jauh lebih buruk. Bagaimana jika hal ini diketahui oleh keluarganya?

Ia lalu teringat kembali saat malam setelah pernikahannya. 

Malam itu, Bu Erika emang dateng kerumah dan…

Tunggu, waktu itu Bian juga bilang di telepon kalau dia biasa dateng kerumah tanpa izin. Jadi, selama ini Bian masih berhubungan dengannya mantannya?

Audy hendak menuju ke ruangan Bian, berniat memprotes sikapnya. Tapi ia langsung mengurungkan niatnya. 

Ia menepis pikiran buruknya, lagi-lagi ia tak bisa berbuat banyak. Meski dalam hati ia sangat ingin memaki perbuatan Bian. Terlintas sedikit perasaan kecewa pada Bian, terlebih ketika ia mengingat sikap baik Bian beberapa hari ini.

Audy berusaha meredam emosinya, walau bagaimanapun ia telah setuju untuk tak mencampuri urusan masing-masing. Ia pun memilih mengirim pesan singkat pada Bian.

Foto kamu viral.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status