Henry merenung sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja yang terdapat sebuah undangan pernikahan. Hatinya galau memikirkan dalam waktu dekat Alana akan melangsungkan pernikahan dengan Alesio.Ruang kerja itu terasa semakin sesak bagi Henry, ketidaknyamanan dan kekecewaan menyelinap dalam dirinya. Henry menelan ludahnya, mencoba menemukan cara untuk mengatasi perasaan frustasinya.“Henry!” panggil Yulina. Wanita yang hampir berusia 50 tahun itu berjalan masuk sambil menatap putra pertamanya dengan penuh harap.“Mama? Ada apa?” tanya Henry.“Mama perlu bantuanmu” desis Yulina kepada Henry yang tengah terjebak dalam kegalauan hatinya. “Kita tidak boleh membiarkan Alana menikah dengan pria itu.”“Apa maksud mama?” tanya Henry, berpura-pura tenang.“Kau menyukai Alana kan. Hamili dia! Buat dia patuh padamu!” desak Yulina dengan tatapan tajam.“Ma! Apa
“Kau terlambat Mr Kingston” Ucap Henry menghentikan langkah Alesio yang hendak memasuki mansionAlesio menatap Henry dengan heran. "Kau berbicara denganku?"Henry menggeleng, seolah-olah dia sedang menimbang-nimbang untuk berbicara. "Kau mungkin perlu tahu bahwa Alana dan aku, kita punya hubungan terlarang. Dia sudah tidur denganku. Bahkan kami baru selesai bercinta" Ucap HenryWajah Alesio langsung berubah serius dan gelap. "Omong kosong apa yang kau bicarakan?"Henry terus berbohong dengan tenang, menciptakan cerita yang tak berdasar. "Kami terlibat dalam hubungan rahasia ini sejak lama. Tapi aku pikir kau pantas tahu sebelum kau terlalu jauh terlibat dengan Alana."Alesio memandang Henry dengan tidak percaya. "Kau pikir aku percaya dengan bualanmu?”Henry memainkan perannya dengan baik, menunjukkan ekspresi seolah-olah dia penuh penyesalan. "Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi kenyataannya pahit, Alesio. Alana hanya berpu
Hari yang ditunggu pun tiba. Sebuah resort dipenuhi dengan kegembiraan dan keramaian. Keluarga dan teman-teman dari kedua belah pihak berkumpul untuk merayakan pernikahan Alana dan Alesio. “Mahkota mana yang ingin kau kenakan Alana?” Tanya Madame Clare membuyarkan lamunannya “Apapun yang bagus” ucap Alana dengan senyum tipis Alana menatap pantulan wajahnya dicermin. Dia sedang dirias oleh Madame Clare, seorang make up artis kelas dunia. Jangan lupakan gaun putih tulang panjang yang mengekspos punggung putihnya yang bersih. Salah satu gaun karya desainer terbaik yang menjadi rekan Madam Clare. “Hallo Alana” Alana menatap sosok yang memanggilnya melalui pantulan cermin. Setelah melihatnya mau tak mau Alana memutar bola matanya jengah “Bisa tinggalkan aku dengannya sebentar, aku ingin berbicara berdua dengannya” Madame Clare mengangguk lalu pergi meninggalkan Alana dan Fiona. “Aku tidak tahu jika kamu datang,” ucap Alana dengan sedikit sindiran. Dia tidak begitu tertarik dengan keh
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan itu, tetapi ciuman antara kedua mempelai yang baru saja menikah masih terus berlangsung. Alesio tidak melepaskan ciumannya, malah mendorong Alana untuk memperdalam kontak bibir mereka.Awalnya, ciuman itu hanya sekadar kecupan lembut, tetapi sekarang menjadi semakin panas dengan gerakan kecil yang dilakukan Alesio.Alana merasakan denyut-denyut panas melalui bibirnya, dan matanya terbuka lebar ketika merasakan lidah Alesio mencoba masuk.“Emph-“Saat Alana terkejut, Alesio justru tersenyum tipis, masih tidak melepaskan ciuman panas mereka. Mereka terperangkap dalam momen yang intens, mengabaikan tepuk tangan dan flash kamera yang menghujani mereka.Ketika ciuman itu berakhir, Alana terengah-engah, napas mereka bergabung dalam irama yang sama. Alana memandang Alesio dengan mata yang dipenuhi dengan perasaan kesal, sementara Alesio memandanginya dengan tatapan penuh cinta dan kehangatan.‘D
“Bagaimana kamu mengenal Ale?” Tanya Jason memulai pembicaraan merekaAlana nampak menimbang, hingga akhirnya Alana memberikan jawaban yang sama seperti saat menjawab Shia“Kami bertemu di sebuah pesta perusahaan, dan seperti cerita klasik, jatuh cinta pada pandangan pertama” ucap Alana dengan senyum tipis untuk menyempurnakan kebohongannya“Alesio bukan orang yang seperti itu, Alana” Ucap Jason tepat sasaran “Katakan saja apa kesepakatan kalian?”Alana merasakan detak jantungnya berdebar kencang ketika Jason mulai menyelidiki lebih dalam. Dia merasa tertekan, namun berusaha untuk tetap tenang dan merencanakan setiap kata yang akan dia ucapkan. Menghadapi pertanyaan tajam Jason, Alana mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.“Jangan berbohong padaku, Alana” Matanya menatap Alana dengan intensitas yang membuatnya merasa seperti terperangkap.“Tidak ada hal yang seperti itu
"Alana!" panggil Michael dengan antusias. dia berjalan kearah Alana "Hai, Mic!" balas Alana sambil tersenyum cerah, senyumnya berkilau seolah melupakan kejadian dengan Morgan beberapa saat lalu. Michael tersenyum hangat. "Selamat atas pernikahanmu, adik angkat" "Terima kasih, Kak" jawab Alana sambil merenggangkan bibirnya. "Bagaimana perasaanmu menikah dengan Casanova itu?" tanya Michael dengan hangat, namun terdengar sedikit ejekan di belakang kata-katanya. Alana mengangkat bahu dengan enteng. "Lebih baik daripada bertunangan dengan Morgan." Michael mengangkat alisnya, senyumnya melebar. "Morgan, ya? Aku melihatnya tadi, sepertinya dia hendak melakukan sesuatu." "Dia sudah melakukannya" jawab Alana dengan serius, ekspresinya berubah seketika. Namun, sebelum Michael bisa bertanya lebih lanjut, suara intrupsi dari asisten Alesio memecah keheningan di ruangan “Nyonya Alana..” Alana dan Mic menoleh pada asisten Alesio yang memanggil Alana “Ya, kenapa Markus?” “Tuan Alesio menun
"Kau bilang akan patuh pada perintahku kan, Alana?" Ucap Alesio dengan suara yang bergetar, matanya terfokus pada belahan dipunggung Alana.Gerakannya maju, langkahnya mantap, dengan tatapan yang tajam seakan siap untuk menerkam mangsanya.Alana merasa jantungnya berdegup kencang saat dia merasakan kedekatan Alesio. Dia memutar tubuhnya, wajahnya sedikit merona saat tatapan Alesio menggodanya dengan intensitas yang membuatnya terguncang."Jangan bilang jika kau lupa dengan perjanjian kita?" bisikan Alesio terdengar menggoda, membuat Alana tersentak. Dia merasakan kekikukan di tubuhnya, tidak mampu menahan desiran yang menggelora di dalam dirinya. Sesuatu dalam bisikan Alesio membuatnya merasa tak berdaya, bahkan di hadapan pria ini yang tampaknya memiliki kendali atasnya."Aku mau mandi" Alana mencoba mengalihkan pembicaraan, berusaha keras untuk mengendalikan emosinya yang mulai meluap-luap. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kalimatnya, Alesio menahannya."Aku belum selesai bicara,
Dengan paksaan dari satu pihak, Alesio memainkan bibir Alana, lidahnya menerobos masuk meskipun tak mendapat izin dari lawannya.Alana merasa kaget dan terkejut oleh tindakan mendadak Alesio, namun tak bisa menahan getaran aneh yang merambat di dalam dirinya.Alesio melepaskan ciuman itu, hidungnya bersentuhan dengan hidung Alana. Pandangan mereka saling bertemu, dan Alana merasa seperti dunia di sekitarnya tiba-tiba berputar."Kau payah dalam berciuman" kata Alesio, suaranya berisik, tetapi ada sentuhan kelembutan di dalamnya.Alana mengakuinya. Dia memang payah dalam berciuman karena dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Alesio, pria pertama yang menciumnya. Matanya melihat ke dalam mata biru Alesio, mencari kepastian dan kelemahan yang tak terucapkan.Alana ingin membuka mulutnya, menjawab ucapan Alesio tapi Alesio kembali membungkam bibirnya. Membuatnya terengah karena kehabisan nafas. Ciuman kali ini lebih intens dari sebelumnya, dan Alana merasa seperti kekuatan yang tak te