Alesio membiarkan Alana turun dari ranjang. Tatapan elangnya yang tajam, tak pernah lepas dari gerakan Alana. Satu tangannya menopang kepalanya dengan anggun, sementara matanya terus memperhatikan setiap langkah Alana sampai tubuh Alana menghilang dibalik pintu kamar mandi.
Alesio bersandar sambil terkekeh pelan, mengingat percintaanya semalam sungguh membuat Alesio senang. Bisakah dia terus melakukannya? Alesio ingin terus menghujami Alana. Rasanya dia sudah kecanduan dan sulit lepas
Pintu kamar mandi kembali terbuka, Alesio menoleh, kembali menatap Alana dengan posisi yang sama. Wanita itu keluar dengan bathrob putih miliknya
"Ada apa yang kau cari?" suaranya terdengar tenang, tapi isinya penuh dengan otoritas.
Alana menoleh ke arah Alesio dengan ekspresi kebingungan yang terpancar jelas di wajahnya. "Handphoneku. Aku mau belanja hari ini" jawabnya cepat sambil tetap mencari handphonenya yang entah bagaimana tiba-tiba menghilang.
“Belanja?
Ting.Dentingan handphone Alesio berbunyi, memecah kesunyian ruangan kerja Alesio. Pria itu meraihnya dengan gerakan cepat, dan saat layar menyala, matanya langsung tertuju pada sebuah foto dengan pesan yang masuk setelahnya.Foto itu memperlihatkan seorang pria yang tidak asing bagi Alesio. Pandangan tajamnya menembus layar, menatap foto dengan ekspresi yang gelap."Dia milikmu? Kau yakin?" pesan yang menyertai foto itu membuat Alesio mengerang dalam hati. Ketegangan langsung mencengkeram dirinya, mengubahnya menjadi pria yang penuh dengan kegelisahan."F*ck!" desis Alesio dengan geraman yang terdengar samar. Tangannya menggenggam handphone dengan erat, dan urat-urat di tangannya menonjol dengan jelas akibat ketegangan yang dirasakannya.Tanpa ragu, dia menelpon Alana “Halo?” Suara Alana disebrang sana membuat Alesio menghela napas, menetralkan kegilaannya yang akan lepas"Pulang sekarang!" desaknya dengan suara tegas, tanpa mem
“Setelah membuatku merasakan hal seperti ini, kau menolakku?” desis Alesio dengan nada mengejek, senyumnya mengisyaratkan kepuasannya yang bercampur dengan kegagalan Alana. “Oh Alana sayang, kau benar-benar menggali titik kesabaranku.” Sambungnya dengan nada menggantung“Perasaanku padamu sudah hilang” Alana mengaku dengan bebas di hadapannya.Alesio hanya tertawa rendah, matanya yang tajam menyapu wajah Alana. Tanpa ampun, dia menarik tubuh Alana lebih dekat ke tubuhnya, menghimpitnya dalam dekapan hangatnya.“Sayang sekali, aku justru semakin tertarik untuk mengambilnya kembali” katanya dengan nada yang merendahkan, membenamkan wajahnya di leher Alana."Jangan egois Alesio. Seperti katamu, hubungan kita adalah bisnis" ujar Alana dengan tajam, menunjukkan ketegasannya."Persetan" gumam Alesio, matanya menyipit dalam ekspresi kesal, tetapi dia tidak melepaskan cengkramannya pada Alana. Sebalikny
//……Playlist red velvet : phscyo….//Suara bantingan kembali terdengar, Alana menghela napas, entah apa yang pria itu hancurkan dia tidak khawatir, lagipula semua yang ada diapartemen itu milik Alesio.Alana berjalan menjauhi kamar, mengabaikan Alesio yang mengamuk di dalam, bukannya Alana tidak peduli namun pikirannya sedang kalut karena ucapan Clark dan Alesio yang tidak mau membuka diri padanya.Alana berjalan ke ruang tamu, tumpukan belanjaanya masih tersusun rapi diatas meja. Mau tak mau Alana meraih tumpukan paperbag itu lalu berjalan kembali ke kamar.Begitu pintu terbuka Alana bisa melihat kondisi kamar yang berantakan. Meja nakas yang hancur dan terbalik, cermin full body yang pecah membuat potongan-potongan kaca berserakan di lantai, serta beberapa barang lain yang tercecer di sekitar kamar.“Jangan kesini” Ucap Alesio, duduk di ujung tempat tidur sambil memandang hampa ke arahnya.Alana mendengus,
"Pagi, Amour"Alana terbangun dalam pelukan Alesio. Pria itu menyapanya dengan suara hangat sambil memberikan kecupan ringan pada bibirnya“Pagi” Balas Alana“Bagaimana tidurmu?” tanya AlesioAlana mengernyitkan kening, heran dengan pertanyaan Alesio yang agak berbeda dari biasanya namun Alana tetap menjawab “Nyenyak” Jawab Alana yang membuat senyum lebar Alesio tersungging“Kamu melakukan sesuatu saat aku tidur?” Todong AlanaAlesio nampak tersentak sejenak sebelum menggeleng “Tidak” jawabnyaAlana mencibir, tidak sepenuhnya yakin dengan jawaban singkat Alesio. "Kamu tidak membiusku dan melecehkanku kan?" ujarnya, mencoba membaca ekspresi Alesio. Bagaimanapun Alana punya pengalaman buruk tentang hal itu, terlebih Alesio-lah orang yang dulu sering melakukan itu.Alesio menggeleng mantap, meskipun matanya terlihat agak gelisah. "Tidak ada yang disembunyikan, Alana. Aku hanya ingin pastikan kamu tidur nyenyak" ujarnya, mencoba memberikan penjelasan sederhana.Namun, Alana masih merasa a
‘Rapat pemegang saham sepakat mengambil alih hak keluarga atas perusahaan Dirgantara yang semua berada di tangan ahli waris Henry Fernandes Dirgantara beralih pada Alana Claira Kingston, investor baru perusahaan Dirgantara dengan kepemilikan saham 43 persen sebagai pemegang saham terbesar’Brak“ARGH!! Sialan!” Yulina membanting remot tv dengan kuat“Ma” panggil HenryYulina menatap anak sulungnya lalu melangkah maju dengan geram, tangannya gemetar karena amarah yang meluap-luap.Plak“Anak bodoh!” maki Yulina “kenapa kau membiarkan Alana?! Semua itu milikmu Henry!” tekan YulinaMata Henry terpaku pada Yulina yang tengah menyorot dalam kemarahan. Dia merasakan pukulan yang begitu dalam ketika Yulina menatapnya dengan ekspresi yang penuh kemarahan."Maafkan aku, ma" gumam Henry, suaranya hampir terdengar tercekat oleh penyesalan. "Aku tidak bisa melawannya."Yulina menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Tidak bisa melawannya?" ulangnya dengan nada yang tajam. "Apa maksudmu, Henry? Ka
“Pesta pengangkatanmu sebagai komisaris perusahaan”“APA-?!”Alesio tersenyum tipis “Sesuai dengan yang kau ingingkan”Alana mengerjab “Tunggu dulu, kenapa tiba-tiba aku jadi komisaris? Aku cuma mau jadi investor” Jelas Alana. Dia menatap Alesio, mencari penjelasan lebih lanjut.“Kau ahli warisnya, itu perminataan Andre yang disampai saat rapat pemegang saham” Ucap AlesioAlesio kembali menyodorkan dua buah paper bag dari brand ternama itu di depan Alana, matanya memancarkan keputusan yang tegas. "Gunakan ini" perintahnya dengan nada yang tak bisa ditawar.“jangan berbohong padaku Alesio. Andre sudah kehilangan haknya sejak berada dipenjara” Alana menatap tajam sedangkan Alesio menghela napas sebelum tersenyum lebar. Tangannya terarah mengusap lembut rambut Alana“Perusahaan itu sudah menjadi milik Kingston tapi ditutupi dengan namamu. Tenang saja, aku tidak
Alesio masuk dalam gedung perusahaannya. Beberapa pegawai yang berpapasannya dengannya menunduk hormat. Alesio masuk ke dalam lift khusus yang membawanya menuju lantai 25. Rayan, sekertaris barunya menunduk hormat “Ayah dan kakek anda sudah menunggu anda di dalam bos” ucap Rayan memberitahu. Alesio mengangguk acuh lalu masuk ke dalam ruang kerjanya “Kenapa?” Tanya Alesio pada para pria ‘Kingston’ yang berbeda generasi darinya, meskipun bisa dilihat wajah mereka hampir memiliki kesamaan meskipun berbeda usia. Sama-sama memiliki aura dominasi, kekuasaan dan ketampanan. Meskipun masih tampan Alesio tentunya. “Kau bekerja terlalu lama” Sahut Jason “Hmm aku sibuk dengan rumah tanggaku, Grandpa” balas Alesio acuh sambil mendudukan dirinya di sofa, menghadap Dante, ayahnya sedangkan Jason sang kakek duduk di sisi kirinya pada sebuah sofa single “Jadi kapan kau akan mengambil alih Siegel?” tanya Dante Salah satu alis Alesio mengungkik “Aku sibuk dengan perusahan tau” Decaknya “Lagipula
“Itu lebih baik daripada merusak pestamu” Balas AlesioAlana menatap Alesio dari cermin rias sambil memperbaiki lipstick-nya. Dia mendekat pada Alesio lalu menyeka bibir Alesio dengan tisu“kenapa dihapus?” Tanya AlesioAlana mendesis pelan. "Karena bibirmu kotor. Aku tidak ingin bekas lipstickku menempel di sana."Alesio menyeringai, mencoba menahan senyumnya. "Ah, jadi begitu." Dia menyapu tisu itu dari tangan Alana dan melemparkannya ke tempat sampah.Jempolnya mengusap bibir Alana yang kini sudah kembali terpoleskan lisptik berwarna merah namun tipis dan lebih rapi, mendekatkan wajahnya pada Alana dengan senyuman nakal."Aku bisa membuatnya lebih cantik dengan warna merah alami dan tebal tanpa pewarna buatan ini." BisiknyaAlana tersenyum tipis, namun matanya menunjukkan sedikit kegembiraan. "Jangan mencoba membujukku dengan pujian, Alesio. Kita tahu persis gimana kau." Alana melepaskan tangan Alesio lalu k