Tiga bulan yang laluValeyrie pada akhirnya menyerah, itu bukan tentang dirinya lagi kali ini. Kehamilannya membuatnya sadar bahwa dia harus berpikir lebih dewasa lagi, dia tidak mungkin hanya memikirkan kehendaknya.Itulah yang dipikirkan olehnya sehingga saat ini, dia tengah duduk menunggu Leonard. Dia sadar bahwa penolakan yang dia lakukan beberapa hari lalu mungkin membuat pria itu bingung atas sikapnya saat ini, tapi Valeyrie butuh kepastian tentang hidupnya. Dia sudah lelah melakukan semua ini dan dia butuh yang Leonard inginkan untuk semua permasalahan ini.Jadi ketika pintu kafe dekat kampusnya terbuka, dia menyadari bahwa itu Leonard. Valeyrie mendongak mencari arah Leonard dan menemukan pria itu tengah berdiri tidak jauh darinya dengan wajah yang sedih."Hai." Sapa Valeyrie dengan suara stabil yang mengejutkan dirinya sendiri."Hai juga, bagaimana kabarmu?" Leonard bertanya sambil melihat perut Valeyrie.Valeyrie yakin pria itu mengira Valeyrie telah menggugurkan anaknya."A
Masa kiniRene tidak ingin pergi ke bawah, dia tidak ingin makan malam bersama setiap orang yang ada di rumah ini. Dia tidak ingin mempertimbangkan tawaran apapun yang tadi diberikan Jill kepadanya.Dia adalah korban penculikan, mengapa semua orang ingin Rene tidak merasakan seperti seorang korban? Lagipula apakah Anthony itu gila? Bisa-bisanya dia meminta Rene yang merupakan orang yang diculik olehnya makan malam bersamanya? Pria brengsek yang gila.Tapi dia juga takut dengan apa yang akan terjadi padanya jika dia tidak pergi ke Anthony, apa yang dikatakan Jill berpengaruh kepadanya. Bagaimana jika Anthony akan membunuhnya?Tunggu... Mengapa dia harus takut pada Anthony? Bukankah itu sama sekali tidak berpengaruh kepadanya? Jika Anthony ingin membunuhnya maka biarkan saja dia membunuhnya.Itu jauh lebih baik daripada Renesmee harus diculik tanpa adanya kaitan apapun seperti ini kan? Apalagi di kurung dalam sangkar yang jelas-jelas membuat Rene menderita mental.Lagipula apa sebenarny
"Hei!"Rene terperanjat dari lamunannya, itu ternyata hanya imajinasinya. Dia tidak benar-benar bunuh diri dan sama sekali tidak ada yang dia lakukan selama ini selain menatap makanan didepannya dengan tatapan murung."Apa kau tidak mau makan makanan itu?!" Nada suara Anthony mulai naik karena sikap Rene yang hanya diam seperti patung sejak awal kedatangannya ke meja itu.Rene menggelengkan kepalanya."Wah jadi kau lebih suka makan makanan yang selama ini kuberikan padamu di ruangan itu?"Anthony mencengkram tangannya dengan kuat, "makan atau ku pastikan kau tidak akan bisa memasukkan makanan apapun ke dalam mulutmu selamanya!"Mata Rene panas dan berair, dia mulai menyuapi dirinya sendiri walaupun rasa mual mulai menghampirinya. Ini adalah pesta keberhasilan mereka semua, pesta atas penculikan Rene dan Rene harus memakan makanan yang ada di pesta ini."Bagus! Bagus! Bagus! Makanlah itu!" Anthony menyeringai dengan kejamnya dan semua yang ada di meja makan itu tertawa keras juga.Kecu
Ketika Rene masuk ke dalam ruangan yang dihuninya, dia baru menyadari bahwa wanita yang tadi menemaninya adalah orang yang sama dengan wanita yang pernah mengobrol dengannya di hotel dan klub malam itu.Rene yang tersadar langsung pucat, bagaimana mungkin semua ini ada kaitannya? Wanita itu dan Anthony? Kasus penculikan ini dan pertemuannya yang tidak sengaja.Dia merasa sesak dengan semuanya, sesak karena tiba-tiba dia menyadari bahwa dia berada di ruangan yang gelap, dia benar-benar tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Mengapa semua ini harus terjadi? Apa yang harus dia lakukan?Rene terduduk, dia bersembunyi di lekukan tangannya yang melilit dengan kakinya. Air matanya kering, sungguh dia tidak bisa lagi menangis.Tidak ketika semua hal ini adalah karena kebodohannya. Dia mulai merasa bahwa dia bukanlah siapa-siapa lagi, dia merasa dia bukanlah Rene dan dia merasa dia tidaklah seharusnya menjadi Rene dan itu menyakiti hatinya.Pintu ruangan itu terbuka, karena gelapnya ruangan R
Rene tidak tidur, dia hanya memejamkan matanya dan ketika dia terbangun karena suara seseorang, hari ternyata sudah pagi. Jill datang, tidak sendiri melainkan ada seseorang yang berada di belakangnya. Jill mengatakan bahwa dia membawakan pengawas pribadi Rene karena dia benar-benar muak atas perintah Anthony yang mengharuskannya menjadi baby sitter untuk Rene.Jadi Jill meninggalkan mereka berdua, Rene sedikit canggung melihat wanita itu, wanita itu mungkin pertengahan empat puluh dan sepertinya sudah lama bekerja di tempat Anthony karena mendapat kepercayaan untuk menjaga Rene."Hei, aku Rene... Dan kau?" Tanya Rene mencoba untuk memecahkan kecanggungan diantara mereka."Aku Hilda, nona.""Tidak... Jangan panggil aku nona. Cukup Rene."Hilda agak sedikit terkejut tapi kemudian dia mengangguk, Rene menganggapnya mengerti mengenai posisi Rene yang bukan merupakan orang penting namun hanya seorang tawanan."Mandi nona?" Rene ingin sekali meluruskan kalimat itu, namun sekali lagi dia me
"Kau juga terlihat lebih bahagia." Anthony berkata hal itu pada adiknya yang saat ini sama-sama bersandar di balkon belakang mansion mereka."Ya. Aku memang bahagia.""Karena wanita itu?" Tanya Anthony."Bisa jadi... Tapi aku lebih bahagia karena saat ini aku bisa melihat dirimu jatuh cinta.""Aku tidak-""Ya, kau jatuh cinta dan kau tidak bisa mengelaknya Ant. Itu jelas sekali ada di matamu."Anthony melirik gadis yang ada di bawah mereka, begitu juga dengan Leonard yang saat ini menghela napasnya."Kau salah besar jika mengira bahwa gadis itu tidak akan bermasalah dalam hidupmu Ant, pada kenyataannya membawa dia kemari bukanlah pilihan yang tepat bagimu."Anthony kali ini melihat ekspresi Leonard yang kecewa, "jika kau benar-benar jatuh hati padanya... Kau tidak akan pernah mendapatkan cintanya karena kau sudah memaksanya disini.""Tapi kau juga memaksa wanita itu bersamamu."Adiknya tertawa namun Anthony tahu ada kilatan sedih dalam wajahnya, "aku, aku melakukannya Ant... Itulah me
Tubuh Orlan benar-benar lemas, dia masuk rumah sakit akibat keteledorannya. Harus dia tahu bahwa saat ini Rene membutuhkan dirinya untuk kuat, untuk mencarinya dalam kesempatan apapun. Karena dia harus menemukan Rene, Rene harus berada di pelukannya dan Rene harus pulang.Orlan ingin menangis, dia sungguh lelah saat ini. Dia tidak pernah memiliki mimpi yang seperti ini, mereka bilang mustahil bagi Rene untuk bisa kembali. Tapi Orlan masih berharap, dia berharap Rene kembali.Dia berharap senyuman dan kalimat aku baik-baik saja keluar dari bibir Rene. Dan saat ini Orlan hanya bisa bermimpi, berharap tanpa hasil yang jelas.Jika ini semua mimpi, bisakah Orlan bangun. Orlan ingin bangun dan memeluk Rene yang mungkin saat ini menunggunya untuk bangun dari kenyataan pahitnya.Orlan tahu dia egois, egois karena saat ini dia tidak peduli apapun lagi selain Rene. Dia tidak peduli pada orang-orang yang menginginkannya untuk kuat, dia tidak peduli pada orang-orang yang memintanya untuk menyerah
Anthony merasa itu sudah menjadi hari ke empat belas gadis itu berada di tempatnya, namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda gadis itu akan melarikan diri. Sejujurnya Anthony tidak menduga hal itu.Anthony merasa seharusnya gadis itu memilih untuk pergi saat keamanan yang ada di rumah itu sengaja Anthony hilangkan tapi nyatanya Rene tidak melakukan apapun untuk pergi. Rene bahkan tidak terlibat dalam percakapan apapun, baik dengan Dyana yang pada awalnya Anthony curigai akan mengajak Rene untuk melakukan sesuatu yang mengkhianatinya tapi ternyata tidak, mereka berdua bahkan tidak saling menyapa ataupun melakukan sesuatu yang berbahaya.Anthony merasa mungkin gadis itu bodoh, karena sudah jelas Anthony memberikan kesempatan padanya untuk pergi saat dia sedang melakukan aktivitas berkebun. Karena tentu saja tidak ada penjaga yang mengawasinya dan memang benar, Anthony sengaja melonggarkan kunci di bagian belakang rumah agar gadis itu bisa kabur.Seperti saat ini, Rene hanya menggunti