Rene memakai dress warna merah, dress ini diberikan khusus kepadanya dari Nathasya karena Nathasya ingin semua yang hadir memakai pakaian merah. Hari ini Nathasya akan menikah dengan Bruno, mereka adalah pasangan yang sempurna dan sudah seharusnya mereka bersama.Rene tahu bahwa mungkin mustahil mengatakan hal ini, tapi dia tahu bahwa Bruno dan Nathasya adalah orang yang baik. Kedua orang ini tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Banyak yang mengatakan bahwa belahan jiwa adalah cerminan diri sendiri dan mungkin ini terjadi pada Bruno dan Nathasya. Mereka berdua benar-benar cocok dan seperti diciptakan untuk saling bergenggaman tangan sampai tua.Saat Rene melihat cermin, dia melihat tampilan dirinya yang lebih dewasa dari dirinya yang dulu. Perutnya masih rata dan beruntung baginya bahwa itu tidak terlihat di gaun yang dikenakan olehnya.Pintu kamar terdengar terbuka, Anthony masuk ke dalam kamar dengan jas hitamnya. Anthony mendekati Rene dan berdiri disampin
Pernikahan Nathasya dan Bruno adalah pernikahan paling mengharu biru bagi Rene, semuanya menangis tak terkecuali dirinya. Rene tidak tahu mengapa airmatanya mengalir padahal dia seharusnya bahagia.Disepanjang acara Nathasya selalu memasangkan wajah sumringah, dia benar-benar telah menemukan cinta dan rumahnya.Ketika Rene melihat wajah Anthony, disitu Rene menyadari sesuatu. Bahwa Anthony memiliki mata yang sedih, takjub dan bahagia. Terlalu banyak hal yang ada di mata Anthony hingga Rene tidak bisa menjabarkan satu-satu hal itu.Ketika sesi foto berlanjut, Anthony dan Rene tidak bisa tidak mendekat satu sama lain. Dan anehnya, Rene mempercayai Anthony untuk memeluknya, Rene bahkan meletakkan kepalanya di bahu Anthony.Namun sepertinya kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika mereka sedang makan bersama, Anthony mendapatkan panggilan telepon dari seseorang.Nathasya memelototinya karena sudah jelas dia melarang adanya penggunaan telepon genggam di hari pernikahannya dan Anthony de
Ketika Anthony membuka matanya, dia dihadapkan oleh seseorang yang tertidur di sofa yang berada di samping kamarnya. Itu Rene, berselimutkan kain tipis dan terlihat nyenyak tanpa ada gangguan apapun.Anthony terus menatap sosok itu sampai pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Nathasya yang membawakan makanan untuk Rene."Ant! Kau sudah sadar!" Nathasya segera menaruh nampan dan dengan cepat memeriksanya."Apa yang kau rasakan? Apakah kau merasa sakit?""Tidak... Aku tidak merasakan apapun."Mungkin karena situasi yang terlalu berisik membuat tidur Rene terganggu. Anthony dan Nathasya melihat Rene yang mengucek matanya dan begitu melihat Anthony yang terbangun, dia langsung berdiri dan kaget."Oh tuhan! Aku harusnya tahu! Rene aku yakin kau pasti ingin berbincang dengan Anthony kan... Maafkan aku, aku lupa bahwa kau pasti khawatir dengan pria ini."Nathasya beranjak dari hadapan Anthony."Aku membawakan mu makanan, jangan lupa makan. Panggil aku jika kalian butuh sesuatu."Rene mengan
Hujan mengguyur wilayah mansion milik Anthony, tidak ada satupun dari mereka yang pergi keluar. Bahkan sekelas Anthony yang selalu pergi setiap saat pun tidak terlihat akan pergi bekerja.Rene menyantap sarapannya dengan lesu, dia sungguh tidak menyukai hari ini. Hujan makin membuat suasana hatinya tak tenang. Mungkin karena hormon kehamilannya membuat Rene semakin mudah tertawa atau bahkan sedih diwaktu yang bersamaan. Pintu kamar berderit menandakan ada yang masuk ke dalam kamar, saat Rene meliriknya itu adalah Anthony.Anthony mendekatinya, "hei... apa yang kau rasakan saat ini?"Rene berbalik untuk memeluk Anthony. "Ant, aku hanya bosan disini... Jujur aku merindukan bibiku."Rene tahu bahwa tubuh Anthony menegang ketika Rene mengatakan hal itu."Dia akan baik-baik saja." Perkataan Anthony memang terlalu singkat untuk menenangkan hati Rene yang sedih tapi dia tidak ingin memaksa Anthony untuk mengatakan hal yang tidak ingin dia katakan.Rene terdiam masih dalam pelukan Anthony se
Jason tetap tidak memaafkannya, bahkan lebih buruk lagi dari yang lalu. Dia tidak pernah lagi kembali ke hadapan Dyana, mereka berdua saat ini lebih seperti tidak mengenal satu sama lain.Jason pindah kamar dan memutuskan untuk tidak lagi terikat dengan Dyana dan itu membuat hatinya berdenyut sakit. Bahkan saat pernikahan Renesmee dan Anthony diadakan, yang tentunya mengejutkan dirinya sebagai salah seorang yang tahu bahwa Rene harusnya pergi dari tempat itu hanya bisa memandang Jason yang mabuk dari kejauhan.Ketika dia sedang mengambil minuman, dia melihat Calvaro sedang menyeringai kepadanya. Seringai itu seharusnya membuat dia takut tapi dia tidak takut sama sekali. Apalagi dengan tangan Calvaro yang mengangkat gelasnya seolah-olah mengajaknya untuk bertukar minuman membuat Dyana terus menatapnya.Cal tiba-tiba menghampirinya dan berbisik, "aku tahu apa yang kau rasakan dan jika egomu sedikit memudar... Aku bisa membantumu."Dyana menelan ludahnya lalu menatap mata Cal dengan taja
Rene membencinya, dia sangat membenci pria yang kini menyandang status sebagai suaminya. Tapi kini, hatinya berkata bahwa mungkin saja jika dia mencoba memulai kembali hubungan yang ada diantara mereka dengan kemurnian yang cantik, mereka berdua bisa bahagia.Anthony bukan pria yang baik, Rene tahu itu. Dia pria yang ingin memiliki semuanya dan entah sudah banyak orang yang dibunuh olehnya hanya karena dia menginginkan sesuatu.Anthony pria yang kejam tapi dia selalu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk Rene dan anaknya, bahkan walaupun anak itu belum pernah menampakkan wajahnya. Anthony mencintainya.Rene juga bukan orang yang suci, dia tahu berapa banyak dosa yang dia lakukan dalam hidupnya. Bahkan jika bukan karena Anthony, saat ini dia akan kembali berkubang darah dari anaknya sendiri.Rene sedih karena saat dia menikah dan bahkan akan memiliki seorang anak, bibinya tidak ada di sampingnya sama sekali. Dia membenci Anthony karena telah membuatnya jauh dari bibi yang pal
Rene mendapatkan sedikit kebebasannya setelah dia berhasil membujuk Anthony untuk pergi dengannya keluar dari mansion itu. Ada beberapa hari bagi Rene untuk keluar dari tempat Anthony dan berjalan-jalan disekitar pantai.Anthony juga secara mengejutkan mengajaknya menaiki kapal kecil yang secara aneh bisa di kemudikan oleh Rene. Anthony tentu saja yang pertama kali mengajarkan cara-cara mengemudikan kapal kecil itu, tapi Rene bisa dengan cepat mempelajarinya.Awalnya Anthony menatap Rene dengan tatapan aneh ketika Rene memegang kemudi kapal, mungkin Anthony merasa apa yang dia ajarkan akan menjadi hal yang dia sesali tapi Rene selalu berhasil memberikan rasa percaya kepada Anthony dengan berlipat ganda.Ketika mereka menaiki kapal dan melihat matahari terbenam di pulau itu, Rene mencium Anthony dan mengatakan bahwa dia mencintai Anthony dan mereka akan baik-baik saja kedepannya.Rene masih merasakan sengatan di ulu hatinya ketika dia bersentuhan dengan Anthony. Dia tahu bahwa dalam ha
"Aku ingin pergi.""Berapa kali aku mengatakan padamu Rene, kau tidak boleh pergi dari sini.""Bahkan untuk membeli perlengkapan anakku sendiri?""Rene tolong."Anthony mendesah dengan penuh kelelahan."Aku akan membelikan semua yang kau mau dan kau hanya harus disini tanpa melakukan apapun.""Apa kau tidak percaya padaku?""Bukan, bukan karena aku tidak percaya padamu... Bukan karena itu, aku hanya tidak ingin kau kelelahan oke.""Kau selalu mengatakan hal itu, apa begitu menyedihkan sekali aku bagimu?""Tidak, sungguh! Hanya saja aku ingin kau tetap berada di rumah. Di pulau ini dan aman dari semuanya.""Kau takut aku pergi dan kabur? Itukan alasannya?"Anthony mengernyit sebelum menatap mata Rene, "aku tidak pernah takut kau pergi.""Tapi aku takut kau terluka karena banyak orang yang tidak menyukai diriku. Dan jika mereka melihatmu maka orang-orang akan tahu siapa kelemahan ku dan aku tidak menginginkan itu semua."Ketika mendengar kalimat Anthony yang menyebutkan kata kelemahan,
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me
Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang
Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme
Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang