Alice memeluk Dyana untuk yang terakhir kalinya, dia akan pergi dari tempat tinggal Dyana. Meninggalkan Dyana untuk memulai kehidupan baru yang sesungguhnya."Aku tahu ini akan sangat berat bagimu tapi berusahalah untuk tetap bertahan. Jangan pernah kembali lagi ke tempat itu dan aku mohon hiduplah sesuai dengan keinginanmu.""Alice terimakasih! Aku akan sangat mengenang jasa-jasa mu, kita akan bertemu lagi kan? Setelah ini?"Alice tidak mengatakan apapun, dia juga tidak mengangguk."Aku akan memastikan untuk tetap mencari tahu keadaan mu. Tapi aku tidak bisa berjanji mengenai apakah kita bisa bertemu lagi atau tidak."Alice menggenggam kedua tangannya dan dengan wajah yang penuh kehangatan tersenyum."Bersabarlah, aku berjanji semua akan baik-baik saja."Dyana mengangguk dan dengan itu mereka mengucapkan perpisahan, mereka saling memeluk lagi dan pada akhirnya Alice pergi dari tempat itu.Dyana memandangi punggung Alice dengan kesedihan yang luar biasa. Alice benar-benar orang yang b
"Jadi apakah aku boleh menjadi wali dari anakmu?" Pertanyaan dari Jill membuat Anthony mengernyitkan dahinya."Apa maksudmu?""Oh! Aku sudah sangat jelas menyampaikan maksud dan tujuanku. Rene masih sangat muda dan dia tidak bisa merawat anak-anak mu seorang diri! Dia harus memiliki tangan kedua untuk membantunya kan?""Aku dan istriku sudah cukup bisa merawat kedua anakku.""Bagaimana jika kau sedang keluar kota? Apakah menurutmu Rene bisa melakukannya sendirian? Itu tidak bisa! Lagipula aku tidak memiliki pekerjaan apapun selain bersenang-senang jadi dengan merawat anak ini membuatku memiliki pekerjaan yang berarti."Jill menatap Anthony dengan kedua mata lebarnya, Anthony menghela napasnya dengan berat sambil mengusap keningnya."Kau sudah menanyakan hal itu pada Rene? Dia adalah ibu dari bayi-bayi itu. Kau tidak bisa hanya menanyai hal sepenting itu padaku kau tahu kan?""Sudah! Aku sudah bertanya padanya dan dia mengiyakannya tapi dia tidak bisa langsung mengiyakannya tanpa perse
Anthony melihat senyum Rene mulai memudar dari pandangannya setiap kali dia melihat anak-anaknya bersama orang lain. Anthony tidak tahu apakah itu karena dia menyadari bahwa Nathasya dan Jill memonopoli semua kegiatan anak-anaknya.Anthony dan Rene memang tidak bisa dua puluh empat jam bersama bayi-bayi mereka, Jill dan Nathasya akan meminta mereka untuk memberikan Alan dan Rosseanne ketika mereka baru bangun dari tidurnya dan akan mengembalikan mereka ketika mereka sudah tertidur lagi.Anthony sebenarnya sangat marah tapi Rene hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Anthony tahu bahwa Rene belum terbiasa dengan konsep memiliki seorang anak dan karena itulah dia sempat bersyukur bahwa setidaknya ada seseorang yang merawat anak-anaknya ketika Rene sedang tidak baik-baik saja dalam hal itu.Sebenarnya Rene sangat pintar menyembunyikan segalanya, dia tidak mengatakan apapun pada Anthony, bersikap seolah-olah dia baik-baik saja dan tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat Anthony
Carla sedang membolak-balikkan majalah ketika suaminya memasuki ruangan bersantai mereka.Suaminya menampilkan wajah yang sangat sumringah sehingga Carla merasa ikut senang dengan hal itu.Ada secercah harapan yang mulai tumbuh di hatinya, dia berpikir bahwa mungkin ada informasi dari seseorang mengenai anaknya sehingga dia langsung menutup majalah miliknya.Ketika pandangan mereka saling bertemu, Carla tahu bahwa itu bukanlah informasi mengenai anaknya yang hilang. Melainkan hal lain yang mungkin berkaitan dengan bisnis milik pria itu."Kau terlihat bahagia sayangku, apa yang terjadi?" Kata Carla mencoba untuk memulai percakapan kepadanya.Suaminya tersenyum dengan hangat."Kau tahu partner kerjaku sudah memiliki anak, lebih tepatnya dua orang anak. Kembar. Laki-laki dan perempuan."Carla terbelalak ketika mendengar hal itu."Partner yang mana?""Kau mungkin tidak mengenalinya, dia sedikit tertutup dan tidak begitu menyukai pandangan orang luar. Aku sangat beruntung bisa bekerjasama
Anthony menemui Rene ketika siang hari, Rene sedang duduk bersama kedua anaknya di pangkuannya. Melihat hal itu Anthony tersenyum dan menanyakan sesuatu yang mungkin sedang dirasakan oleh istrinya."Kau ingin pergi mencari udara segar sayang?" Tanya Anthony mencoba untuk menjaga suasana hati Rene."Kau memperbolehkan ku untuk pergi ke luar?"Anthony mengangguk tapi menambahkan, "kau boleh keluar, asalkan denganku.""Aku ingin pergi ke pantai. Bisakah kita melakukannya?""Tentu saja, aku akan mencari Nathasya dan Jill untuk mengurus anak-anak kita sementara aku dan kau akan pergi dari sini."Rene mengangguk dan merapikan sedikit baju milik Alan dan Rosseanne.Bayi-bayinya sangat cantik, mereka hampir identik dengan Anthony. Tapi banyak yang bilang bahwa Rosseanne mirip dengan Renesmee. Mata mereka berbeda, Alan lebih condong ke arah fitur ayahnya dan Rosseanne menjadi duplikat mata Renesmee. Tapi jika Rene melihatnya, dia hampir bisa seratus persen mengatakan bahwa kedua anaknya mirip
Dyana sedang memasak untuk sarapan paginya ketika ada dering telfon rumah yang mengganggunya. Dia awalnya sedikit takut untuk mengangkatnya, dia takut bahwa itu adalah Jason yang sudah menemukannya dan memintanya untuk kembali sebelum menghancurkan apa yang telah Dyana miliki saat ini.Tapi dia kembali berpikir bahwa mustahil bagi Jason untuk tahu keberadaannya ketika dia saja di bantu oleh Calvaro untuk pergi dari tempat itu. Calvaro pasti akan mengabarinya jika ada sesuatu yang salah.Atau jika bukan Calvaro yang mengabarinya, maka itu adalah Alice yang seharusnya menelponnya.Tidak ingin berlarut-larut dengan ketakutan yang tidak pasti itu, Rene mengangkat telfonnya dengan tangan gemetar.Dia tidak mengatakan apapun karena ingin mendengar dari pihak penelepon terlebih dahulu."Dy?" Suara Calvaro yang muncul dan terdengar begitu khawatir membuat jantung Dyana mencelos."Cal? Ini Calvaro?""Ya! Ya ini aku.""Aku pikir kau adalah Jason dan aku sudah mati ketakutan sedari tadi." Ungkap
Tidak ada suara yang terdengar lagi setelah Cal mengatakan bahwa Dyana telah ditetapkan sebagai buronan bagi kelompok Anthony."Kau masih disana kan?""Ya ya ya, aku masih disini.""Kau mengkhawatirkannya kan?"Dyana mengernyitkan dahinya, dia tahu siapa yang dimaksud oleh Calvaro tapi dia tidak tahu bahwa Calvaro akan membawa nama Jason sebagai orang yang dia khawatirkan."Aku tidak.""Tapi kau merasakannya. Aku tahu bahwa kau selalu mengkhawatirkan keadaannya sejak kau pergi kan?" Calvaro seakan-akan mengetesnya mengenai hatinya terhadap keputusannya."Aku tidak mengkhawatirkannya, aku tahu bahwa dia sudah dewasa saat ini dan tidak ada lagi yang perlu aku khawatir tentangnya.""Kau tahu kan bahwa saat ini sudah terlambat untuk kembali?""Cal....""Tidak ada lagi tempat bagimu di rumah ini walaupun kau menginginkannya. Kau tidak akan lagi diterima seperti saat pertama kali kau datang kesini."Dyana mendesah dengan lelah, dia tahu bahwa sejak dari awal pun dia tidak pernah diterima ol
Rene dan Anthony sampai di bibir pantai ketika matahari tengah menyengat tepat di kepala mereka. Rene dan Anthony duduk di gubuk kayu yang ada di bawah pepohonan kelapa dan saling terdiam, seolah-olah sedang menikmati suasana sekitar."Menurutmu mengapa Dyana ingin pergi dari tempat ini?" Pertanyaan Anthony membuat Rene mengalihkan perhatiannya dan kini menatapnya.Rene tidak tahu apakah Anthony hanya mengetes dirinya dengan menanyakan pertanyaan tentang ini atau tidak."Entahlah, aku tidak terlalu mengenalnya dengan baik....""Maksudku kau tahu... Aku hanya kenal beberapa bulan dengannya sedangkan kalian sudah hidup bersamanya bertahun-tahun lamanya."Anthony sepertinya mempercayainya dan tidak lagi menanggapi jawaban dari Rene."Apakah kau pikir, Dyana kabur dari tempat ini karena Jason tidak memberinya apa yang dia inginkan?""Memangnya apa yang dia inginkan? Aku tidak mengerti maksudmu.""Cinta dan rasa aman?""Bukankah Jason mencintainya? Maksudku itu sangat jelas bagiku untuk bi