Olla menggelengkan kepala, dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Poin itu membuat hatinya terluka. Kenapa melarang dia hamil. Sebenci itukah pria yang di depannya ini kepadanya? Dia yang sudah membuat dirinya seperti ini, tapi kenapa dia yang marah. Seharusnya, dialah yang marah kepada pria tidak punya hati ini.
“Aku tidak akan tanda tangan. Ini sama saja, Anda kejam dan benar-benar tidak punya hati. Tapi, Anda jangan khawatir, saya tidak akan merayu Anda dan menggoda Anda, dan saya juga tidak akan berdekatan dengan Anda, apalagi jatuh cinta dengan Anda. Saya akan jaga jarak dengan Anda agar saya tidak hamil. Dan untuk harta, saya tidak akan sudi menerima satu sen pun dari Anda karena saya bukan pengemis. Saya akan pergi setelah Anda mendapatkan harta dari kakek. Jika tidak ada yang ingin Anda katakan, saya permisi,” ucap Olla yang segera pergi. Rafly yang melihat Olla pergi semakin murka. Dia tidak suka dibantah oleh siapapun. “Olla, dengar baik-baik. Saya tidak akan pernah mengakui anakmu itu. Dengar itu, Olla!” teriak Rafly dengan suara lantang. Olla yang berniat membuka pintu terpaku di depan pintu, dia tidak menyangka, kalau Rafly tidak mau mengakui anaknya jika dia hamil. Olla menghapus air matanya dengan tangan bergetar. “Baik, jika itu yang Anda inginkan, Tuan. Lagipula, melakukan sekali tidak akan mungkin membuat saya hamil. Anda jangan khawatir, tidak akan ada tuntutan sama sekali dari saya untuk Anda jika saya hamil nantinya,” jawab Olla dengan tegas. Olla langsung keluar dari ruangan itu. Hatinya hancur sangat hancur. Menikah karena kesucian direbut, sekarang Rafly meminta dia menandatangani surat pranikah yang isinya bukan pembagian harta lagi, akan tetapi di dalamnya tertulis Rafly melarang dia untuk hamil. Dan jika hamil, dia harus gugurkan janin itu, bukankah itu kejam? Olla mendengar suara teriakan Rafly dengan kencang akan tetapi, dia mengabaikannya. Olla tidak peduli karena dia sudah terlanjur sakit hati. Sampai di depan lift, tangan Olla gemetar saat tombol ditekan dan setelah terbuka, Olla segera masuk. Tangis pun pecah, Olla tidak bisa membendung kesedihannya. Olla memukul dadanya berkali-kali. Sesak di dada membuat dia ingin bunuh diri. “Kenapa dengan dia, kenapa Tuhan? Aku di sini korbannya, bukan dia. Aku juga tidak mau menikah dengan dia, aku masih ingin menikmati duniaku. Dia yang sudah menghancurkan hidupku, tapi kenapa dia yang merasa tersakiti, harusnya aku, Tuhan. Harusnya, aku!” tangis Olla. Olla menumpahkan semua kesedihan yang dia rasakan. Dan saat pintu lift terbuka, buru-buru Olla keluar dan dia berlari. Olla keluar dari pintu yang pertama dia masuk. Jadi, tidak ada karyawan suaminya yang tau. Olla berlari cukup kencang dan saat di halte bus, Olla duduk dan menutup wajahnya. Dia lagi-lagi menangis mengingat semua yang terjadi. Hujan turun dengan cukup deras, Olla mengangkat kepalanya dan menatap ke arah langit yang gelap. “Apakah ini takdirku, Tuhan? Apakah aku tidak bisa bahagia? Kapan aku bahagia, Tuhan? Kapan aku bisa mendapatkan kebahagiaan itu?” tanya Olla dengan tangis yang tiada henti. Cukup lama Olla berada di tempat tersebut, dia berharap agar hujan reda, akan tetapi hujan semakin deras dan mau tidak mau Olla pulang menggunakan taksi. Di dalam taksi, Olla masih memikirkan bagaimana caranya menolak untuk menandatangani surat tersebut. Dia tidak mau ada perjanjian yang tidak masuk akal seperti itu. “Nona, sudah sampai,” jawab supir taksi. Olla segera turun dari taksi setelah membayar taksi Olla langsung masuk ke dalam rumah. Tubuh Olla basah walaupun tidak kuyup. Satpam yang melihat Olla lari menghindari hujan hanya geleng kepala. Saat di dalam rumah terdengar suara teriakkan cukup kencang. Olla berhenti mendengar suara itu memanggilnya. Olla berhenti sejenak dan menoleh ke sumber suara. Ternyata, suara itu berasal dari ibu mertuanya. “Dari mana?” tanya Nyonya Megumi sorot mata tajam. “Saya diminta, Tuan Rafly untuk ke kantornya, Nyonya,” jawab Olla jujur. Nyonya Megumi menaikkan alisnya. Dia heran kenapa anaknya meminta Olla ke kantor. Nyonya Megumi melihat dari atas sampai bawah, tubuhnya basah walaupun tidak terlalu. “Kenapa dia memintamu kesana?” tanya Nyonya Megumi lagi. “Untuk ….” Olla menghentikan sejenak ucapannya karena mendengar suara Tuan Mathias dan Tuan Abraham. “Sudah sana pergi. Ganti pakaianmu dan satu lagi jangan katakan kamu ke sana. Ingat itu, awas kalau kamu katakan kalau kamu ke sana,” ancam Nyonya Megumi. Olla hanya menganggukkan kepala dan pergi dari hadapan Nyonya Megumi. Olla bergegas naik ke lantai atas dan mengganti pakaiannya. Saat di dalam kamar, tubuh Olla merosot ke bawah, lagi-lagi dirinya menangis. Mengingat apa yang terjadi hari ini. “Apa yang harus aku katakan ke Rafly jika dia kekeh meminta tanda tanganku. Apakah aku akan menandatangani surat itu. Dan jika aku beneran hamil bagaimana? Tidak mungkin, aku menggugurkan janin yang tidak berdosa ini. Kenapa dia memperlakukan aku seperti ini, kenapa?” tanya Olla kembali pada dirinya. Cukup lama Olla menangis sampai dirinya tertidur di lantai. Suara ketukan pintu terdengar, Olla yang berada di bawah terkejut mendengar ketukan pintu. “Nona Olla, saatnya makan malam. Anda sudah ditunggu di meja makan,” ucap Bibi Ann kepada Olla. Olla menepuk keningnya, dia baru sadar kalau dia harus berganti pakaian tetapi dia belum juga berganti pakaian sama sekali. “I-iya, Bibi Ann. Saya akan keluar sekarang,” sahut Olla. Olla segera berdiri dengan cepat, walaupun kepalanya sedikit pusing, Olla tetap kuat berjalan ke kamar mandi dan segera membersihkan diri dengan cepat. Dia tidak mau orang lain menunggunya. Selesai berpakaian, Olla segera keluar dan turun ke lantai bawah. Terdengar suara ibu mertuanya yang berbincang dengan anggota keluarga lain dan yang lebih mengejutkan suara Rafly. “Dia sudah pulang, apa dia ingin memintaku untuk menandatangani surat itu?” tanya Olla dengan suara pelan. Olla berusaha tenang agar tidak terlihat dirinya takut saat berhadapan dengan Rafly. Olla melangkahkan kaki ke arah meja makan. Saat sampai di meja makan, Olla menundukkan kepala ke arah semua anggota keluarga. “Malam semuanya. Maaf, saya terlambat,” ucap Olla. “Tidak apa, Nak. Duduklah,” jawab Tuan Mathias. Olla duduk di sebelah Rafly. Aura Rafly benar-benar membuat dirinya takut dan gugup. Tanpa sengaja, dirinya menekan paha Rafly. Niat hati ingin menekan tempat duduk di sisi kirinya karena terlalu gugup, dia melakukan yang tidak terduga hingga membuat Rafly refleksi terkejut dan menoleh ke arahnya. Olla yang melihat Rafly menoleh ke arahnya, ikut terkejut dan gugup. Olla mengutuk dirinya karena menekan paha Rafly. Bola mata Olla kesana kemari saat tatapan Rafly tertuju ke arahnya. Rafly yang tahu jika Olla tidak sengaja dan gugup saat dia memandangnya, hanya menatapnya tanpa ada satu patah kata pun yang keluar dari mulutnya. Melihat tatapan dingin dari Rafly membuat Olla semakin gugup sehingga dentingan sendok yang dia pegang jatuh sehingga semua orang memandang ke arah Olla. “Kenapa dengan kamu, Nak?” tanya Tuan Mathias. Olla yang ditanya oleh Tuan Mathias gugup, akan tetapi dia berusaha tenang agar Tuan Mathias tidak curiga. “Oh, ini Kakek, tangan Olla licin jadi jatuh sendoknya. Maafkan Olla, maaf semuanya,” jawab Olla dengan raut wajahnya yang gugup. Rafly kembali fokus dengan makanannya, dia tidak memperdulikan apa yang Olla lakukan. Olla makan dengan cepat dia takut jika Rafly murka karena dia sudah pergi begitu saja tadi siang. Setelah semua anggota keluarga selesai makan, Olla bergegas naik ke lantai dua. Saat, dia masuk ke kamar, Rafly juga ikut masuk. Rafly menutup pintu kamar dan dia berdiri tepat di depan Olla. “Bagaimana, Olla?” tanya Rafly yang sedikit ambigu. Karena penasaran, Olla balik bertanya. “Bagaimana apa, Tuan?” tanya Olla dengan gugup.Rafly menunjukkan amplop coklat yang tadi siang dia minta kepada Olla untuk tanda tangan. Olla memandang ke arah amplop coklat yang membuat dia mengingat kembali apa isi dari amplop tersebut. "Anda benar-benar tidak punya hati, Tuan Rafly. Anda kejam, tidak bisakah Anda menghapus perjanjian itu?" tanya Olla kembali. Rafly hanya diam dan menggelengkan kepala. Rafly tidak memperdulikan dengan penolakan Olla. Rafly tetap memberikannya dan melemparkan amplop tersebut hingga jatuh ke bawah. Rafly perlahan mendekati Olla. Rafly menatap Olla lekat tanpa rasa bersalah. Rafly bisa lihat dari sorot mata Olla ada rasa amarah, putus asa dan semua rasa bisa dia lihat di mata Olla, terlebih lagi rasa bencinya kepadanya, tapi Rafly tidak peduli sama sekali. "Tanda tangan," jawab Rafly singkat. Setelah mengucapkan itu, Rafly segera meninggalkan Olla. Dia keluar dari kamar dan tidak peduli dengan kondisi Olla saat ini.Olla masih berdiri di depan pintu, dia terpaku mendengar jawaban Rafly yang si
Olla menundukkan kepala saat ibu mertuanya menatap dirinya dengan tatapan mengintimidasi akan tetapi, Olla berusaha untuk tenang dan tersenyum. "Tidak perlu, kakek. Olla ingin di rumah saja. Lagipula, lagi Olla tidak terbiasa dengan perawatan yang seperti itu," jawab Olla yang akhirnya menjawab apa yang ditanyakan oleh Tuan Mathias. Tuan Mathias menoleh ke arah menantunya, dia ingin tahu apakah menantunya yang mengintimidasi cucunya itu itu. Nyonya Megumi tidak menyadari jika mertuanya menatap dirinya. Dia masih terus mengintimidasi Olla dan mendengar jawaban dari Olla dia senang dan tersenyum puas dengan jawaban Olla. Nyonya Megumi menoleh ke arah Tuan Mathias, karena dia ingin memberitahukan kalau Olla menolaknya bukan karena dia. Akan tetapi, saat Nyonya Megumi menoleh ke mertuanya, alangkah terkejutnya dia melihat sorot mata Tuan Mathias. Hingga dirinya, gugup dan jadi salah tingkah. "Ada apa, Daddy?" tanya Nyonya Molen yang raut wajahnya ketakutan. "Kenapa kamu tersenyum?
"Rafly, kenapa kamu tidak mengundang aku saat menikah? Apa kamu melupakan aku? Aku temanmu, tapi kamu melupakan aku. Jika bukan karena kakek, aku tidak akan tahu kamu menikah," ucap seseorang yang berjalan ke arah Rafly dan duduk telat di depannya. Edgar Emiliano, seorang pengusaha hotel dan dia juga teman masa kecil Rafly dan Edgar sama seperti Rafly, dia memiliki klan mafia yang sangat terkenal kejam. "Jangan dengarkan dia. Aku tidak pernah menikah. Kenapa kamu ke sini? Apa tidak dikejar FBI?" tanya Rafly menatap Edgar yang tersenyum mengejek ke arahnya.. "FBI? Mereka yang takut denganku. Lagipula, aku hanya ingin bertemu denganmu. Siapa yang kamu bunuh, Rafly?" tanya Edgar dengan serius. Rafly menaikkan alisnya, dia tidak tahu kemana arah pembicaraan sahabatnya ini. "Apa maksudmu?" tanya Rafly. Edgar men ondongkan tubuhnya ke Rafly dan dia tersenyum menyeringai ke Rafly hingga membuat Rafly kesal dengan Edgar. Rafly segera berdiri dari kursinya dan mengabaikan pertanyaan dar
Olla melihat kedatangan dari suaminya. Dia tidak menyangka kalau Rafly ada di sini. Olla gugup dan takut karena Rafly menatapnya dengan cukup tajam dan Olla juga melihat ada Dion serta satu pria yang Olla tidak tahu siapa. "Kalian siapa? Apa kalian kenal dia? Kalau kenal bagus, jadi saya minta ganti rugi dengan kalian. Lihat, dia sudah mengotori pakaianku. Lebih tepatnya mereka berdua yang membuat pakaianku seperti ini," jawab wanita tersebut menuju ke arah Olla dan juga pelayan yang saat ini menundukkan kepala.Keduanya tidak berani untuk menatap ke arah Rafly dan yang lainnya. Akan tetapi, pelayan yang menumpahkan makanan ke pakaian wanita itu angkat bicara. "Maaf, Tuan. Sebenarnya, saya yang salah. Saya tidak melihat Nona ini berdiri saya tidak sengaja menyenggol lengannya sehingga Nona ini terkejut hingga membuat nampan yang saya pegang jatuh, sekali lagi maaf," jawab pelayan tersebut mengakui kalau kesalahannya ada pada dia. Wanita tersebut tidak terima, baginya Olla juga sal
Dion segera membawa Olla pergi, dia tidak ingin menjadi tumbal dari tuannya. Jika tuannya itu marah maka dia harus tidur dengan si Bella, pelihara milik tuannya, walaupun si Bella tersebut jinak dengannya, tapi tetap saja semalaman tidur dengan si Bella akan membuat dia frustasi."Ayo, kakak kita lari. Sekarang, kita dalam bahaya kalau sampai suamimu marah, maka aku akan tidur dengan si Bella, bisa-bisa aku akan begadang selamanya eh semalaman," jawab Dion yang berlari mengejar Rafly yang sudah jauh meninggalkan mereka. Olla yang mendengarnya langsung terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Dion. Olla langsung bertanya ke Dion maksud dari perkataan Dion. "Apa maksudmu, Tuan, apa kamu tidak punya rumah, makanya tidur dengan Bella. Dan Bella itu siapa?" tanya Olla yang membuat Dion melotot."Apa maksudmu aku tidak punya rumah,kakak ipar? Aku punya rumah, siapa yang mengatakan aku tidak punya rumah? Suamimu itu tidak akan maafkan aku dan dia akan marah kepadaku karena kejadian ini. Apa
Nyonya Megumi terkejut melihat siapa yang datang. Dia langsung mendekati tamunya. Semua orang yang mengetahui siapa tamu dari Nyonya Megumi terkejut tapi mereka tidak bisa berkata-kata. "Aunty, apa kabar?" tanya seorang wanita yang merentangkan tangannya ke arah Nyonya Megumi untuk memeluk wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Sayang, Aunty. Menantu Aunty yang paling cantik, apa kabar, Sayang?" tanya Nyonya Megumi dengan senyum bahagia melihat siapa yang datang ke rumahnya. Niken Wilona muncul di depannya. Wanita yang anggun, cantik dan dia juga seorang model papan atas. Siapa yang tidak mengenal Niken Wilona. "Aunty bisa saja. Oh, ya, dimana Rafly? Apa dia belum pulang. Aku sudah mengirim dia pesan untuk menjemput aku. Tapi, you now lah, Aunty bagaimana Rafly, dia sama sekali tidak membalas pesanku. Aku sedih sekali dengan sikap Aldrich padaku, Aunty," adu Niken dengan wajah sendu. Nyonya Megumi menghela napas. Dia tidak mengerti dengan sikap Rafly saat ini. Dia jug
Suasana di meja makan tidak ada yang berbicara. Sejak perkataan yang keluar dari mulut Tuan Mathias membuat semua orang terdiam. Termasuk, Niken dan Nyonya Megumi. Nyonya Megumi tidak bisa berkata-kata saat ini dia langsung bungkam dengan perkataan dari mertuanya itu. Tentu saja yang dikatakan oleh mertuanya itu menampar dirinya. "Olla, bagaimana dengan belanjamu hari ini? Apa menyenangkan?" tanya Tuan Mathias yang akhirnya membuka suara dan menanyakan kepergian dia ke mall dengan Megumi menantunya itu. Olla yang ditanya hanya bisa diam, dia bingung mau jawab apa. Dirinya tidak tahu apakah dia harus berkata jujur atau tidak. Rafly masih diam, dia tahu jika ibunya meninggalkan Olla di mall karena masalah yang Olla hadapi. "Jadi, kakek," jawab Olla singkat. Nyonya Megumi lega karena Olla jujur kepadanya dan tidak mengatakan apapun. "Banyak yang menyukai Olla. Mereka katakan Olla tidak perlu perawatan, dia sudah cantik alami. Aku jadi tersanjung dengan mereka."Nyonya Megumi menim
"Kamu! Kenapa ada di sini. Buat aku jantungan saja. Ngapain ngendap-ngendap seperti maling?" tanya Nyonya Megumi ke suaminya. "Siapa yang mengendap-ngendap, aku dari tadi memanggilmu. Makanya, kamu itu jangan merencanakan sesuatu tanpa aku ketahui. Jika nanti kalau sudah ketahuan, kamu merengek-rengek kepadaku minta bantuanku. Sekarang, aku tanya padamu, apa yang kamu janjikan kepada Niken?" tanya Tuan Abraham kepada istrinya Nyonya Megumi. "Aku tidak ada menjanjikan apa-apa, kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh, lebih baik tidur sana, menyebalkan," omel Nyonya Megumi yang segera masuk.Nyonya Megumi menghentakkan kakinya dengan kencang di depan Tuan Abraham. Dia sangat kesal dengan suaminya itu, bisa-bisanya mengejutkan dirinya yang melamun. Dia berpikir kalau itu adalah tuan Mathias namun, nyatanya bukan. Rafly yang masih berada di ruangan kerjanya terlihat fokus dan dia menyusun beberapa barang yang akan dikirim dan juga dia saat ini sedang berkomunikasi dengan Dion melalui Sky
"Adrian, kamu di mana?" tanya Niken kepada Adrian yang saat ini sedang mencari keberadaan teman Olla yang membantunya waktu di rumah sakit tempo hari. Adrian yang mendapat telpon dari Niken kesal, karena disaat dia ingin mencari tahu keberadaan teman Olla, Niken menghubungi dirinya. "Ada apa? Kenapa kamu menghubungi aku? Apa yang kamu inginkan? Katakan padaku, cepat!" ketus Adrian yang posisinya mengintai perusahaan Rafly. Sudah beberapa hari ini diaa terus mengintai ke perusahaan milik Rafly dan tentu saja yang di lakukan Adrian untuk mengikuti Dion. Karena dia tahu saat di rumah sakit, sahabat Olla bersama dengan Dion. Mendengar suara ketus Adrian tentu saja membuat Niken kesal dan dia segera mengakhiri panggilan telpon dengan Adrian. Adrian yang panggilan telponnya terputus menyerngitkan kening, dia heran karena telepon dari Niken terputus. "Kenapa dengannya? Apa yang terjadi. Dia sudah menghubungiku, tapi dia mengakhirinya. Dasar wanita tidak jelas. Ini kenapa asisten dari R
"Jelas itu penghianatan, tapi aku tidak peduli aku memang sengaja menjebaknya. Dia yang mengambilnya, aku yang mencurinya. Jika aku yang mengambilnya, sudah dipasti aku tidak bisa melawan mereka, strategi dari Rafly bagus, dia terlalu pintar makanya dia dijuluki sebagai King Dragon," jawab Marcel yang dianggukan oleh Simon. Dia tahu betul Rafly itu tidak ada tandingannya, benar-benar seperti seekor naga yang jika didekati akan menyemburkan api. Rafly seorang pria yang mempunyai sosok yang lebih kejam dia seperti malaikat pencabut nyawa, sudah banyak yang dia bunuh. Orang-orang itu adalah orang-orang yang berkhianat dengannya. "jadi sementara waktu apakah kita harus menyerahkan nuklir itu kepada orang lain? Menurut aku, kita jual saja sebelum meledakkannya bagaimana?" tanya Simon. "Jangan diserahkan atau dijual, kita ancam saja negara dan kita ambil uang sebanyak mungkin jika negara mengatakan jangan diledakkan kita akan katakan iya, tapi setelah mendapatkan uang dari mereka baru le
Olla terbangun karena mendengar si kembar bangun tepatnya anaknya yang nomor satu. Terdengar suara Delon yang merengek hingga Olla segera bangun dan mendekati anak pertamanya itu. Olla melihat Delon memandang ke arahnya dan memperlihatkan wajah memelas seperti ingin digendong.Olla pun segera mengambil si kembar dengan sangat hati-hati karena kedua anaknya yang lain masih tertidur. Olla tersenyum ke arah Delon. "Ada apa, Sayang. Kenapa kamu menangis apa kamu merindukan Daddy? Sabar ya. Daddy, lagi kerja nanti kalau Daddy sudah pulang kamu boleh bermain dengan daddy, oke. Sekarang, tidurlah," ucap Olla yang menina bobokan Delon. Karena saat ini, Delon masih sangat rewel. Dia tidak ingin mengganggu mertuanya tidur dan dua si kembar lainnya. Olla menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil terus bersenandung kecil. Olla mendengar suara ponselnya berdering dengan segera dia mendekati meja yang di samping tempat tidurnya. Olla melihat ID penelpon dan wajahnya tersenyum karena tel
Rafly membuka matanya dan dia menatap ke arah sekeliling. Dia mencoba untuk mengingat dan setelah ingat, barulah dia sadar kalau dia tertembak di dada dan sampai di sini. Rafly melihat teman-temannya yang tertidur dan dia hanya bisa melihat tanpa memanggil mereka karena dia tidak mau diganggu. "Olla, bagaimana dengan Olla. Apakah dia merisaukan aku saat ini? Aku benar-benar sedih karena Olla pasti memikirkan keberadaan aku. Aku tidak memberikan kabar dan si kembar juga. Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menghubungi kamu karena kondisi aku seperti ini. Aku tidak mau kamu memikirkan aku dan aku tidak mau kamu kecewa, aku lakukan ini untuk kamu, aku mau lindungi kamu," ucap Rafly yang tiba-tiba saja dia melow dan meneteskan air mata mengingat banyaknya orang yang ingin memisahkan dia dan dia juga tahu kalau Adrian dan Niken juga melakukan hal yang dia pikirkan. Dion menggerakkan tubuhnya yang kedinginan, mereka tidur di bawah dengan alas yang seadanya. Dion mendengar suara orang mena
Rafly masih dirawat di rumah sakit dia belum sadarkan diri. Dion dan para sahabat menemani Rafly di ruang inap. Mereka tidak meninggalkan Rafly sama sekali. "Kapan dia bangun, i tidak tahu kalau nanti bertemu Olla, apa lagi yang harus i jawab. Apa tidak sebaiknya you katakan saja pada keluarga dia. Kasihan, kalau dia tidak ada yang menemani, kalau terjadi sesuatu setelah ini, kita akan dituduh. You tahu sendiri ibunya seperti apa, i tidak sanggup untuk melihat semua ini," jawab Nancy yang menyarankan kepada sahabat Rafly yang lain untuk memberitahukan kepada keluarga Rafly. "Kamu tenang saja, dokter mengatakan kalau Rafly akan baik, itu artinya dia akan baik. Jadi, biarkan Rafly sendiri ya mengatakannya kepada keluarganya sendiri, karena ini masalah dia dan keluarganya, kita jangan ikut campur," jawab Edgar yang diganggukan oleh Ferrel dan juga Keano. Dion setuju dengan sahabat tuannya ini, dia juga tidak berhak untuk memberitahukan orang tuanya tuannya itu, karena itu ranah pribad
"Kita harus mengeceknya dulu baru kita tahu apakah itu benar-benar milik Marcel dan bukan Malik, kamu ini asal sebut nama. Siapa Malik itu?" tanya Edgar. Ferrel mendengar perkataan dari Edgar tersipu malu. Ferrel salah menyebut nama, dia katakan Malik dan harusnya Marcel. Tentu saja itu membuat Edgar dan juga Keano menggelengkan kepala karena sahabatnya itu benar-benar salah dalam menafsir siapa orang yang sudah mereka tuduh sebagai penghianat. "Maaflah aku, bro. Aku lupa nama dia. Pantes saja kok namanya tidak familiar untukku, ternyata salah orang," jawab Ferrel sembari tertawa dan dirinya meminta maaf kepada teman-temannya kalau dia salah menyebutkan nama. "Oh, ya aku rasa lebih baik kamu beritahukan segera kepada Olla, Dion. Katakan kalau kalian sedang berada di luar negeri. Katakan Rafly ada urusan pekerjaan karena aku yakin saat ini dia sedang mengkhawatirkan Rafly, terlebih lagi tadi kita mendengarkan kalau si kembar sedang nangis dan aku yakin saat ini Olla pasti memikirkan
Saat ini Rafly dibawa ke rumah sakit dan dia mendapatkan pertolongan pertama. Dada Rafly ditembak oleh musuhnya. "Aduh, bahaya ini. Bagaimana caranya kita beritahukan ke kekeluargaan dia? Apa yang akan kita katakan nanti, aku tidak berani untuk mengatakannya," ungkap Edgar yang takut untuk memberitahu kepada keluarga Rafly apa yang terjadi dengan Rafly. "Sabar, kita akan beritahukan semuanya nanti, kita lihat kondisi Rafly semoga dia baik. Jangan ada yang beritahukan dulu, karena aku yakin saat ini Rafly akan selamat dan pelurunya tidak mengenai sesuatu yang vital dari tubuhnya." Ferrel menenangkan sahabatnya dan yang lainnya kalau Rafly akan baik saja. Mendengar apa yang dikatakan oleh Ferrel tentu saja Edgar dan yang lainnya menganggukkan kepala mereka yakin kalau Rafli tidak akan mendapatkan masalah yang berarti dalam artian pelurunya tidak mengenai jantung atau apapun itu. Dokter yang biasa menangani Rafli dan sahabatnya saat ini sangat hati-hati untuk melakukan operasi terhad
Rafly masih menunggu kondisi aman dan dia tidak mau sampai ada yang mengetahui kedatangannya ke tempat ini. Dan tentu saja itu membuat Rafly harus bisa atur strategi. Sedangkan di dalam markas tersebut, Marcel dan Simon masih duduk dan berdiskusi. "Kapan kita culik mereka? Apakah kalian semua sudah ada ide bagaimana caranya menculik wanita dari Rafly?" tanya Marcel kepada Simon. "Aku rasa ideku hanya satu langsung ke tempat di mana mereka berada. Maksudnya, tempat tinggalnya kita datangi dan dengan begitu kita bisa menculik mereka. Karena kalau kita tunggu mereka keluar tidak mungkin apa lagi kalau menunggu kedua orang itu. Rencana mereka tidak akan bisa digunakan," jawab Simon. "Maksudnya kamu mereka siapa? Niken dan Adrian ya? Kenapa tidak minta tolong mereka. Bukannya, salah satu dari mereka bisa mendekati wanita itu. Kalau tidak salah si Adrian. Dia bisa melakukan itu, kita tidak perlu repot untuk mengejar sampai di rumah." Marcel menyarankan Adrian untuk menjadi tumbal mereka
Rafly pun segera melakukan apa yang sudah dia rencanakan. Dia akan pergi ke tempat di mana Niken dan Adrian saat itu datangi, saat ini Raffi bergerak menuju ke tempat tersebut. Dia berharap bisa bertemu dengan dua orang yang menjadi musuhnya dan dia akan memperlakukan musuh-musuhnya itu dengan cukup baik dalam artian melenyapkannya.Sedangkan Olla yang berada di rumah saat ini tengah bersama dengan si kembar. Dia melihat si kembar sudah wangi, bersih dan saat ini memandang ke arah ketiganya. Mereka sudah diberikan susu namun belum juga tidur. "Kalian kenapa belum tidur, apa kalian ingin sesuatu?" tanya Olla kepada ketiga putranya yang masih memandang ke arahnya dan tersenyum. Tidak ada yang membuat kebahagiaan di hati Olla saat ini. Olla terus tersenyum dan bermain dengan ketiganya. Pintu kamar Olla terbuka terlihat sang mertua datang mendekati Olla dan juga si kembar. "Mereka belum tidur, ya? Wah, lihat ini. Cucu nenek cakep sekali. Mereka bertiga sangat tampan sekali, ya. Kamu s