"apa?""Kau tidak akan melakukan hal-hal yang membuatnya menderita tapi kau melakukannya saat itu. Sekarang jika kau menyalahkan Dyana maka kau salah. Seseorang yang harus disalahkan sejak awal adalah dirimu."Jason menatap Leonard tidak percaya."Kau membelanya?""Tidak Jason, aku tidak membelanya. Tapi aku disini mengatakan kebenaran untuk menyadarkan mu.""Seseorang akan sadar bahwa mereka mencintai orang lain saat orang itu pergi darinya dan itulah yang saat ini kau alami.""Tidakkah kau memahaminya Jason? Dyana sudah memberikanmu pilihan, untuk memberinya cinta dan apa yang dia mimpikan. Tapi kau memilih untuk menyakitinya dan itu bukanlah kesalahannya. Itu murni pilihanmu."Jason mematung mendengarkan semua nasihat Leonard. Dia tidak pernah dekat dengan Leonard.Sejak awal dia masuk ke La Feera, dia selalu bersama dengan Anthony. Bahkan dengan Bruno saja dia kurang merasa cocok.Baginya Anthony adalah seseorang yang memahami dan bahkan hampir memiliki watak yang sama dengannya.
"Orlan!"Ada seorang yang berteriak padanya dan dia mencarinya dalam kegelapan itu.Orlan melihat siluet Rene yang datang padanya. Dia tampak pucat dan sedih."Rene?""Orlan?""Apa yang terjadi? Kau dimana? Aku sudah mencari mu kemana-mana!" Orlan mendekati Rene ketika Rene terlihat sangat jauh.Semakin Orlan mendekatinya, semakin tubuh Rene sulit dijangkau olehnya."Apa yang kau katakan Orlan? Aku disini, kau tidak mencari ku! Kau tidak melakukannya dan aku masih tetap disini! Apa yang kau lakukan Orlan, bangunlah dan cari aku! Mengapa kau hanya tertidur disana dan berpura-pura bahwa aku baik-baik saja?!""Tidak Rene! Tidak! Aku mencarimu. Aku bersumpah pada Tuhan bahwa aku mencari mu tapi aku tidak bisa menemukanmu dimanapun!""Tidak Orlan! Aku disini dan kau tidak berusaha melihatku. Apa yang salah padamu! Aku menunggumu untuk menjemput ku dan kau tidak pernah melakukannya!"Orlan menggelengkan kepalanya dan Rene yang berada di depannya mulai menangis."Aku merindukanmu, pulanglah.
"Kenapa melihat gedung-gedung itu sendirian?" Suara suaminya terdengar penuh kehangatan. Dia tahu bahwa banyak diantara orang-orang di sekitarnya yang tidak menyukai suaminya.Bahkan putrinya sendiri tidak menyukai suaminya. Tapi dia adalah pria yang baik.Sebelum putrinya diculik, dia selalu bertanya bagaimana keadaan putrinya dan apakah dia membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan dana atau perlengkapan sekolahnya.Dan ketika putrinya di culik, dia mengusahakan semua yang dia bisa untuk mengembalikan putrinya kembali ke sisi Carla. Tapi usahanya tetap tidak membuahkan hasil.Dia dan suaminya tidak memiliki seorang anak. Mereka sama-sama memiliki putri dan sayangnya putri suaminya meninggal dunia karena sakit.Dan kini, satu-satunya anak yang tersisa juga tidak ada. Dia diculik dan Carla tidak bisa melakukan apapun untuk membuatnya kembali."Aku hanya melihat apakah ada tanda-tanda putriku di gedung-gedung atau jalan-jalan di depanku ini."Suaminya berjalan ke arahnya."Jika dia ad
Rene tertidur dengan tidak tenang beberapa hari terakhir, dia selalu di mimpikan bertemu dengan bibinya, Shelly.Dirinya tidak tahu apakah itu hanyalah kerinduan seorang anak pada wanita yang sudah membesarkannya atau itu adalah suatu pertanda bahwa dia akan bertemu dengan bibinya.Tapi dalam mimpi itu, Shelly terlihat pucat dan mengatakan hal-hal yang tidak bisa di dengar oleh Rene.Pada hari ketiga setelah kelahiran bayinya, Rene terbangun dari tidur di tengah malam. Itu adalah salah satu dari sekian banyaknya malam dimana dia merasakan kekosongan yang teramat dalam.Anthony berkali-kali bertanya kepadanya mengenai apa yang sedang Rene rasakan dan mengapa dia terus menerus gelisah seperti merasakan sesuatu.Saat siang hari, ketika dia sedang makan dan mulai melihat anak-anaknya di jemur oleh Jill dan Nathasya, Rene menangis dalam diam.Nathasya berulang kali mengatakan pada Anthony dan Rene bahwa Rene mengalami keadaan Baby Blues. Dimana terkadang ibu bayi yang baru lahir akan menga
Alice memeluk Dyana untuk yang terakhir kalinya, dia akan pergi dari tempat tinggal Dyana. Meninggalkan Dyana untuk memulai kehidupan baru yang sesungguhnya."Aku tahu ini akan sangat berat bagimu tapi berusahalah untuk tetap bertahan. Jangan pernah kembali lagi ke tempat itu dan aku mohon hiduplah sesuai dengan keinginanmu.""Alice terimakasih! Aku akan sangat mengenang jasa-jasa mu, kita akan bertemu lagi kan? Setelah ini?"Alice tidak mengatakan apapun, dia juga tidak mengangguk."Aku akan memastikan untuk tetap mencari tahu keadaan mu. Tapi aku tidak bisa berjanji mengenai apakah kita bisa bertemu lagi atau tidak."Alice menggenggam kedua tangannya dan dengan wajah yang penuh kehangatan tersenyum."Bersabarlah, aku berjanji semua akan baik-baik saja."Dyana mengangguk dan dengan itu mereka mengucapkan perpisahan, mereka saling memeluk lagi dan pada akhirnya Alice pergi dari tempat itu.Dyana memandangi punggung Alice dengan kesedihan yang luar biasa. Alice benar-benar orang yang b
"Jadi apakah aku boleh menjadi wali dari anakmu?" Pertanyaan dari Jill membuat Anthony mengernyitkan dahinya."Apa maksudmu?""Oh! Aku sudah sangat jelas menyampaikan maksud dan tujuanku. Rene masih sangat muda dan dia tidak bisa merawat anak-anak mu seorang diri! Dia harus memiliki tangan kedua untuk membantunya kan?""Aku dan istriku sudah cukup bisa merawat kedua anakku.""Bagaimana jika kau sedang keluar kota? Apakah menurutmu Rene bisa melakukannya sendirian? Itu tidak bisa! Lagipula aku tidak memiliki pekerjaan apapun selain bersenang-senang jadi dengan merawat anak ini membuatku memiliki pekerjaan yang berarti."Jill menatap Anthony dengan kedua mata lebarnya, Anthony menghela napasnya dengan berat sambil mengusap keningnya."Kau sudah menanyakan hal itu pada Rene? Dia adalah ibu dari bayi-bayi itu. Kau tidak bisa hanya menanyai hal sepenting itu padaku kau tahu kan?""Sudah! Aku sudah bertanya padanya dan dia mengiyakannya tapi dia tidak bisa langsung mengiyakannya tanpa perse
Anthony melihat senyum Rene mulai memudar dari pandangannya setiap kali dia melihat anak-anaknya bersama orang lain. Anthony tidak tahu apakah itu karena dia menyadari bahwa Nathasya dan Jill memonopoli semua kegiatan anak-anaknya.Anthony dan Rene memang tidak bisa dua puluh empat jam bersama bayi-bayi mereka, Jill dan Nathasya akan meminta mereka untuk memberikan Alan dan Rosseanne ketika mereka baru bangun dari tidurnya dan akan mengembalikan mereka ketika mereka sudah tertidur lagi.Anthony sebenarnya sangat marah tapi Rene hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Anthony tahu bahwa Rene belum terbiasa dengan konsep memiliki seorang anak dan karena itulah dia sempat bersyukur bahwa setidaknya ada seseorang yang merawat anak-anaknya ketika Rene sedang tidak baik-baik saja dalam hal itu.Sebenarnya Rene sangat pintar menyembunyikan segalanya, dia tidak mengatakan apapun pada Anthony, bersikap seolah-olah dia baik-baik saja dan tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat Anthony
Carla sedang membolak-balikkan majalah ketika suaminya memasuki ruangan bersantai mereka.Suaminya menampilkan wajah yang sangat sumringah sehingga Carla merasa ikut senang dengan hal itu.Ada secercah harapan yang mulai tumbuh di hatinya, dia berpikir bahwa mungkin ada informasi dari seseorang mengenai anaknya sehingga dia langsung menutup majalah miliknya.Ketika pandangan mereka saling bertemu, Carla tahu bahwa itu bukanlah informasi mengenai anaknya yang hilang. Melainkan hal lain yang mungkin berkaitan dengan bisnis milik pria itu."Kau terlihat bahagia sayangku, apa yang terjadi?" Kata Carla mencoba untuk memulai percakapan kepadanya.Suaminya tersenyum dengan hangat."Kau tahu partner kerjaku sudah memiliki anak, lebih tepatnya dua orang anak. Kembar. Laki-laki dan perempuan."Carla terbelalak ketika mendengar hal itu."Partner yang mana?""Kau mungkin tidak mengenalinya, dia sedikit tertutup dan tidak begitu menyukai pandangan orang luar. Aku sangat beruntung bisa bekerjasama
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me
Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang
Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme
Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang