"Dyana ingin memiliki cinta dan Jason tidak bisa memberikan itu padanya, jadi apakah semua itu salahnya?""Aku tidak bermaksud berpihak pada siapapun disini tapi sebagai wanita dan sebagai orang yang mendapatkan cinta dalam hidup kita masing-masing. Apakah menurutmu, itu semua bisa di terima.""Nathasya kau tahu dari awal bahwa Jason melakukan banyak hal yang tidak pantas. Jika kau memiliki argumen untuk membelanya maka aku tidak menyalahkan mu. Hanya saja gunakan hati nurani mu sebagai seorang perempuan."Nathasya mengangguk kecil tapi kemudian dirinya berkata, "sekarang aku tahu mengapa Anthony selalu mengatakan padaku untuk berhati-hati jika berbicara denganmu.""Apa?""Melihatmu dan mendengar mu mengatakan serentetan kalimat itu membuatku mengerti mengapa Anthony tertarik padamu dan mengapa dia selalu mengatakan pada kami untuk memilih kalimat yang tidak berbahaya padamu.""Kau tahu Rene, jika itu adalah aku dan kau memintaku melihatnya dari sudut pandang seorang perempuan. Maka a
"itu adalah dirimu kan?" Adalah suara Rene yang bertanya pada Calvaro.Calvaro yang sedang makan apel ditemani dengan buku-bukunya hanya bisa menaikkan alisnya."Mengapa itu aku?""Karena hanya kau yang selalu berusaha membuat ku dan Dyana menginginkan untuk pergi.""Tidak. Itu bukan aku.""Bohong!""Jika aku berbohong padamu dan jika aku memang yang menyuruh Dyana untuk kabur dari sini... Bukankah sangat bodoh bagiku untuk ikut mencarinya?""Tidak tapi kau tahu bagaimana caranya untuk menutupi semua ini.""Tidak Rene, aku tidak tahu dan karena itu... Bukan aku yang membantu Dyana pergi dari tempat ini.""Mengapa? Mengapa Cal? Nathasya bilang kau ada disini karena Anthony.""Kebanyakan orang hanya tahu sisi Anthony saja Rene. Percaya atau tidak, aku benar-benar tidak ingin kau mendengarnya dari sisiku karena itu terlalu menyakitkan.""Apa kau membenci Anthony?""Tidak pernah sekalipun dalam hidupku aku membencinya, bagiku dia adalah seseorang yang sangat berjasa bagiku. Tapi semuanya
"Apa sudah ada berita dari Anthony?" Rene bertanya pada Nathasya yang kini sedang terdiam dan memandang ke luar pulau dari balik balkon."Belum ada. Mengapa?""Aku merasakan ada sesuatu yang salah dari perutku."Nathasya langsung menoleh ke arah Rene, dia langsung bergegas menuju mendekati Rene dan menahan tubuhnya."Apa yang kau rasakan.""Aku tidak tahu tapi semakin lama semakin terasa turun. Aneh sekali memang.""Tidak semua itu tidak aneh, apa sudah mendekati waktunya?""Belum dan aku takut bahwa mereka akan hadir lebih awal."Nathasya melihat ke arah wajah Renesmee yang memucat."Apa perutmu sakit sekali?""Ya, dan Tuhan mereka seakan-akan ingin membelah tubuhku."Nathasya membantu Rene untuk duduk ke bangku yang tersedia disana, Nathasya mencoba menghirup napas dalam-dalam."Cobalah untuk tetap tenang dan aku akan segera membawakan seseorang untuk membantumu."Nathasya berjalan pergi menuju ke kamar Jill dan Valeyrie."Jill! Valeyrie!" Teriaknya memanggil kedua wanita itu."Ada
Anthony dengan tergesa-gesa mengendarai mobilnya, setelah mendapatkan kabar bahwa Rene sedang melahirkan dirinya langsung bergegas untuk pulang.Anthony meninggalkan Jason bersama dengan Bruno dan Leonard.Calvaro ada disampingnya sedari tadi dan sedikit menasehatinya untuk memperhatikan jalanan karena mereka bisa saja mati karena Anthony yang ugal-ugalan."Aku tahu kau ingin melihat keadaan istrimu tapi jika kau seperti ini maka yang ada istrimu akan mendapatkan kabar bahwa kau sudah mati!""Tutup mulutmu brengsek!"Anthony dengan gusar menerobos jalanan dan memutar ke arah tikungan yang tajam."Sialan Anthony! Aku tidak ingin mati muda!"Anthony tidak menghiraukannya, dia masih tetap kukuh atas pendiriannya.Yang saat ini dia ingin lakukan adalah pergi dan melihat Renesmee. Dia ingin melihat anak-anaknya.Anthony tidak percaya pada Tuhan, dia juga tidak percaya terhadap takdir hidup.Tapi untuk pertama kalinya, dia berdoa pada Tuhan. Pada Tuhan agar Rene dan anak-anaknya bisa selama
Anthony menunggu Rene bangun dengan terus mengendong anak mereka. Nathasya masih berada di sampingnya, menggendong bayi perempuan yang lainnya."Mengapa dia masih belum bangun?""Dia terlalu lelah dan telah mengeluarkan banyak tenaga. Tentu saja dia akan tertidur sampai keadaannya pulih."Anthony tidak mengajukan pertanyaan lagi tapi dia mengelus wajah Rene dengan hati-hati."Bagaimana dengan Jason, kau meninggalkannya apakah dia tidak marah?""Aku menyerahkan semuanya pada Bruno dan Leonard. Jason mungkin akan memahaminya.""Apa sudah ada tanda-tanda dimana Dyana berada?""Belum.... Sama sekali belum.""Tapi kami mendapatkan secercah informasi dari seseorang.""Oh ya?""Dia mengatakan bahwa mungkin saja Dyana dan keluarganya melarikan diri ke Mexico.""Dan bagaimana kau bisa meyakini itu adalah sebuah informasi?""Pria yang mengatakan itu sudah lama tinggal di kota yang sama seperti Dyana dan dulu mereka bertetangga jadi Jason menganggap bahwa bisa saja apa yang dikatakan oleh pria i
"apa?""Kau tidak akan melakukan hal-hal yang membuatnya menderita tapi kau melakukannya saat itu. Sekarang jika kau menyalahkan Dyana maka kau salah. Seseorang yang harus disalahkan sejak awal adalah dirimu."Jason menatap Leonard tidak percaya."Kau membelanya?""Tidak Jason, aku tidak membelanya. Tapi aku disini mengatakan kebenaran untuk menyadarkan mu.""Seseorang akan sadar bahwa mereka mencintai orang lain saat orang itu pergi darinya dan itulah yang saat ini kau alami.""Tidakkah kau memahaminya Jason? Dyana sudah memberikanmu pilihan, untuk memberinya cinta dan apa yang dia mimpikan. Tapi kau memilih untuk menyakitinya dan itu bukanlah kesalahannya. Itu murni pilihanmu."Jason mematung mendengarkan semua nasihat Leonard. Dia tidak pernah dekat dengan Leonard.Sejak awal dia masuk ke La Feera, dia selalu bersama dengan Anthony. Bahkan dengan Bruno saja dia kurang merasa cocok.Baginya Anthony adalah seseorang yang memahami dan bahkan hampir memiliki watak yang sama dengannya.
"Orlan!"Ada seorang yang berteriak padanya dan dia mencarinya dalam kegelapan itu.Orlan melihat siluet Rene yang datang padanya. Dia tampak pucat dan sedih."Rene?""Orlan?""Apa yang terjadi? Kau dimana? Aku sudah mencari mu kemana-mana!" Orlan mendekati Rene ketika Rene terlihat sangat jauh.Semakin Orlan mendekatinya, semakin tubuh Rene sulit dijangkau olehnya."Apa yang kau katakan Orlan? Aku disini, kau tidak mencari ku! Kau tidak melakukannya dan aku masih tetap disini! Apa yang kau lakukan Orlan, bangunlah dan cari aku! Mengapa kau hanya tertidur disana dan berpura-pura bahwa aku baik-baik saja?!""Tidak Rene! Tidak! Aku mencarimu. Aku bersumpah pada Tuhan bahwa aku mencari mu tapi aku tidak bisa menemukanmu dimanapun!""Tidak Orlan! Aku disini dan kau tidak berusaha melihatku. Apa yang salah padamu! Aku menunggumu untuk menjemput ku dan kau tidak pernah melakukannya!"Orlan menggelengkan kepalanya dan Rene yang berada di depannya mulai menangis."Aku merindukanmu, pulanglah.
"Kenapa melihat gedung-gedung itu sendirian?" Suara suaminya terdengar penuh kehangatan. Dia tahu bahwa banyak diantara orang-orang di sekitarnya yang tidak menyukai suaminya.Bahkan putrinya sendiri tidak menyukai suaminya. Tapi dia adalah pria yang baik.Sebelum putrinya diculik, dia selalu bertanya bagaimana keadaan putrinya dan apakah dia membutuhkan sesuatu yang berkaitan dengan dana atau perlengkapan sekolahnya.Dan ketika putrinya di culik, dia mengusahakan semua yang dia bisa untuk mengembalikan putrinya kembali ke sisi Carla. Tapi usahanya tetap tidak membuahkan hasil.Dia dan suaminya tidak memiliki seorang anak. Mereka sama-sama memiliki putri dan sayangnya putri suaminya meninggal dunia karena sakit.Dan kini, satu-satunya anak yang tersisa juga tidak ada. Dia diculik dan Carla tidak bisa melakukan apapun untuk membuatnya kembali."Aku hanya melihat apakah ada tanda-tanda putriku di gedung-gedung atau jalan-jalan di depanku ini."Suaminya berjalan ke arahnya."Jika dia ad
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me
Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang
Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme
Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang