Home / Romansa / Terperangkap Hasrat Tuan Mafia / 15. Ingatan yang makin jelas

Share

15. Ingatan yang makin jelas

Author: Nalla Ela
last update Last Updated: 2025-04-20 23:23:12

Sudah hampir seminggu setelah Dante mengungkapkan kejujurannya, dan Binar ditinggal begitu saja tanpa pesan apapun.

Binar menatap pantulan wajahnya cermin kamar mandi yang mengembun karena uap panas. Nampak samar, seperti dirinya sendiri yang tak lagi bisa dikenali.

Gemericik air yang mengalir di wastafel tak mampu menenangkan hatinya yang kelam setelah mendapati Dante menghilang dari pandangannya.

“Ternyata dia membenciku ... karena aku meninggalkannya? saat aku bahkan belum mengerti apapun?"

Binar tertawa miris.

Pria itu membelenggunya karena ia pergi. Lalu, jika ia mencoba pergi lagi ... apakah Dante akan mulai merantai kakinya?

Namun, bodohnya ... Binar malah merasa empati yang tinggi pada pria kejam itu.

"Cinta apa yang menyiksa seperti ini?"

Benci ... tapi mencintai.

Menjaga ... tapi menyakiti.

Melindungi ... tapi menahan disaat yang sama.

Semua kontradiksi itu menjelma menjadi jeruji tak kasatmata yang mengekangnya ... sampai saat ini.

Pria itu mencintainya deng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   16. Satu nama, dua punggung

    Ruangan itu sunyi.Kecuali suara detak jam dinding yang terdengar seperti lonceng kematian untuk pria yang menggeliat kesakitan. Dante berdiri tegak, menatap dingin salah satu anak buahnya yang berkomplot dengan Vincent secara diam-diam.Wajah penghianat itu penuh luka lebam, mulutnya berdarah, dan tangan terikat ke belakang. Tubuhnya gemetar, tapi bukan karena rasa sakit.Melainkan karena tatapan Dante yang dingin, kosong, dan terlalu tenang untuk seorang pria yang baru mengetahui dirinya dikhianati.“Berapa lama kau menjual informasi padanya?” tanya Dante pelan, tapi membuat anak buahnya yang lain ikut menggigil saat mendengar suaranya. Pria itu menggigit bibirnya. “Tuan, saya—saya dipaksa. Vincent mengancam keluarg—”DORSebuah peluru menembus betis pria itu, menciptakan jeritan kesakitan menggema di penjara kumuh dan pengap. Dante tetap tenang. Matanya tetap menatap tanpa memperlihatkan emosi apapun. “Kau berkhianat. Aku tak peduli siapa yang mengancammu. Kau tetap memilih untu

    Last Updated : 2025-04-21
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   17. Jejak Yang Tertinggal

    Malam makin pekat, tapi Binar masih terjaga. Memandang jendela berkabut jejak hujan yang sudah mereda. Tubuhnya dibalut selimut tebal, memegang secangkir coklat panas yang baru saja Matthias bawakan untuknya. “Jawab aku, Matthias …,” ucap Binar tiba-tiba, memecah keheningan. Suara Binar nyaris tak terdengar. Namun, tatapannya tajam dan menusuk seperti ingin menguliti kebenaran yang Matthias sembunyikan rapat-rapat.Pria itu berdiri di dekat pintu. Ragu untuk mendekat. Walaupun hujan tak lagi mengguyur, tapi hati Binar kini malah dilanda badai. Mengacaukan isi pikirannya. Binar meletakkan coklat panasnya tak selera. Beralih menatap Matthias tajam. “Aku lelah menebak-nebak. Dia ke mana? Kenapa dia meninggalkanku? Apa ini tujuannya menikahiku? balasan untukku yang pernah meninggalkannya?"Matthias masih diam. Tangan kirinya mengepal, menahan sesuatu. Marah ... dan rasa bersalah yang menyeruak, menghimpit dadanya. “Kau orang terdekatnya, kan? Harusnya kau tau!” Binar berdiri, mendeka

    Last Updated : 2025-04-23
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   18. Aku Tau Segalanya

    Ruang kerja Dante malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Matthias tak sanggup meraih oksigen di sekitar saat tatapan Dante terlalu mengintimidasi. "Kau pikir bisa menyimpan rahasia itu dariku? Kita mengenal lebih dari 20 tahun. Harusnya kau bisa menebak, kan?"Mulut Matthias rasanya terkunci rapat, tak ada satupun suara yang bisa ia keluarkan untuk saat ini. Dante duduk di kursi kulit hitam dengan satu kaki disilangkan di atas lutut. Tangannya memainkan kalung dengan liontin bulan sabit milikny-pemberian Binar semenanjung kedua mata tajamnya terus mengawasi Matthias tanpa ekspresi. “Kenapa kau terlihat gugup?” tanya Dante pelan. Suaranya nyaris seperti bisikan, tapi sanggup membuat para orang yang Mendengarnya mendesah ketakutan. Matthias menelan ludah. “Maafkan aku, Dante." Hanya itu yang bisa ia ucapkan. “Aku tak peduli dengan rahasia masa lalu. Itu bukan urusanku," ujar Dante dengan santai. Namun, saat ia menatap Matthias, matanya menguatkan aura membunuh yang pekat. “t

    Last Updated : 2025-04-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   1. Pertemuan Kembali

    "Aku datang kesini hanya untuk menjadi pelayan, bukan wanita panggilan!" Binar menyalak keras, menatap wanita glamour yang menggunakan riasan tebal itu dengan amarah yang menggelegak. Binar jelita-gadis berusia 27 tahun itu tak terima dengan keputusan sepihak Madam Siska-pemilik Bar Eclipse. Namun, tawa wanita itu menggema. "Sayang sekali, orang tua angkatmu sudah menjualmu padaku."Dunia Binar runtuh dalam sekejap. Tak mungkin. Meski mereka memanfaatkannya selama ini, tak mungkin mereka akan sekejam itu. Namun, bukti itu nyata—kontrak perjanjian dengan tanda tangan ibunya."Aku tak percaya ...." Suaranya nyaris tak terdengar."Terserah." Madam Siska meniup asap rokoknya. "Pegang dia!"Dua pria berbadan besar segera mencengkram Binar, mengabaikan teriakannya yang menggema di antara dentuman musik. Cairan panas dipaksa melewati tenggorokannya, membuat tubuhnya terbakar dari dalam."Nikmati malam pertamamu."Binar terus meronta, tapi tubuhnya melemah. Napasnya mulai memburu dan kulit

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   2. Lamaran Tak Terduga

    “Ka-kak D-Dante...?” gumamnya nyaris tak percaya.Senyuman tipis terangkat di bibir pria itu. “Akhirnya.”Binar tercekat. Dante yang dulu ia kenal adalah laki-laki lugu dengan sorot mata penuh kelembutan. Bukan pria yang memiliki tatapan tajam dan aura berbahaya di sekelilingnya. Binar membisu untuk sesaat. Benarkah dia adalah Dante yang ia kenal? Dilihat dari wajahnya memang mirip dengan yang ada di ingatannya, tapi mata itu ... aura dingin yang bertolak belakang dengan kepribadian Dante-nya yang hangat sedikit membingungkan untuknya. Tubuh Binar menegang kala Dante makin mendekat, mengungkungnya di kepala ranjang. Ia terkesiap kala tangan besar itu mengelus rambutnya lembut. “Sebenarnya aku ingin membawamu sejak dulu,” ungkapnya pelan. “Tapi aku terlalu lambat. Dan orang-orang itu ...,” Tatapannya menjadi gelap penuh kebencian. “ ... membuangmu ke neraka.”Tangan Binar mengepal begitu mendengar pengakuan Dante. Jadi, apa sebenarnya Dante mengetahui semua tentangnya? Tentang hidup

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   3. Menjadi Miliknya

    Tubuh Binar terasa remuk redam kala terbangun di siang harinya. Ia hanya diam berbaring untuk meredakan bagian inti tubuhnya yang masih nyeri.Binar menyadari rambutnya sedikit lembab, tubuhnya juga telah dibalut piyama kebesaran. "Apakah Dante yang melakukannya?" tanyanya skeptis. Binar melirik noda merah pada seprai yang teronggok di sudut ruangan dengan tatapan kosong. Ia telah menyerahkannya. Tangan Binar mengepal, merasakan denyut menyakitkan di dadanya. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ini adalah pilihannya. Ia yang memberikan akses kepada Dante untuk mengambil semuanya hanya karena sentuhan kecil. Suara pintu kamar mandi yang terbuka menarik atensi Binar. Ia melihat Dante keluar dari sana sambil mengenakan kausnya, memperlihatkan perut sixpack dan beberapa bekas luka di sana. Binar menggigit bibirnya berusaha bangun melawan nyeri yang makin terasa, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama. Dante dengan tenang menghampiri Binar. Membaringkannya kembali dan

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   4. Kecemburuan Dante

    Binar tak tahu sejak kapan semuanya mulai berubah.Dante masihlah pria dingin dan mengintimidasi, tapi terkadang ... perlakuan lembutnya kembali mengingatkan pada masa kecil mereka yang damai. Pria itu masih mengingat makanan apa yang ia sukai dan ia benci. Menyiapkan segala keperluannya, meski ia tak diperbolehkan keluar dari rumah. Dante juga selalu membasuh tubuhnya ketika Binar sudah terkapar tak berdaya karena sentuhannya. Namun, masalah sebenarnya datang dari Valeria yang terus-terusan datang ke rumah dan mengacaukan semuanya. Sikap Dante yang tak pernah menjawab ketika Binar mempertanyakan hubungan keduanya, semakin membuatnya kesal dan jengkel. ---Binar merapatkan jari-jarinya yang terasa dingin sambil menyesap teh hangat di balkon kamarnya. Ia sendirian. Diana pamit entah kemana setelah mengantarkan teh untuknya. Tak lama kemudian, tatapannya tertuju pada Adrian yang berdiri di depan pintu kamar. Laki-laki aneh yang nyaris tak pernah mengangkat wajahnya di hadapan Binar

    Last Updated : 2025-02-24
  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   5. Pelarian

    Binar masih bisa mencium aroma darah yang menguar dari pintu kamar meski lantai itu telah dibersihkan, seolah tak pernah ada kejadian mengenaskan yang terjadi. Diana terus membujuknya untuk makan, tapi ia terus menolak. Makanan itu selalu berakhir di toilet saat ia mengingat kejadian kemarin. Tangan Binar terus mencengkeram selimut dengan erat. Gemetar di tubuhnya tak juga kunjung mereda. Suara pistol yang menggema, darah yang berceceran ... terekam jelas di kepalanya. Binar ingin pergi.Ia tak bisa tinggal di sini lebih lama.Binar tak lagi peduli jika ia harus kehilangan segalanya. Yang terpenting, ia harus segera pergi dari sini bagaimanapun caranya. Dengan tangan gemetar, Binar meraih ponsel yang selama ini ia simpan di laci nakas. Ia mencoba menghubungi kontak sahabatnya dari panti -Vera untuk meminta bantuan. "Vera ... tolong aku. Aku ingin pergi dari sini." Binar mengetik sambil menahan gemetar di tangannya.Tak menunggu lama, pesan itu segera di baca. Dan sebuah notifikas

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   18. Aku Tau Segalanya

    Ruang kerja Dante malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Matthias tak sanggup meraih oksigen di sekitar saat tatapan Dante terlalu mengintimidasi. "Kau pikir bisa menyimpan rahasia itu dariku? Kita mengenal lebih dari 20 tahun. Harusnya kau bisa menebak, kan?"Mulut Matthias rasanya terkunci rapat, tak ada satupun suara yang bisa ia keluarkan untuk saat ini. Dante duduk di kursi kulit hitam dengan satu kaki disilangkan di atas lutut. Tangannya memainkan kalung dengan liontin bulan sabit milikny-pemberian Binar semenanjung kedua mata tajamnya terus mengawasi Matthias tanpa ekspresi. “Kenapa kau terlihat gugup?” tanya Dante pelan. Suaranya nyaris seperti bisikan, tapi sanggup membuat para orang yang Mendengarnya mendesah ketakutan. Matthias menelan ludah. “Maafkan aku, Dante." Hanya itu yang bisa ia ucapkan. “Aku tak peduli dengan rahasia masa lalu. Itu bukan urusanku," ujar Dante dengan santai. Namun, saat ia menatap Matthias, matanya menguatkan aura membunuh yang pekat. “t

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   17. Jejak Yang Tertinggal

    Malam makin pekat, tapi Binar masih terjaga. Memandang jendela berkabut jejak hujan yang sudah mereda. Tubuhnya dibalut selimut tebal, memegang secangkir coklat panas yang baru saja Matthias bawakan untuknya. “Jawab aku, Matthias …,” ucap Binar tiba-tiba, memecah keheningan. Suara Binar nyaris tak terdengar. Namun, tatapannya tajam dan menusuk seperti ingin menguliti kebenaran yang Matthias sembunyikan rapat-rapat.Pria itu berdiri di dekat pintu. Ragu untuk mendekat. Walaupun hujan tak lagi mengguyur, tapi hati Binar kini malah dilanda badai. Mengacaukan isi pikirannya. Binar meletakkan coklat panasnya tak selera. Beralih menatap Matthias tajam. “Aku lelah menebak-nebak. Dia ke mana? Kenapa dia meninggalkanku? Apa ini tujuannya menikahiku? balasan untukku yang pernah meninggalkannya?"Matthias masih diam. Tangan kirinya mengepal, menahan sesuatu. Marah ... dan rasa bersalah yang menyeruak, menghimpit dadanya. “Kau orang terdekatnya, kan? Harusnya kau tau!” Binar berdiri, mendeka

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   16. Satu nama, dua punggung

    Ruangan itu sunyi.Kecuali suara detak jam dinding yang terdengar seperti lonceng kematian untuk pria yang menggeliat kesakitan. Dante berdiri tegak, menatap dingin salah satu anak buahnya yang berkomplot dengan Vincent secara diam-diam.Wajah penghianat itu penuh luka lebam, mulutnya berdarah, dan tangan terikat ke belakang. Tubuhnya gemetar, tapi bukan karena rasa sakit.Melainkan karena tatapan Dante yang dingin, kosong, dan terlalu tenang untuk seorang pria yang baru mengetahui dirinya dikhianati.“Berapa lama kau menjual informasi padanya?” tanya Dante pelan, tapi membuat anak buahnya yang lain ikut menggigil saat mendengar suaranya. Pria itu menggigit bibirnya. “Tuan, saya—saya dipaksa. Vincent mengancam keluarg—”DORSebuah peluru menembus betis pria itu, menciptakan jeritan kesakitan menggema di penjara kumuh dan pengap. Dante tetap tenang. Matanya tetap menatap tanpa memperlihatkan emosi apapun. “Kau berkhianat. Aku tak peduli siapa yang mengancammu. Kau tetap memilih untu

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   15. Ingatan yang makin jelas

    Sudah hampir seminggu setelah Dante mengungkapkan kejujurannya, dan Binar ditinggal begitu saja tanpa pesan apapun. Binar menatap pantulan wajahnya cermin kamar mandi yang mengembun karena uap panas. Nampak samar, seperti dirinya sendiri yang tak lagi bisa dikenali. Gemericik air yang mengalir di wastafel tak mampu menenangkan hatinya yang kelam setelah mendapati Dante menghilang dari pandangannya. “Ternyata dia membenciku ... karena aku meninggalkannya? saat aku bahkan belum mengerti apapun?" Binar tertawa miris. Pria itu membelenggunya karena ia pergi. Lalu, jika ia mencoba pergi lagi ... apakah Dante akan mulai merantai kakinya? Namun, bodohnya ... Binar malah merasa empati yang tinggi pada pria kejam itu. "Cinta apa yang menyiksa seperti ini?" Benci ... tapi mencintai. Menjaga ... tapi menyakiti. Melindungi ... tapi menahan disaat yang sama. Semua kontradiksi itu menjelma menjadi jeruji tak kasatmata yang mengekangnya ... sampai saat ini. Pria itu mencintainya deng

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   14. Dibalik luka

    Sudah beberapa malam berturut-turut, Binar terbangun dengan napas tersengal dan dada yang sesak. Pelipisnya selalu basah oleh keringat. Mimpi itu selalu sama. Potongan-potongan yang tak utuh, kabur, dan menyakitkan.Ada suara pintu dibanting ... jeritan perempuan... dan bau besi yang tajam.Dua tubuh bersimbah darah adalah bagian paling menyakitkan baginya. Dan Binar kecil bersembunyi dalam lemari gelap, menahan napas, memeluk boneka dengan kepala hampir copot.Terasa nyata. Namun ... siapa mereka? Ia tak tahu siapa mereka. Tak tahu dari mana asal mimpi itu.Tapi rasa sakitnya nyata. Terlalu nyata.Binar langsung menuliskan semuanya dalam jurnal miliknya yang kini penuh coretan kasar. Sebagian hampir tak bisa terbaca karena tangannya yang gemetar saat menuangkan kejadian dalam mimpinya yang mengerikan. ---Hari itu, Matthias tetap menjalankan tugasnya mengawal Binar. Mengawasi lebih tepatnya. Mata tajamnya tampak fokus pada Binar yang kini mulai sedikit demi sedikit mendapatkan ke

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   13. Belenggu Luka

    Binar terbangun dengan nafas terengah. Jantungnya berdegup tak karuan, keringat dingin membasahi tengkuk dan dahi. Lagi. Mimpi buruk itu lagi.Mimpi berulangnya ketika kecil, kini mulai ia percayai sebagai ingatan yang hilang. Sosok lelaki remaja yang menangis. Suara ledakan. Tangisan, dan ... sepasang lengan hangat yang selalu menarik tubuh kecilnya ke dalam pelukan menenangkan. "Tenang ... aku di sini. Aku tak akan meninggalkanmu."Namun, kali ini suara itu berganti. Lebih berat. Lebih dalam. Lebih ... dewasa.Dan terdengar seperti ... Matthias? Ini membingungkan. Kenapa Binar terpikir pria itu? Pria yang baru ia temui. Tangan kanan Dante. Tidak mungkin! Pintu terbuka pelan memperlihatkan sosok jangkung berdiri di ambang pintu, mengenakan kaos tipis dan celana hitam dengan rambutnya acak-acakan yang sayangnya makin terlihat tampan dan menggoda. Namun, tatapannya tajam, seperti singa yang baru bangun dari luka pertempuran.“Mimpi buruk lagi?” tanya Dante datar, tapi langkahnya

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   12. Fragmen

    Binar duduk di tepi tempat tidur, masih mengenakan kemeja Dante yang kebesaran. Wangi khas pria itu yang membuatnya memutuskan untuk memakainya. Bodoh memang.Tangan Binar gemetar saat mencoba menuliskan sesuatu di jurnalnya, tapi tak satu pun kata keluar. Binar ingin mengingat-ingat mimpinya, tapi Dante terus muncul dan mengganggu pikirannya.Kepalanya menunduk, menatap bekas merah di kulitnya.Sentuhan Dante.Ciumannya.Bisikannya yang lembut bak belati yang menyayat habis logikanya. Menjadikannya takluk. Namun, Binar tak ingin mengakuinya."Aku gila ya ...," bisiknya lirih.Kemudian, mata Binar berkaca-kaca saat bayangan Adrian kembali mengganggunya, seperti sebelumnya. Pria yang harus berakhir tragis karena kesalahannya. Setidaknya, itulah yang Binar pikirkan selama ini.Andai saja ... Binar tak mengajaknya bicara. Andai saja ... Binar tetap patuh.Dan Dante … pria yang memeluknya semalaman seolah dunia hanya mereka berdua … adalah pelakunya.Binar menutup mulutnya, menahan isak

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   11. Pecahan Ingatan

    Binar duduk memeluk lutut di atas kursi menghadap ke balkon. Matanya menerawang dengan serius, mencoba menggali ingatan kabur. Teh yang diberikan Matthias sudah mendingin tak tersentuh sama sekali. Mungkin, Binar juga tak sadar kalau perilakunya terus diperhatikan oleh bayangan di sudut kamar. Matthias tetap diam dan menunduk. Walaupun sesekali ia akan mendongak, mendapati Binar yang tak bergerak dari duduknya. Binar menatap kosong hamparan lapangan golf yang terbentang di halaman belakang mansion milik Dante. Pikirannya tetap melayang pada potongan-potongan mimpi aneh tadi malam yang masih melekat erat di benaknya.Suara perempuan.Senyuman hangat.Lalu .... Bocah kecil yang menggenggam tangannya.“Aku akan melindungimu.”Binar mengerutkan kening, mencoba menarik serpihan ingatan itu lebih jauh ke permukaan. Namun, yang ia dapatkan hanya rasa sakit mencengkeram di kepalanya. Menimbulkan rasa frustasi. "Siapa yang mengatakan itu?" bisik Binar pelan, hampir tak terdengar.Binar

  • Terperangkap Hasrat Tuan Mafia   10. Retakan Dalam Jeruji

    Keesokan harinya, Dante bangun lebih awal. Ia telah memakai setelan rapi, berdiri diam di samping ranjang Binar yang tengah tertidur pulas. Jemarinya menyentuh pipi Binar perlahan, takut membangunkan. Wajah Dante tetap tenang, tapi sorot matanya menyimpan emosi campur aduk. “Aku lebih suka kau membenciku,” bisik Dante lirih. “Itu lebih baik daripada kau pergi dari jangkauanku.”Di ruang kerjanya, Dante menyalakan rokok. Memandang diam tumpukan laporan organisasi yang ia abaikan beberapa pekan. Berulang kali ia menghembuskan kepulan asap. Di depannya, berdiri Matthias yang senantiasa diam tak bergerak menanti perintah. "Apa kau akan terus diam, Matthias?" tanya Dante memecah keheningan. "Aku di sini untuk mendengar perintah."Dante mengangguk pelan, menyesap rokoknya sekali lagi. "Begitu. Kalau begitu jaga dia.""Dia?" Matthias sedikit terperangah, tapi dengan cepat menguasai ekspresinya untuk kembali tenang. "Binar."Matthias mengedip, tetap tenang. "Sejauh mana aku harus menja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status