Rene bangun dan langsung menyuruh Anthony untuk mandi, dia lalu menyeret Anthony untuk pergi ke dapur dan secara mengejutkan Rene membuatkan sarapan untuk mereka berdua."Aku tahu kau benci melewatkan sarapan kan?"Anthony menaikan alisnya karena merasa aneh dengan semua yang dilakukan oleh Rene."Apa yang sedang kau rencanakan? Apa kau melakukan ini agar aku luluh dan membebaskan mu? Jika itu yang kau pikirkan maka hapus pikiranmu itu jauh-jauh."Rene termenung dan kemudian mengangguk, "yah... Aku memang berpikiran untuk pergi dari sini—"Mata mereka bertemu, "tapi aku merasa semuanya tidak ada gunanya. Kau selalu berkata bahwa tidak ada lagi yang tersisa untukku di tempat asal ku kan? Maka bagaimana aku bisa pergi kembali jika tidak ada apapun yang bisa ku miliki?"Rene memakan sarapannya dan menuangkan teh untuknya."Jangan khawatir, aku sudah lelah dengan semua ini. Aku tidak lagi ingin pergi dan berusaha untuk kabur karena memang inilah yang takdirku.""Jika kau tidak menyukainya
"A—apa yang kau katakan?""Kau sudah mendengarnya sendiri dari mulutku ini.""Tentu saja aku tidak tahu, ada apa denganmu? Aku bahkan tidak pernah berbincang dengan Dyana, bagaimana aku bisa mengetahuinya?"Anthony mendekatinya dan perlahan menarik wajahnya dengan tangannya."Kau tahu aku tidak suka ada kebohongan di depanku kan Rene?"Rene menggelengkan kepalanya, "aku tidak pernah berbohong dan kau tahu itu."Tiba-tiba Anthony menampar wajahnya dengan keras. Rene langsung membeku karena tamparan itu, dia merasakan sakit yang luar biasa di hatinya."Oh ya? Benarkah begitu? Kau adalah wanita yang dekat dengannya! Dari siapa dia memiliki obat itu jika bukan darimu?!""A—apa? Apa yang kau katakan?""Tidak Rene, tidak..." Anthony menggeleng dengan wajah yang penuh kepura-puraan."Bukan aku yang menuduh mu, tapi kau sendiri yang membuatku melakukannya.""A—ku t—tidak."Anthony melemparkan obat yang digunakan olehnya."Kau meminum ini untuk mencegah kehamilan mu bukan? Hanya kau, hanya kau
Saat itu Rene membeku, beberapa orang yang ada di pesta itu memperhatikannya. Rene melihat ke arah Anthony yang sedang duduk bersama para pria dan merokok juga langsung menunjukkan pandangannya ke arahnya."Apa yang kau maksud?" Rene bertanya pada Nathasya.Tangan Nathasya masih ada di perutnya dan saat itulah Rene menyadari bahwa itu ada disana. Sebuah kehidupan."Kau hamil Rene, aku tidak mungkin salah!"Keheningan menyelimuti Rene dan bulu kuduk Rene berdiri. Dirinya meletakkan gelas dan botol minuman yang akan diisinya itu dan menyadari bahwa Anthony mendekat ke arahnya.Rene tertawa dan berkata, "apa sebenarnya maksudmu? Aku hanya kelelahan dan kau salah sangka."Rene melihat ke arah Anthony yang sedang memeriksanya."Aku tidak hamil!"Beberapa orang menatapnya dengan tatapan tak percaya, setelah apa yang dilakukan oleh Dyana, tidak ada lagi orang yang percaya terhadapnya maupun Dyana."Lalu mengapa kita tidak memeriksanya?""Mengapa kita perlu memeriksanya?" Rene membentak Natha
Rene terbangun dengan keadaan sakit kepala yang luar biasa, dia ingin memegang kepalanya namun tangannya juga kebas karena suatu hal. Saat Rene melihat apa yang terjadi dengan tangannya, dia terkejut dengan fakta bahwa Anthony telah memborgol tangannya.Dia baru saja ingin melepas rantainya ketika menyadari bahwa Anthony ada di sofa sebelah kamar. Anthony sedang mengamatinya dalam diam.Rene tiba-tiba menangis karena hal itu, dia kemudian memaksa borgol itu terlepas dari tangannya. Anthony yang melihat itu mendekatinya dan duduk di samping tempat tidurnya."Tanganmu bisa sakit jika kau terus memaksa untuk membukanya." Anthony menggenggam tangannya dan mengelap airmatanya. Suara Anthony benar-benar lembut seakan-akan dia membujuk anak kecil."Jika kau berpikir begitu, maka lepaskan tanganku dari borgol sialan ini!" Rene mengangkat tangannya ke depan wajah Anthony.Anthony menghela napas, "maaf tapi aku tidak bisa... Kau bisa menyakiti dirimu dan anak ku jika aku melakukannya.""Anak si
"Aku.... Hanya takut bahwa aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anak ku. Aku tidak di besarkan oleh ibuku, apa kau mengerti akan hal itu?""Aku tahu." Anthony mencoba memahaminya."Aku masih muda, banyak hal yang ingin ku lakukan dan punya anak bukanlah salah satu dari sekian banyaknya hal yang ku inginkan."Rene menatap Anthony dengan wajah sedihnya."Lagipula mengapa aku harus memiliki anak ini? Bahkan jika kau bertanggung jawab, kau tidak pernah mencintaiku..."Anthony terdiam karena perkataan Rene membuat jantungnya berdetak dengan kencang."Silahkan bilang aku terlalu tradisional, tapi aku hanya akan menikah dengan pria yang mencintaiku. Aku tidak menikah dengan pria yang tidak menginginkanku dan kau adalah orang itu, aku tidak bisa menikah denganmu."Rene tertawa sedih yang tentunya membuat Anthony sedih."Aku hanya memiliki Orlan sebagai orang yang ku cintai dan yang mencintaiku, tapi apa yang kau katakan terlalu benar. Dia tidak akan menyukaiku dengan keadaan ku saat ini
Rene memakai dress warna merah, dress ini diberikan khusus kepadanya dari Nathasya karena Nathasya ingin semua yang hadir memakai pakaian merah. Hari ini Nathasya akan menikah dengan Bruno, mereka adalah pasangan yang sempurna dan sudah seharusnya mereka bersama.Rene tahu bahwa mungkin mustahil mengatakan hal ini, tapi dia tahu bahwa Bruno dan Nathasya adalah orang yang baik. Kedua orang ini tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Banyak yang mengatakan bahwa belahan jiwa adalah cerminan diri sendiri dan mungkin ini terjadi pada Bruno dan Nathasya. Mereka berdua benar-benar cocok dan seperti diciptakan untuk saling bergenggaman tangan sampai tua.Saat Rene melihat cermin, dia melihat tampilan dirinya yang lebih dewasa dari dirinya yang dulu. Perutnya masih rata dan beruntung baginya bahwa itu tidak terlihat di gaun yang dikenakan olehnya.Pintu kamar terdengar terbuka, Anthony masuk ke dalam kamar dengan jas hitamnya. Anthony mendekati Rene dan berdiri disampin
Pernikahan Nathasya dan Bruno adalah pernikahan paling mengharu biru bagi Rene, semuanya menangis tak terkecuali dirinya. Rene tidak tahu mengapa airmatanya mengalir padahal dia seharusnya bahagia.Disepanjang acara Nathasya selalu memasangkan wajah sumringah, dia benar-benar telah menemukan cinta dan rumahnya.Ketika Rene melihat wajah Anthony, disitu Rene menyadari sesuatu. Bahwa Anthony memiliki mata yang sedih, takjub dan bahagia. Terlalu banyak hal yang ada di mata Anthony hingga Rene tidak bisa menjabarkan satu-satu hal itu.Ketika sesi foto berlanjut, Anthony dan Rene tidak bisa tidak mendekat satu sama lain. Dan anehnya, Rene mempercayai Anthony untuk memeluknya, Rene bahkan meletakkan kepalanya di bahu Anthony.Namun sepertinya kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika mereka sedang makan bersama, Anthony mendapatkan panggilan telepon dari seseorang.Nathasya memelototinya karena sudah jelas dia melarang adanya penggunaan telepon genggam di hari pernikahannya dan Anthony de
Ketika Anthony membuka matanya, dia dihadapkan oleh seseorang yang tertidur di sofa yang berada di samping kamarnya. Itu Rene, berselimutkan kain tipis dan terlihat nyenyak tanpa ada gangguan apapun.Anthony terus menatap sosok itu sampai pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Nathasya yang membawakan makanan untuk Rene."Ant! Kau sudah sadar!" Nathasya segera menaruh nampan dan dengan cepat memeriksanya."Apa yang kau rasakan? Apakah kau merasa sakit?""Tidak... Aku tidak merasakan apapun."Mungkin karena situasi yang terlalu berisik membuat tidur Rene terganggu. Anthony dan Nathasya melihat Rene yang mengucek matanya dan begitu melihat Anthony yang terbangun, dia langsung berdiri dan kaget."Oh tuhan! Aku harusnya tahu! Rene aku yakin kau pasti ingin berbincang dengan Anthony kan... Maafkan aku, aku lupa bahwa kau pasti khawatir dengan pria ini."Nathasya beranjak dari hadapan Anthony."Aku membawakan mu makanan, jangan lupa makan. Panggil aku jika kalian butuh sesuatu."Rene mengan