"Aku ingin pergi.""Berapa kali aku mengatakan padamu Rene, kau tidak boleh pergi dari sini.""Bahkan untuk membeli perlengkapan anakku sendiri?""Rene tolong."Anthony mendesah dengan penuh kelelahan."Aku akan membelikan semua yang kau mau dan kau hanya harus disini tanpa melakukan apapun.""Apa kau tidak percaya padaku?""Bukan, bukan karena aku tidak percaya padamu... Bukan karena itu, aku hanya tidak ingin kau kelelahan oke.""Kau selalu mengatakan hal itu, apa begitu menyedihkan sekali aku bagimu?""Tidak, sungguh! Hanya saja aku ingin kau tetap berada di rumah. Di pulau ini dan aman dari semuanya.""Kau takut aku pergi dan kabur? Itukan alasannya?"Anthony mengernyit sebelum menatap mata Rene, "aku tidak pernah takut kau pergi.""Tapi aku takut kau terluka karena banyak orang yang tidak menyukai diriku. Dan jika mereka melihatmu maka orang-orang akan tahu siapa kelemahan ku dan aku tidak menginginkan itu semua."Ketika mendengar kalimat Anthony yang menyebutkan kata kelemahan,
Rene bingung harus bersikap seperti apa ketika pemeriksaan kandungan kembali datang menghampirinya, dia benar-benar benci diperiksa. Apalagi melihat dokter yang memeriksanya. Dia benar-benar sakit hati, dia seharusnya yang ada di posisi dokter itu lima tahun atau tujuh tahun dari sekarang.Tapi kenyataannya menampar Rene, dia harus puas dengan apa yang terjadi padanya. Melihat jas dokter yang dikenakan oleh wanita yang memeriksanya membuat dia kembali mengingat masa-masa bersama Orlan.Jika Rene boleh jujur dengan keadaannya saat ini, maka dia akan mengatakan bahwa dia masih berharap Orlan mencarinya. Rene tahu dia seperti orang yang tidak tahu diri karena mengharapkan seseorang seperti Orlan untuk tetap mengingatnya, mencarinya atau putus asa karena Rene menghilang.Tapi Rene masih memiliki perasaan itu, sengatannya masih ada. Beberapa kali ketika dia mencium Anthony, dia mengharapkan itu adalah Orlan.Orlan adalah cinta pertamanya dan itu tandanya dia benar-benar membekas dalam hati
"Aku mencintaimu." Kalimat itu diucapkan Anthony saat ini, ketika mereka berdua menaiki kapal kecil untuk melihat pemandangan indah pulau itu.Rene menatap mata Anthony, mata yang saat ini berbalut rasa takut, sedih dan penuh rasa yang tidak bisa Rene jelaskan."Mengapa kau mengatakan hal itu?"Anthony menggeleng, "aku hanya ingin kau tahu itu."Mata Anthony menatap genangan air yang terhampar di depannya."Aku bermimpi bahwa ini semua tidaklah lama, kau memilih untuk pergi dariku. Kau pergi tanpa membawa apapun, meninggalkanku dan anak-anak kita.""Kau tahu aku tidak akan melakukan itu.""Aku tahu, itulah mengapa aku ingin mengatakan padamu bahwa seberapa jahatnya diriku saat pertama kali kau datang ke pulau ini. Itu adalah karena aku jatuh cinta padamu, aku sangat mencintaimu sehingga aku tidak bisa melakukan apapun selain memaksamu untuk mencintaiku. Aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu karena aku tahu itu semua membuatku lemah."Mereka berdua saling menatap satu sama lain."Ta
"Siapa itu Calvaro dan mengapa dia ada disini?" Pertanyaan itu memang terkenal sederhana tapi Rene ingin tahu dengan siapa dirinya harus berkawan.Nathasya agak sedikit terkejut ketika Rene bertanya hal itu, dia tidak menyangka bahwa selama berjam-jam dia menemani Rene yang sedari tadi hanya diam pertanyaan mengenai Cal lah yang akan ditanyakan olehnya untuk yang pertama kali."Memangnya ada apa? Apakah kau merasa terganggu karenanya?""Tidak, aku tidak terganggu. Aku hanya ingin tahu mengapa dia ada disini sedangkan dia bukanlah adik atau saudara Anthony.""Anthony mengadopsinya.""Hah? Apa katamu? Anthony mengadopsinya?""Ya, dia mengadopsinya.""Maksudmu dia anak tiri Anthony?""Secara teknis bukan, tentu saja... Tapi dia mengadopsinya agar memakai nama terakhirnya. Jadi bisa dibilang dia mengadopsinya agar Cal bisa menjadi adik tirinya.""Mengapa?""Entahlah, kami tidak pernah menanyakan dengan jelas apa tujuan Anthony mengadopsinya. Tapi yang aku dan orang-orang disini ketahui ad
Jason melirik Dyana dengan seringai jahatnya, dia tahu beberapa hari ini Dyana sedang dilanda kerinduan dengan adiknya."Ingin bertemu dengan adikmu?""Tidak.""Ayolah, aku tahu kau merindukan gadis itu.""Apa yang kau inginkan dariku? Mengapa kau selalu bersikap seperti itu padaku?""Karena kau yang memintanya?""Jase.""Aku tidak akan seperti ini jika kau tidak melakukan apapun padaku. Bisakah kau mengerti mengapa aku melakukan semua ini?""Aku sudah meminta maaf, apakah itu belum cukup menebus dosaku?""Belum! Itu semua belum cukup karena yang kau lakukan selalu membuatku menderita!""Kau lah yang membuatku menderita Jason!" Jerit Dyana, saat ini dia tidak mampu menahan apa yang dia rasakan."Apakah kau sama sekali tidak memiliki satu titik belas kasihan pun padaku Jason?""Apalagi yang kau inginkan?! Aku sudah melakukan segalanya untukmu. Aku sudah melakukan segala yang kau inginkan. Aku merelakan semua kehidupanku kepadamu dan inilah yang ku dapatkan!"Jason terlihat mendidih men
"Sayang kau harus bangun sekarang!" Nathasya yang baru memejamkan matanya dibangunkan oleh Bruno yang mulai memakai pakaiannya."Apa yang terjadi?""Ceritanya panjang tapi aku berharap kau segera memakai pakaianmu dan lekaslah turun karena ini sangat penting.""Ini masih sangat malam Bru, apa yang terjadi? Aku tidak akan turun jika kau tidak mengatakan apapun!"" Dyana kabur!" Teriak Bruno.Nathasya yang mendengar itu agak sedikit mematung, tapi kemudian dia mengambil pakaian tebalnya karena saat ini pastinya suhu udara pulau itu sangat dingin.Dia memakai pakaiannya dengan tergesa-gesa sampai akhirnya bertanya pada suaminya."Bagaimana mungkin dia bisa kabur? Suhu disini bahkan tidak akan bisa membuatnya keluar dari rumah!""Oleh karena itu Anthony dan Jason sedang mencarinya!"Mereka berbincang sambil menuruni tangga, saat Nathasya turun dia melihat banyak sekali orang yang sudah berada di bawah.Anthony tidak ada disana, tapi Nathasya bisa melihat bahwa Rene dijaga oleh Jill dan sat
"Dyana ingin memiliki cinta dan Jason tidak bisa memberikan itu padanya, jadi apakah semua itu salahnya?""Aku tidak bermaksud berpihak pada siapapun disini tapi sebagai wanita dan sebagai orang yang mendapatkan cinta dalam hidup kita masing-masing. Apakah menurutmu, itu semua bisa di terima.""Nathasya kau tahu dari awal bahwa Jason melakukan banyak hal yang tidak pantas. Jika kau memiliki argumen untuk membelanya maka aku tidak menyalahkan mu. Hanya saja gunakan hati nurani mu sebagai seorang perempuan."Nathasya mengangguk kecil tapi kemudian dirinya berkata, "sekarang aku tahu mengapa Anthony selalu mengatakan padaku untuk berhati-hati jika berbicara denganmu.""Apa?""Melihatmu dan mendengar mu mengatakan serentetan kalimat itu membuatku mengerti mengapa Anthony tertarik padamu dan mengapa dia selalu mengatakan pada kami untuk memilih kalimat yang tidak berbahaya padamu.""Kau tahu Rene, jika itu adalah aku dan kau memintaku melihatnya dari sudut pandang seorang perempuan. Maka a
"itu adalah dirimu kan?" Adalah suara Rene yang bertanya pada Calvaro.Calvaro yang sedang makan apel ditemani dengan buku-bukunya hanya bisa menaikkan alisnya."Mengapa itu aku?""Karena hanya kau yang selalu berusaha membuat ku dan Dyana menginginkan untuk pergi.""Tidak. Itu bukan aku.""Bohong!""Jika aku berbohong padamu dan jika aku memang yang menyuruh Dyana untuk kabur dari sini... Bukankah sangat bodoh bagiku untuk ikut mencarinya?""Tidak tapi kau tahu bagaimana caranya untuk menutupi semua ini.""Tidak Rene, aku tidak tahu dan karena itu... Bukan aku yang membantu Dyana pergi dari tempat ini.""Mengapa? Mengapa Cal? Nathasya bilang kau ada disini karena Anthony.""Kebanyakan orang hanya tahu sisi Anthony saja Rene. Percaya atau tidak, aku benar-benar tidak ingin kau mendengarnya dari sisiku karena itu terlalu menyakitkan.""Apa kau membenci Anthony?""Tidak pernah sekalipun dalam hidupku aku membencinya, bagiku dia adalah seseorang yang sangat berjasa bagiku. Tapi semuanya
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me
Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang
Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme
Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang