Rene tidak tidur, dia hanya memejamkan matanya dan ketika dia terbangun karena suara seseorang, hari ternyata sudah pagi. Jill datang, tidak sendiri melainkan ada seseorang yang berada di belakangnya. Jill mengatakan bahwa dia membawakan pengawas pribadi Rene karena dia benar-benar muak atas perintah Anthony yang mengharuskannya menjadi baby sitter untuk Rene.Jadi Jill meninggalkan mereka berdua, Rene sedikit canggung melihat wanita itu, wanita itu mungkin pertengahan empat puluh dan sepertinya sudah lama bekerja di tempat Anthony karena mendapat kepercayaan untuk menjaga Rene."Hei, aku Rene... Dan kau?" Tanya Rene mencoba untuk memecahkan kecanggungan diantara mereka."Aku Hilda, nona.""Tidak... Jangan panggil aku nona. Cukup Rene."Hilda agak sedikit terkejut tapi kemudian dia mengangguk, Rene menganggapnya mengerti mengenai posisi Rene yang bukan merupakan orang penting namun hanya seorang tawanan."Mandi nona?" Rene ingin sekali meluruskan kalimat itu, namun sekali lagi dia me
"Kau juga terlihat lebih bahagia." Anthony berkata hal itu pada adiknya yang saat ini sama-sama bersandar di balkon belakang mansion mereka."Ya. Aku memang bahagia.""Karena wanita itu?" Tanya Anthony."Bisa jadi... Tapi aku lebih bahagia karena saat ini aku bisa melihat dirimu jatuh cinta.""Aku tidak-""Ya, kau jatuh cinta dan kau tidak bisa mengelaknya Ant. Itu jelas sekali ada di matamu."Anthony melirik gadis yang ada di bawah mereka, begitu juga dengan Leonard yang saat ini menghela napasnya."Kau salah besar jika mengira bahwa gadis itu tidak akan bermasalah dalam hidupmu Ant, pada kenyataannya membawa dia kemari bukanlah pilihan yang tepat bagimu."Anthony kali ini melihat ekspresi Leonard yang kecewa, "jika kau benar-benar jatuh hati padanya... Kau tidak akan pernah mendapatkan cintanya karena kau sudah memaksanya disini.""Tapi kau juga memaksa wanita itu bersamamu."Adiknya tertawa namun Anthony tahu ada kilatan sedih dalam wajahnya, "aku, aku melakukannya Ant... Itulah me
Tubuh Orlan benar-benar lemas, dia masuk rumah sakit akibat keteledorannya. Harus dia tahu bahwa saat ini Rene membutuhkan dirinya untuk kuat, untuk mencarinya dalam kesempatan apapun. Karena dia harus menemukan Rene, Rene harus berada di pelukannya dan Rene harus pulang.Orlan ingin menangis, dia sungguh lelah saat ini. Dia tidak pernah memiliki mimpi yang seperti ini, mereka bilang mustahil bagi Rene untuk bisa kembali. Tapi Orlan masih berharap, dia berharap Rene kembali.Dia berharap senyuman dan kalimat aku baik-baik saja keluar dari bibir Rene. Dan saat ini Orlan hanya bisa bermimpi, berharap tanpa hasil yang jelas.Jika ini semua mimpi, bisakah Orlan bangun. Orlan ingin bangun dan memeluk Rene yang mungkin saat ini menunggunya untuk bangun dari kenyataan pahitnya.Orlan tahu dia egois, egois karena saat ini dia tidak peduli apapun lagi selain Rene. Dia tidak peduli pada orang-orang yang menginginkannya untuk kuat, dia tidak peduli pada orang-orang yang memintanya untuk menyerah
Anthony merasa itu sudah menjadi hari ke empat belas gadis itu berada di tempatnya, namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda gadis itu akan melarikan diri. Sejujurnya Anthony tidak menduga hal itu.Anthony merasa seharusnya gadis itu memilih untuk pergi saat keamanan yang ada di rumah itu sengaja Anthony hilangkan tapi nyatanya Rene tidak melakukan apapun untuk pergi. Rene bahkan tidak terlibat dalam percakapan apapun, baik dengan Dyana yang pada awalnya Anthony curigai akan mengajak Rene untuk melakukan sesuatu yang mengkhianatinya tapi ternyata tidak, mereka berdua bahkan tidak saling menyapa ataupun melakukan sesuatu yang berbahaya.Anthony merasa mungkin gadis itu bodoh, karena sudah jelas Anthony memberikan kesempatan padanya untuk pergi saat dia sedang melakukan aktivitas berkebun. Karena tentu saja tidak ada penjaga yang mengawasinya dan memang benar, Anthony sengaja melonggarkan kunci di bagian belakang rumah agar gadis itu bisa kabur.Seperti saat ini, Rene hanya menggunti
Dyana sebenarnya sedikit khawatir dengan semua yang terjadi. Dia menyadari bahwa mengapa Jason dan Anthony harus terbuka mengakui padanya bahwa mereka semua akan pergi dari rumah ini? Dan mengapa seakan-akan Jason mempercayainya untuk tinggal sendirian?Tapi itu semua ternyata benar terjadi, Jason dan Anthony memang akan pergi dari pulau itu untuk beberapa hari, pun dengan Bruno, Leonard dan yang lainnya. Mereka hanya meninggalkan Dyana, Rene dan Valeyrie di rumah sendirian. Mereka mengungkapkan itu ketika makan pagi dua hari sebelumnya.Dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka semua, Jason mencium kening Dyana dan itu agak sedikit mengejutkan karena selama ini Jason tidak pernah melakukannya. Jason bahkan mengatakan kalimat "aku percaya padamu." Dan itu semua membuat Dyana kalut, dia tahu konsekuensi dari apa yang akan dia perbuat. Jason mempercayainya, Jason percaya pada semua yang dia lakukan karena memang sudah ada hal itu dalam diri Dyana yang membuat Jason luluh.Apakah se
"Jadi sebenarnya apa hubunganmu dengan Jason?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Rene yang saat ini melihat kesedihan dalam raut wajah Dyana."Tidak ada."Rene mengernyit karena nada datar itu, "Oh... Tapi kalian terlihat sering bersama."Dyana memandangi Rene, kemudian sedikit menghela napas."Jika yang kau maksud adalah hubungan yang didasari karena cinta, kami tidak memilikinya. Sama sekali tidak memilikinya. Aku disini sama sepertimu, tapi perbedaannya adalah kau dipaksa dan aku disini karena memang aku menjual kebebasanku untuk semua yang ku sayangi.""Kau menjual kebebasanmu demi seseorang? Tapi mengapa?" Rene kembali bertanya."Aku tidak terlahir dengan kekayaan dalam hidupku Rene, aku miskin dan aku butuh uang untuk mengisi perut adikku. Pernahkah aku memberitahumu bahwa aku punya adik yang hampir seumuran denganmu?"Rene menggeleng dan dia bisa melihat kelembutan seorang Dyana."Dia adalah duniaku dan aku melakukan segalanya agar dia bisa tetap merasakan hal yang indah di d
Subuh itu, Rene dan Dyana kembali berjalan menyusuri hutan. Mereka tidak tahu apakah arah yang mereka lalui sudah benar atau belum. Hanya saja saat ini mereka tahu bahwa mereka harus selalu berjalan, berlari dan menjauh dari mansion terkutuk itu.Dyana tidak mengatakan kalimat apapun sejak mereka beranjak untuk pergi dan Rene memakluminya karena Dyana sudah lama berada di tempat itu, kemungkinan rasa bersalah dan ingin kembali bergejolak dalam dirinya.Mereka belum makan apapun dan itu membuat mereka kelelahan setelah satu jam melangkah pergi dari tempat peristirahatan terakhir mereka. Suasana pagi terasa jelas menerpa wajah Rene yang mulai merasa berat."Aku lapar dan haus, bisakah kita mencari sesuatu untuk minum terlebih dahulu?"Dyana yang juga sepertinya kelelahan mengangguk, "aku merasa sepertinya sebentar lagi kita akan melewati sungai... Mungkin kita bisa mendapatkan air disana."Mereka pergi, mencoba mencari sumber air yang Dyana kira itu adalah sungai. Dan benar saja mereka
Rene dan Dyana terkejut karena mereka benar-benar melakukannya, mereka sudah berada di ujung pulau itu. Mereka bisa melihat perahu-perahu penyebrangan ke pulau lainnya dan tinggal selangkah lagi bagi mereka untuk terlepas dari jeratan Anthony dan Jason."Kita berhasil! Kita berhasil Rene!" Dyana berseru senang sekaligus terharu."Kita harus segera menyelinap masuk dan pergi dari sini secepatnya."Rene mengangguk dan mereka mencari kapal penyebrangan yang Dyana kenali.Dyana mendatangi kapal itu, penjaganya adalah seorang laki-laki tua yang Rene pahami sebagai pria tua yang kemungkinan baik."Paman Kyle? Apakah kau masih mengingatku?"Pria tua yang bernama Kyle memandang mereka dari bawah hingga atas."Aku tidak mengenalmu nona. Maafkan aku, jika boleh tahu... Siapa kalian?"Rene dan Dyana saling memandang satu sama lainnya."Kami adalah pelayan tuan Anthony dan karena tuan Anthony sedang pergi, kami harus ke kota untuk membeli beberapa barang. Maukah kau mengantarkan kami sampai ke se
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me
Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang
Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme
Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang