"Bagaimana menurutmu rencana pengembangan bisnis di Asia, Alana?" tanya Alesio, sambil menyelipkan sentuhan ringan di punggung tangan Alana.
Alana yang semula melamun memikirkan hubungan antara Fiona dan Alesio langsung terkesiap saat pertanyaan diajukan. Semua mata kini tertuju padanya, dan Alana berusaha untuk tetap fokus, menatap Alesio dengan tatapan tajam.
Pria itu tersenyum tipis “Bagaimana menurutmu, calon istriku?” tanyanya, menyelipkan kerlingan nakal di matanya
Alana merasa perasaan canggung, tetapi dia menyadari bahwa ini mungkin bagian dari usaha Alesio untuk menguji atau mengerjainya. Tanpa membiarkan rasa tidak nyaman mempengaruhi jawabannya, Alana menjawab
"Rencana pengembangan bisnis di Asia terlihat sangat menjanjikan tapi ada beberapa peluang besar di pasar regional yang dapat dimanfaatkan. Namun, sepertinya kalian harus memastikan bahwa strategi pemasaran dan distribusi itu benar-benar terukur selain itu pertimbangkan juga b
Matahari bersinar cerah ketika Alana dan Alesio kembali ke Mansion Kingston setelah makan siang. Meskipun masih ada kecanggungan bagi Alana, tetapi suasana perlahan menjadi lebih santai. Alesio membimbing Alana menuju sebuah rumah kaca di bagian kanan Mansion."Apa pendapatmu tentang tempat ini?" tanya Alesio sambil menyandarkan tubuhnya di dinding yang terbuat dari marmer.Alana memandang sekeliling dengan tatapan kagum. Dia bukan gadis norak yang baru pertama kalinya melihat rumah kaca, namun rumah kaca kediaman Kingston benar-benar luar biasa."Indah.." Ucap AlanaAlesio tersenyum "Rumah kaca ini memiliki banyak kenangan bagi keluarga Kingston.”Alesio membawa Alana ke kursi di tengah rumah kaca yang dikelilingi oleh pepohonan hijau. Mereka duduk bersama, menikmati hangatnya sinar matahari yang masuk melalui kaca transparan.“Jadi apa yang ingin kamu katakan?” Tanya Alana tiba-tiba, melihat ekspresi Alesio yang tampak be
Hari-hari berikutnya di Mansion Kingston berjalan dengan relatif tenang. Alana meresapi keindahan perpustakaan, mencari pelarian dalam dunia buku koleksi milik Shia untuk melupakan sedikit kecemasan yang masih menyertainya.Waktu berjalan begitu cepat, dan tanpa disadari, dua hari telah berlalu sejak Alana dan Alesio kembali dari rumah kaca. Kontrak mereka tersisa 359 hari, Alana selalu menghitungnya dengan tepat, Alana bahkan nyaris tak percaya jika dia dan Alesio mengenal satu sama lain hanya selama 2 minggu. Entah kenapa rasanya seperti Alana sudah mengenal Alesio cukup lama.Suasana di Mansion Kingston semakin akrab, terutama setelah Shia dan Dante kembali dari perjalanannya di Spanyol.Pagi ini, dia sedang sarapan bersama Alesio, Dante, dan Shia. Alana menatap berbagai hidangan di depannya. Hidangan yang disajikan sangat lezat, tetapi pikirannya masih terganggu oleh rencana pernikahannya yang sudah dekat"Jadi kapan kalian akan kembali? Mama de
Di Mansion Kingston, matahari telah terbenam, tetapi Alana masih sibuk menatap keluar jendela, menunggu mobil Alesio memasuki halaman mansion. Alana merasa perlunya sebuah klarifikasi. Dengan langkah yang mantap, dia menyelinap pergi dari kamarnya Di koridor yang sepi, Alana berusaha mencari tahu keberadaan Alesio. Suasana mansion yang damai menjadi kontras dengan kegelisahan di dalam hati Alana. Setiap langkah yang diambilnya terasa seperti menambah beban ketidakpastian. Alana mencapai pintu ruang kerja Alesio dan dengan ragu membuka pintunya. “Dia belum pulang?” Alana bergumam Ruang kerja itu tampak kosong. Alana merasa bingung, namun keinginan untuk menemui Alesio mendorongnya untuk terus mencari di mana sang Casanova berada. Dia melangkah ke ruang tamu, ke dapur, tetapi tak ada tanda-tanda kehadiran Alesio. Alana merasa semakin gelisah, beberapa pelayan yang dilewatinya nampak berbisik. Alana menghela napas, berjalan ke taman belakang, memandangi kolam renang yang tenang. Di s
Henry merenung sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja yang terdapat sebuah undangan pernikahan. Hatinya galau memikirkan dalam waktu dekat Alana akan melangsungkan pernikahan dengan Alesio.Ruang kerja itu terasa semakin sesak bagi Henry, ketidaknyamanan dan kekecewaan menyelinap dalam dirinya. Henry menelan ludahnya, mencoba menemukan cara untuk mengatasi perasaan frustasinya.“Henry!” panggil Yulina. Wanita yang hampir berusia 50 tahun itu berjalan masuk sambil menatap putra pertamanya dengan penuh harap.“Mama? Ada apa?” tanya Henry.“Mama perlu bantuanmu” desis Yulina kepada Henry yang tengah terjebak dalam kegalauan hatinya. “Kita tidak boleh membiarkan Alana menikah dengan pria itu.”“Apa maksud mama?” tanya Henry, berpura-pura tenang.“Kau menyukai Alana kan. Hamili dia! Buat dia patuh padamu!” desak Yulina dengan tatapan tajam.“Ma! Apa
“Kau terlambat Mr Kingston” Ucap Henry menghentikan langkah Alesio yang hendak memasuki mansionAlesio menatap Henry dengan heran. "Kau berbicara denganku?"Henry menggeleng, seolah-olah dia sedang menimbang-nimbang untuk berbicara. "Kau mungkin perlu tahu bahwa Alana dan aku, kita punya hubungan terlarang. Dia sudah tidur denganku. Bahkan kami baru selesai bercinta" Ucap HenryWajah Alesio langsung berubah serius dan gelap. "Omong kosong apa yang kau bicarakan?"Henry terus berbohong dengan tenang, menciptakan cerita yang tak berdasar. "Kami terlibat dalam hubungan rahasia ini sejak lama. Tapi aku pikir kau pantas tahu sebelum kau terlalu jauh terlibat dengan Alana."Alesio memandang Henry dengan tidak percaya. "Kau pikir aku percaya dengan bualanmu?”Henry memainkan perannya dengan baik, menunjukkan ekspresi seolah-olah dia penuh penyesalan. "Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi kenyataannya pahit, Alesio. Alana hanya berpu
Hari yang ditunggu pun tiba. Sebuah resort dipenuhi dengan kegembiraan dan keramaian. Keluarga dan teman-teman dari kedua belah pihak berkumpul untuk merayakan pernikahan Alana dan Alesio. “Mahkota mana yang ingin kau kenakan Alana?” Tanya Madame Clare membuyarkan lamunannya “Apapun yang bagus” ucap Alana dengan senyum tipis Alana menatap pantulan wajahnya dicermin. Dia sedang dirias oleh Madame Clare, seorang make up artis kelas dunia. Jangan lupakan gaun putih tulang panjang yang mengekspos punggung putihnya yang bersih. Salah satu gaun karya desainer terbaik yang menjadi rekan Madam Clare. “Hallo Alana” Alana menatap sosok yang memanggilnya melalui pantulan cermin. Setelah melihatnya mau tak mau Alana memutar bola matanya jengah “Bisa tinggalkan aku dengannya sebentar, aku ingin berbicara berdua dengannya” Madame Clare mengangguk lalu pergi meninggalkan Alana dan Fiona. “Aku tidak tahu jika kamu datang,” ucap Alana dengan sedikit sindiran. Dia tidak begitu tertarik dengan keh
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan itu, tetapi ciuman antara kedua mempelai yang baru saja menikah masih terus berlangsung. Alesio tidak melepaskan ciumannya, malah mendorong Alana untuk memperdalam kontak bibir mereka.Awalnya, ciuman itu hanya sekadar kecupan lembut, tetapi sekarang menjadi semakin panas dengan gerakan kecil yang dilakukan Alesio.Alana merasakan denyut-denyut panas melalui bibirnya, dan matanya terbuka lebar ketika merasakan lidah Alesio mencoba masuk.“Emph-“Saat Alana terkejut, Alesio justru tersenyum tipis, masih tidak melepaskan ciuman panas mereka. Mereka terperangkap dalam momen yang intens, mengabaikan tepuk tangan dan flash kamera yang menghujani mereka.Ketika ciuman itu berakhir, Alana terengah-engah, napas mereka bergabung dalam irama yang sama. Alana memandang Alesio dengan mata yang dipenuhi dengan perasaan kesal, sementara Alesio memandanginya dengan tatapan penuh cinta dan kehangatan.‘D
“Bagaimana kamu mengenal Ale?” Tanya Jason memulai pembicaraan merekaAlana nampak menimbang, hingga akhirnya Alana memberikan jawaban yang sama seperti saat menjawab Shia“Kami bertemu di sebuah pesta perusahaan, dan seperti cerita klasik, jatuh cinta pada pandangan pertama” ucap Alana dengan senyum tipis untuk menyempurnakan kebohongannya“Alesio bukan orang yang seperti itu, Alana” Ucap Jason tepat sasaran “Katakan saja apa kesepakatan kalian?”Alana merasakan detak jantungnya berdebar kencang ketika Jason mulai menyelidiki lebih dalam. Dia merasa tertekan, namun berusaha untuk tetap tenang dan merencanakan setiap kata yang akan dia ucapkan. Menghadapi pertanyaan tajam Jason, Alana mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.“Jangan berbohong padaku, Alana” Matanya menatap Alana dengan intensitas yang membuatnya merasa seperti terperangkap.“Tidak ada hal yang seperti itu