Jason tidak mendatangi kamar Dyana sama sekali, dia pergi keluar dan mabuk lagi setelah baru dua jam sadar dari mabuknya.Dyana sendiri tidak memikirkan apapun mengenai Jason, baginya ketidakadaan Jason malah membuatnya nyaman. Walaupun ada sebagian rasa bersalah dalam diri Dyana karena perkataan Nathasya.Dyana tahu bahwa Jason telah berubah menjadi lebih perhatian padanya akhir-akhir ini. Sebelum Rene datang ke pulau ini, Jason bahkan mengajak Dyana untuk bermalam di sisi pulau bersama dengannya.Jason jarang memarahinya karena menurutnya Dyana sudah menjadi wanita yang diinginkan oleh Jason, dia juga berhenti melarang apa yang Dyana sukai. Dyana mulai memiliki kebebasan untuk pergi ke tempat-tempat tertentu di rumah ini bahkan jika dia meminta Jason untuk ikut dengannya saat pergi bekerja, Jason akan menyanggupinya.Dia tahu bahwa Jason mulai percaya padanya karena memang bagi Jason, Dyana sudah tidak akan pernah pergi darinya.Jason mencintainya, itu yang dia tahu.Dengan tatapan
Dyana mencium Jason dengan terburu-buru, tapi Jason tidak terpengaruh dan masih diam. Awalnya Dyana tidak nyaman dengan itu semua tapi dia tetap mencium Jason.Dia lalu melakukan sesuatu yang menurutnya tidak akan pernah dia lakukan.Dyana bercinta dengan Jason atas dasar kemauannya sendiri. Dyana pikir Jason akan luluh tapi tidak, semuanya seakan-akan berubah. Dulu dia yang akan bermuka masam dan datar setelah bercinta tapi saat ini Jason lah yang memiliki wajah itu.Jason kemudian berdiri dan mandi, tidak ada kecupan yang biasanya diberikan Jason padanya. Tidak juga pelukan hangat dan juga usapan halus di kepalanya. Semua itu hilang dalam dua belas hari.Jason sepertinya sudah selesai mandi ketika dia mematikan air dan bergegas untuk memakai pakaian. Dyana masih pura-pura memejamkan matanya padahal dia menangis dalam diam.Jason akhirnya keluar dan akhirnya Dyana menangis. Dia terluka atas semua yang Jason lakukan, tapi kali ini dia lebih menyakitinya.Apa yang salah dari Dyana? Ap
Rene berjalan canggung dengan tangan Anthony yang masih memegang pinggangnya. Mereka baru saja keluar dari kamar Dyana dan Jason, mengucapkan selamat atas kehamilan Dyana.Ya, kehamilan Dyana.Dyana sudah tidak bisa pergi lagi dari pulau itu. Dyana tidak akan bisa bersamanya lagi untuk mengatur siasat kabur dari tempat terkutuk ini."Apa yang kau rencanakan?" Suara Anthony berbisik pelan ketika menyadari bahwa Rene tiba-tiba mengalami perubahan emosi di wajahnya."A-apa maksudmu?"Anthony menarik tangannya agar cepat sampai ke kamar mereka.Setelah sampai, Anthony menarik rambut Rene dan mencengkram wajahnya."Kau pikir aku tidak menyadarinya? Kau pikir aku bodoh? Bahkan Jason tahu kau dan Dyana mungkin masih memiliki pikiran tolol tentang kabur dari tempat ini."Rene menggelengkan kepalanya, "t-tidak... A-aku tidak memikirkan hal itu.""Kau tahu aku tidak suka dibohongi kan Rene?""Ya, aku sudah jujur padamu... Aku tidak memikirkan hal itu."Mata Anthony yang setajam elang memandangi
"Kau tahu kan berapa harga gaun ini?! Dasar wanita jalang! Aku sudah mengatakan padamu kan?!" Jill berteriak di depan wajah Rene.Penyebab dari kemarahannya adalah karena Jill meminta Rene untuk memasak makanan, namun ternyata makanan itu tumpah di atas gaun milik Jill karena kelalaian Rene. "Aku m—minta m—maaf." Ucap Rene dengan nada lirih."Apa! Minta maaf?! Kau bahkan tidak bisa mengatakan hal lain selain minta maaf hah?!" Jill kelihatannya makin kesal dengan Rene dan dia langsung memukul Rene tepat di wajahnya.Rene terkejut dengan pukulan itu, sudut bibirnya pecah dan mengeluarkan darah."Kau jangan besar kepala karena Anthony berada di sampingmu! Kau hanyalah sampah baginya!" Jill meludah di samping Rene dan itu membuat Rene menangis.Jill pergi dari hadapan Rene, sedangkan Rene memilih untuk naik ke kamarnya. Anthony sedang pergi keluar, mungkin untuk bekerja.Jill benar, Rene bukan siapa-siapa di tempat ini. Rene hanyalah mainan yang akan rusak dan jika dia rusak maka Anthony
Rene memandangi lautan pepohonan yang ada di bawah balkon itu, dia benar-benar bosan terhadap apapun yang terjadi di mansion ini. Rene hampir tidak pernah keluar dari mansion, mungkin sudah hampir satu bulan atau mungkin dua bulan.Rene bahkan tidak tahu lagi sudah berapa lama dia diculik oleh Anthony. Dia ingin pulang, melihat bibinya.Melihat Orlan.... Bagaimana keadaannya saat ini? Apakah dia baik-baik saja? Apakah Orlan masih mencarinya?Atau mungkin, dia sudah melupakannya?Rene menghela napas lelah, dia bingung dengan semua yang terjadi. Hidupnya saat ini benar-benar di luar dugaan."Memikirkan kekasihmu itu?" Suara Anthony terdengar dari belakang punggungnya.Rene berbalik, menatap Anthony yang kini memakai pakaian santainya.Anthony mungkin lebih tua darinya, namun harus Rene akui Anthony adalah pria yang sangat tampan.Wajahnya yang cenderung keras dan memiliki khas pria Eropa membuatnya sangat tampan."Ti—tidak."Anthony mendekatinya, mencengkram lehernya dan memajukan wajah
Rene sedang melamun ketika Anthony masuk dengan raut wajah penuh kebingungan. Rene melihat itu dan mencoba untuk memberikan perhatian penuh kepada pria itu."Anthony?"Anthony menoleh ke arah Rene dan secara mengejutkan mendekat ke arahnya."Apa yang kau cari?" Tanya Rene padanya."Aku tidak mencari apapun.""Lalu mengapa kau terlihat bingung?"Anthony tidak langsung menjawab, dia hanya menatap Rene dengan tajam seolah-olah bisa mentransfer semua hal yang dia ingin sampaikan ke Rene."Kau sudah bertemu dengan Calvaro, apa yang kalian bicarakan?"Oh, Rene bisa memahami mengapa Anthony secara mengejutkan terlihat kebingungan."Tidak ada, dia hanya memberiku sapu tangan untuk mengusap mataku—kami tidak membicarakan apapun.""Oh ya?""Ya."Anthony mulai mengangguk dan akan pergi sebelum Rene memanggilnya."Anthony?""Ya?""Bisakah aku berbicara denganmu malam ini?"Anthony berbalik, "kau bisa berbicara padaku bahkan jika kau menginginkannya saat ini."Rene menggelengkan kepalanya, "tidak,
Rene bangun dan langsung menyuruh Anthony untuk mandi, dia lalu menyeret Anthony untuk pergi ke dapur dan secara mengejutkan Rene membuatkan sarapan untuk mereka berdua."Aku tahu kau benci melewatkan sarapan kan?"Anthony menaikan alisnya karena merasa aneh dengan semua yang dilakukan oleh Rene."Apa yang sedang kau rencanakan? Apa kau melakukan ini agar aku luluh dan membebaskan mu? Jika itu yang kau pikirkan maka hapus pikiranmu itu jauh-jauh."Rene termenung dan kemudian mengangguk, "yah... Aku memang berpikiran untuk pergi dari sini—"Mata mereka bertemu, "tapi aku merasa semuanya tidak ada gunanya. Kau selalu berkata bahwa tidak ada lagi yang tersisa untukku di tempat asal ku kan? Maka bagaimana aku bisa pergi kembali jika tidak ada apapun yang bisa ku miliki?"Rene memakan sarapannya dan menuangkan teh untuknya."Jangan khawatir, aku sudah lelah dengan semua ini. Aku tidak lagi ingin pergi dan berusaha untuk kabur karena memang inilah yang takdirku.""Jika kau tidak menyukainya
"A—apa yang kau katakan?""Kau sudah mendengarnya sendiri dari mulutku ini.""Tentu saja aku tidak tahu, ada apa denganmu? Aku bahkan tidak pernah berbincang dengan Dyana, bagaimana aku bisa mengetahuinya?"Anthony mendekatinya dan perlahan menarik wajahnya dengan tangannya."Kau tahu aku tidak suka ada kebohongan di depanku kan Rene?"Rene menggelengkan kepalanya, "aku tidak pernah berbohong dan kau tahu itu."Tiba-tiba Anthony menampar wajahnya dengan keras. Rene langsung membeku karena tamparan itu, dia merasakan sakit yang luar biasa di hatinya."Oh ya? Benarkah begitu? Kau adalah wanita yang dekat dengannya! Dari siapa dia memiliki obat itu jika bukan darimu?!""A—apa? Apa yang kau katakan?""Tidak Rene, tidak..." Anthony menggeleng dengan wajah yang penuh kepura-puraan."Bukan aku yang menuduh mu, tapi kau sendiri yang membuatku melakukannya.""A—ku t—tidak."Anthony melemparkan obat yang digunakan olehnya."Kau meminum ini untuk mencegah kehamilan mu bukan? Hanya kau, hanya kau