Olla, hanya melihat kepergian dari Rafly tanpa ada sepatah kata pun yang diucapkan ke Rafly. Olla segera merapikan meja makan akan tetapi dicegah oleh Tuan Mathias.
“Jangan kamu kerjakan itu, di rumah ini ada pelayan. Kamu istirahat saja. Oh, ya Olla, kakek mau keluar, kamu mau titip sesuatu?” Tanya Tuan Mathias. Olla menggelengkan kepala ke arah Tuan Mathias dan langsung menjawabnya. “Tidak, kakek,” jawab Olla singkat sembari tersenyum. Olla takut untuk meminta kepada pria sepuh itu karena mertuanya memandangnya tajam. Tuan Mathias pun tersenyum dan pergi dengan anaknya. Nyonya Monalisa mengantar suami dan mertuanya itu ke depan. Baru setelah itu dia kembali dan dia mendekati Olla. “Kamu, bersihkan rumah ini jangan ada yang kotor. Pulang nanti, saya akan periksa. Dan, kalian semua jangan ada yang membantunya, ingat itu!” tegas Nyonya Megumi. “Baik, Nyonya,” jawab Olla singkat. Olla mengiyakan perintah mertuanya dan para pelayan tidak ada yang berani membantu Olla. Nyonya Megumi segera pergi, dia terlihat terburu-buru masuk ke kamar dan tidak lama Nyonya Megumi keluar dengan tas. “Dengar, ya, jangan ada yang bantuin dia. Kerjakan pekerjaan kalian. Jika sampai ketahuan, saya akan pecat kalian!” ancam Nyonya Megumi. Pelayan hanya menganggukkan kepala. Mereka takut dengan ancaman sang majikan. Nyonya Megumi segera pergi keluar. Olla hanya tersenyum kecil ke arah pelayan. Olla melakukan apa yang diperintahkan oleh mertuanya. Semua pekerjaan yang dikerjakan oleh Olla sama seperti pekerjaan sebelum dirinya menikah dengan Rafly. Tidak ada satupun pelayan yang membantunya. Olla mengerjakan dengan sepenuh hati dan saat dia di halaman belakang rumah, supir Rafly yang bernama Pak Moen mendekatinya dan memanggilnya hingga membuat dirinya terkejut. “Astaga, Pak Moen, terkejut saya. Ada apa, Pak?” tanya Olla yang segera berdiri. “Permisi, Nona, maaf mengganggu. Anda diminta oleh Tuan untuk ke perusahaan. Katanya, Tuan mau ajak Anda makan siang,” ucap Pak Moen ke Olla. Olla menaikkan alisnya, dia tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh supir Rafly. Olla masih diam dan termenung mendengarnya. “Nona Olla, Nona,” panggil pak Moen. “Eh, maaf, Pak. Makan siang?” tanya Olla ke Pak Moen. Pak Moen menganggukkan kepala membenarkan apa yang Olla katakan. Dalam rangka apa dirinya diajak makan siang. Tidak mau berlama-lama, Olla segera bersiap. Olla takut jika Rafly marah karena terlalu lama menunggunya. Selesai bersiap, Olla segera masuk ke mobil menuju ke perusahaan. Beruntung, mertua Olla tidak ada di rumah jadi dia bisa ke perusahaan. Jika tidak, pasti dia dilarang untuk pergi sebelum pekerjaannya siap. Olla memandangi jalan raya yang ramai, gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi. Mobil masuk ke dalam halaman gedung yang cukup tinggi dan langsung ke parkiran. “Nona, kita sudah sampai,” ucap Pak Moen. Olla melihat dari dalam mobil perusahaan Rafly yang cukup besar dan dia baru pertama ke sini. Sejak menikah, dia dilarang ke perusahaan. Pintu dibuka oleh Pak Moen. Olla keluar dari mobil mengikuti Pak Moen ke ruangan Rafly dari pintu belakang. “Nona, silahkan ikut saya!” ajak Pak Moen agar Olla mengikutinya dan mempersilahkan Olla untuk masuk lebih dulu ke dalam lift yang akan mengantar mereka ke ruangan Rafly. Sesampainya, di lantai dimana ruang Rafly berada, Dion menyambutnya dan membawa Olla ke ruangan Rafly. Dion diberitahu kalau Olla sudah sampai oleh supir yang menjemputnya. Ketukan pintu dan sahutan dari dalam seketika membuat Olla merinding. “Silahkan masuk, kakak ipar,” ucap Dion dengan ramah. Dion tahu kalau Olla takut dengan Rafly. Wajahnya yang tadinya biasa saja, tiba-tiba pucat saat masuk ke ruangan Rafly. Wajar dia takut karena Rafly tidak menginginkan Olla. Olla tersenyum kecil ke arah Dion. “Terima kasih,” jawab Olla dengan ramah. Olla merasakan aura di ruangan suaminya sangat menakutkan dan dia menatap Rafly yang sibuk dengan berkasnya. Kacamata bertengger di hidung mancungnya. Olla tidak berani menatap Rafly lama-lama. Dia takut jika Rafly akan marah padanya. “Tuan, Nona Olla sudah datang. Silahkan, duduk Nona. Mau minum apa?” tanya Dion dengan sopan. “Tidak, saya sudah minum, terima kasih,” jawab Olla kembali dengan sopan dan suara yang lembut. Rafly melirik Dion dan Olla yang berinteraksi sangat intens. Rafly berdehem dan dia menyudahi kegiatannya dan segera mengambil amplop yang di meja dan melemparkan ke Olla. Olla yang dilempar oleh Rafly amplop coklat terkejut dan dia melihat amplop itu. Rafly menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap Olla dengan tajam. “Ap-apa ini, Tuan?” tanya Olla ke Rafly. “Bisa baca?” tanya Rafly balik. Olla menganggukkan kepala dan mengambil amplop coklat yang tadi dilempar oleh Rafly. Dia tidak ingin bertanya terlalu panjang, lebih baik membacanya. Tatapan tajam bak belati membuat Olla langsung mengalihkan pandangannya dan dia membuka amplop dan membacanya satu persatu. Tiba di point keenam, Olla berhentikan sejenak dan karena penasaran maksudnya point ke enam, Olla memberanikan diri untuk melihat Rafly dan kali ini ketakutan itu hilang begitu saja. Rafly yang dipandang oleh Olla, menaikkan alisnya. Rafly heran kenapa Olla memandangnya. Sebaliknya, berbeda dengan Olla, ia ingin tahu kenapa Rafly membuat surat ini. “Ap-apa ini, Tuan?” tanya Olla dengan suara terbata-bata. “Surat pra nikah. Tanda tangan, cepat ” jawab Rafly. “Saya tidak mau. Kenapa, Anda kejam sekali, Tuan. Apa hati nurani Anda sudah mati?” tanya Olla dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca. Mendengar perkataan Olla, Rafly seketika murka, dia tidak terima dengan apa yang Olla katakan. Rafly memukul meja kerjanya dengan cukup keras. Olla terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rafly. Olla mulai takut melihat reaksi Rafly yang marah dan murka padanya. Tapi, dia memberanikan diri untuk tetap memandang Rafly. “Apa yang kamu katakan tadi, Olla. Saya tidak punya hati nurani? Jaga ucapanmu, Olla!” bentak Rafly dengan suara keras dan napasnya naik turun. “Anda memang tidak punya hati, kenapa Anda lakukan ini pada saya. Apa salah saya?” tanya Olla balik. Olla meletakkan kembali surat itu ke hadapan Rafly. Dion hanya bisa diam, dia tidak berani untuk ikut campur. Ini urusan rumah tangga, tapi dia penasaran kenapa bisa Olla marah, apa dia tidak terima dengan isi surat itu. Rafly mengambil surat itu dan berpura-pura untuk membacanya. Rafly tersenyum menyeringai saat membaca poin yang ditambahkan. Inilah yang dia inginkan tadi. Tapi, asistennya tidak menambahkan. “Kenapa? Apa kamu tidak suka? Apa yang kamu harapkan dengan point ini, bukannya jika bercerai kamu tidak perlu memikirkan apapun. Apa kamu jatuh cinta padaku, Olla?" tanya Rafly tanpa rasa bersalah. "Tidak, memikirkan mereka? Jatuh cinta? Anda benar-benar tidak punya hati. Saya tidak pernah jatuh cinta dengan Anda. Kenapa Anda tega katakan itu, Tuan Rafly yang terhormat. Bagaimana kalau kakek tahu Anda melakukan ini ke saya? Apa Anda akan limpahkan semuanya kesalahan ini ke saya?" tanya Olla lagi. "Tutup mulutmu, Olla. Jangan bawa kakek dalam masalah ini. Dan jangan menggurui aku. Aku tahu apa yang terbaik buat aku dan kamu. Sekarang! Tanda tangan, cepat!" Bentak Rafly. Rafly tidak terima jika Olla protes dengan poin yang ditambahkan di surat perjanjian pra nikah itu.Olla menggelengkan kepala, dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Poin itu membuat hatinya terluka. Kenapa melarang dia hamil. Sebenci itukah pria yang di depannya ini kepadanya? Dia yang sudah membuat dirinya seperti ini, tapi kenapa dia yang marah. Seharusnya, dialah yang marah kepada pria tidak punya hati ini. “Aku tidak akan tanda tangan. Ini sama saja, Anda kejam dan benar-benar tidak punya hati. Tapi, Anda jangan khawatir, saya tidak akan merayu Anda dan menggoda Anda, dan saya juga tidak akan berdekatan dengan Anda, apalagi jatuh cinta dengan Anda. Saya akan jaga jarak dengan Anda agar saya tidak hamil. Dan untuk harta, saya tidak akan sudi menerima satu sen pun dari Anda karena saya bukan pengemis. Saya akan pergi setelah Anda mendapatkan harta dari kakek. Jika tidak ada yang ingin Anda katakan, saya permisi,” ucap Olla yang segera pergi. Rafly yang melihat Olla pergi semakin murka. Dia tidak suka dibantah oleh siapapun. “Olla, dengar baik-baik. Saya tidak akan perna
Rafly menunjukkan amplop coklat yang tadi siang dia minta kepada Olla untuk tanda tangan. Olla memandang ke arah amplop coklat yang membuat dia mengingat kembali apa isi dari amplop tersebut. "Anda benar-benar tidak punya hati, Tuan Rafly. Anda kejam, tidak bisakah Anda menghapus perjanjian itu?" tanya Olla kembali. Rafly hanya diam dan menggelengkan kepala. Rafly tidak memperdulikan dengan penolakan Olla. Rafly tetap memberikannya dan melemparkan amplop tersebut hingga jatuh ke bawah. Rafly perlahan mendekati Olla. Rafly menatap Olla lekat tanpa rasa bersalah. Rafly bisa lihat dari sorot mata Olla ada rasa amarah, putus asa dan semua rasa bisa dia lihat di mata Olla, terlebih lagi rasa bencinya kepadanya, tapi Rafly tidak peduli sama sekali. "Tanda tangan," jawab Rafly singkat. Setelah mengucapkan itu, Rafly segera meninggalkan Olla. Dia keluar dari kamar dan tidak peduli dengan kondisi Olla saat ini.Olla masih berdiri di depan pintu, dia terpaku mendengar jawaban Rafly yang si
Olla menundukkan kepala saat ibu mertuanya menatap dirinya dengan tatapan mengintimidasi akan tetapi, Olla berusaha untuk tenang dan tersenyum. "Tidak perlu, kakek. Olla ingin di rumah saja. Lagipula, lagi Olla tidak terbiasa dengan perawatan yang seperti itu," jawab Olla yang akhirnya menjawab apa yang ditanyakan oleh Tuan Mathias. Tuan Mathias menoleh ke arah menantunya, dia ingin tahu apakah menantunya yang mengintimidasi cucunya itu itu. Nyonya Megumi tidak menyadari jika mertuanya menatap dirinya. Dia masih terus mengintimidasi Olla dan mendengar jawaban dari Olla dia senang dan tersenyum puas dengan jawaban Olla. Nyonya Megumi menoleh ke arah Tuan Mathias, karena dia ingin memberitahukan kalau Olla menolaknya bukan karena dia. Akan tetapi, saat Nyonya Megumi menoleh ke mertuanya, alangkah terkejutnya dia melihat sorot mata Tuan Mathias. Hingga dirinya, gugup dan jadi salah tingkah. "Ada apa, Daddy?" tanya Nyonya Molen yang raut wajahnya ketakutan. "Kenapa kamu tersenyum?
"Rafly, kenapa kamu tidak mengundang aku saat menikah? Apa kamu melupakan aku? Aku temanmu, tapi kamu melupakan aku. Jika bukan karena kakek, aku tidak akan tahu kamu menikah," ucap seseorang yang berjalan ke arah Rafly dan duduk telat di depannya. Edgar Emiliano, seorang pengusaha hotel dan dia juga teman masa kecil Rafly dan Edgar sama seperti Rafly, dia memiliki klan mafia yang sangat terkenal kejam. "Jangan dengarkan dia. Aku tidak pernah menikah. Kenapa kamu ke sini? Apa tidak dikejar FBI?" tanya Rafly menatap Edgar yang tersenyum mengejek ke arahnya.. "FBI? Mereka yang takut denganku. Lagipula, aku hanya ingin bertemu denganmu. Siapa yang kamu bunuh, Rafly?" tanya Edgar dengan serius. Rafly menaikkan alisnya, dia tidak tahu kemana arah pembicaraan sahabatnya ini. "Apa maksudmu?" tanya Rafly. Edgar men ondongkan tubuhnya ke Rafly dan dia tersenyum menyeringai ke Rafly hingga membuat Rafly kesal dengan Edgar. Rafly segera berdiri dari kursinya dan mengabaikan pertanyaan dar
Olla melihat kedatangan dari suaminya. Dia tidak menyangka kalau Rafly ada di sini. Olla gugup dan takut karena Rafly menatapnya dengan cukup tajam dan Olla juga melihat ada Dion serta satu pria yang Olla tidak tahu siapa. "Kalian siapa? Apa kalian kenal dia? Kalau kenal bagus, jadi saya minta ganti rugi dengan kalian. Lihat, dia sudah mengotori pakaianku. Lebih tepatnya mereka berdua yang membuat pakaianku seperti ini," jawab wanita tersebut menuju ke arah Olla dan juga pelayan yang saat ini menundukkan kepala.Keduanya tidak berani untuk menatap ke arah Rafly dan yang lainnya. Akan tetapi, pelayan yang menumpahkan makanan ke pakaian wanita itu angkat bicara. "Maaf, Tuan. Sebenarnya, saya yang salah. Saya tidak melihat Nona ini berdiri saya tidak sengaja menyenggol lengannya sehingga Nona ini terkejut hingga membuat nampan yang saya pegang jatuh, sekali lagi maaf," jawab pelayan tersebut mengakui kalau kesalahannya ada pada dia. Wanita tersebut tidak terima, baginya Olla juga sal
Dion segera membawa Olla pergi, dia tidak ingin menjadi tumbal dari tuannya. Jika tuannya itu marah maka dia harus tidur dengan si Bella, pelihara milik tuannya, walaupun si Bella tersebut jinak dengannya, tapi tetap saja semalaman tidur dengan si Bella akan membuat dia frustasi."Ayo, kakak kita lari. Sekarang, kita dalam bahaya kalau sampai suamimu marah, maka aku akan tidur dengan si Bella, bisa-bisa aku akan begadang selamanya eh semalaman," jawab Dion yang berlari mengejar Rafly yang sudah jauh meninggalkan mereka. Olla yang mendengarnya langsung terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Dion. Olla langsung bertanya ke Dion maksud dari perkataan Dion. "Apa maksudmu, Tuan, apa kamu tidak punya rumah, makanya tidur dengan Bella. Dan Bella itu siapa?" tanya Olla yang membuat Dion melotot."Apa maksudmu aku tidak punya rumah,kakak ipar? Aku punya rumah, siapa yang mengatakan aku tidak punya rumah? Suamimu itu tidak akan maafkan aku dan dia akan marah kepadaku karena kejadian ini. Apa
Nyonya Megumi terkejut melihat siapa yang datang. Dia langsung mendekati tamunya. Semua orang yang mengetahui siapa tamu dari Nyonya Megumi terkejut tapi mereka tidak bisa berkata-kata. "Aunty, apa kabar?" tanya seorang wanita yang merentangkan tangannya ke arah Nyonya Megumi untuk memeluk wanita paruh baya yang masih cantik itu. "Sayang, Aunty. Menantu Aunty yang paling cantik, apa kabar, Sayang?" tanya Nyonya Megumi dengan senyum bahagia melihat siapa yang datang ke rumahnya. Niken Wilona muncul di depannya. Wanita yang anggun, cantik dan dia juga seorang model papan atas. Siapa yang tidak mengenal Niken Wilona. "Aunty bisa saja. Oh, ya, dimana Rafly? Apa dia belum pulang. Aku sudah mengirim dia pesan untuk menjemput aku. Tapi, you now lah, Aunty bagaimana Rafly, dia sama sekali tidak membalas pesanku. Aku sedih sekali dengan sikap Aldrich padaku, Aunty," adu Niken dengan wajah sendu. Nyonya Megumi menghela napas. Dia tidak mengerti dengan sikap Rafly saat ini. Dia jug
Suasana di meja makan tidak ada yang berbicara. Sejak perkataan yang keluar dari mulut Tuan Mathias membuat semua orang terdiam. Termasuk, Niken dan Nyonya Megumi. Nyonya Megumi tidak bisa berkata-kata saat ini dia langsung bungkam dengan perkataan dari mertuanya itu. Tentu saja yang dikatakan oleh mertuanya itu menampar dirinya. "Olla, bagaimana dengan belanjamu hari ini? Apa menyenangkan?" tanya Tuan Mathias yang akhirnya membuka suara dan menanyakan kepergian dia ke mall dengan Megumi menantunya itu. Olla yang ditanya hanya bisa diam, dia bingung mau jawab apa. Dirinya tidak tahu apakah dia harus berkata jujur atau tidak. Rafly masih diam, dia tahu jika ibunya meninggalkan Olla di mall karena masalah yang Olla hadapi. "Jadi, kakek," jawab Olla singkat. Nyonya Megumi lega karena Olla jujur kepadanya dan tidak mengatakan apapun. "Banyak yang menyukai Olla. Mereka katakan Olla tidak perlu perawatan, dia sudah cantik alami. Aku jadi tersanjung dengan mereka."Nyonya Megumi menim
"Tenanglah, biarkan istrimu yang melakukannya karena istrimu yang bersalah karena mengikuti kemauan Niken dan dia juga yang memulainya. Jika dia tidak memulainya, maka wanita itu maksudnya Niken tidak akan seperti ini, jadi kamu tenang, Daddy yakin kalau istrimu itu akan bersikap seperti ibu pada umumnya," ucap Tuan Mathias mencoba menenangkan anaknya. Nyonya Megumi benar-benar melakukan apa yang diminta oleh suaminya. Dia menghubungi Niken dan saat sambungan telpon masuk. Amarah Nyonya Niken menggebu saat mendengar suara Niken yang manja padanya tapi karena terlanjur kesal dan marah karena tidak bisa menggendong si kembar dia balik memarahi Niken. "Niken, keterlaluan kamu. Kenapa kamu mengatakannya? Apa maksud kamu. Aunty tidak menyangka kamu malah nuduh aunty yang tidak-tidak. Rencana itu kamu yang buat kenapa limpahkan ke aunty? Aunty tidak mau tahu, kamu jangan ke rumah aunty lagi. Kamu benar-benar keterlaluan," amuk Nyonya Megumi kepada Niken yang hanya diam dan sekali-kali dia
"Bukan, ibunya. Sebentar aku jawab dulu," ucap Niken yang segera menekan tombol hijau di ponselnya. "Halo, ada apa aunty?" tanya Niken. Niken mendengar ocehan dan amukan dari Nyonya Niken. Niken mengepalkan tangannya, dia tidak percaya jika dia dimaki oleh wanita tersebut. "Aku tidak mengatakannya, sumpah demi Tuhan, buat apa aku mengatakan ke Rafly. Itu ideku, jadi mana mungkin ideku aku kasih tahu. Cari mati itu, aunty," jawab Niken membela dirinya. Niken lagi-lagi diam dan menahan emosinya saat Nyonya Megumi terus memarahi Niken. "Aunty, dengar a ...." Panggilan berakhir. Niken tidak bisa berkata-kata lagi, dia sudah selesai bicara lebih tepatnya ponselnya sudah padam. "Wanita tua tidak tahu diri, bisa-bisanya dia memarahi aku, apa dia tidak tahu kalau aku ingin sekali membunuhnya. Tapi, dari mana Rafly tahu rencanaku mengusir pembantu itu? Apa dia dengar aku bicara dengan ibunya ? Tapi, dia di rumah sakit, mana mungkin dia di sana," ucap Niken pda dirinya sendiri dan tentu s
"Bukan, aku tidak berpikiran seperti itu, carikan saja setelah ketemu beritahukan denganku, sekarang aku pergi dulu, aku tunggu rencananya," jawab Adrian yang segera turun dari mobil Niken. Adrian tidak ingin memberitahukan dulu kepada Niken dia tidak begitu yakin jika Niken bisa menyimpan rahasia, dia takut jika Niken memberitahukannya lebih dulu kepada Olla dan Olla akan menanyakan kepada Rafly dan dia yakin kalau Rafly akan menyangkalnya dan tentu saja itu membuat Olla akan membencinya. Jika Olla tahu kalau dia ingin menghasut dirinya dan memfitnah Rafly lebih baik dia mencari bukti dulu. Niken yang melihat Adrian keluar memicingkan mata, dia penasaran kenapa bisa Adrian meminta dia mencarikan mafia dan paling tidak detektif."Hmm, mau apa Adrian dengan detektif dan mafia ya? Apakah dia mau melakukan sesuatu, apa dia menyembunyikan sesuatu dariku, tapi apa. Hah, tunggu saja aku akan mencari tahu apa itu," jawab Niken. Niken yang segera mengambil ponselnya dan menekan nomor, set
Olla menggelengkan kepala, dia tidak mempunyai kekasih dan saat datang ke rumah Rafly dia juga masih sendiri dan kejadian malam itu pertama kalinya dia alami dan membuatnya hancur.Saat Olla membukanya apa yang diberikan Tia, Olla terkejut karena ada boneka yang memang dari dulu dia suka dan ingin dia beli yaitu, boneka labubu. Olla tersenyum. "Tia, apakah pria itu memakai kacamata?" tanya Olla kepada Tia. "Hmm. Iya benar, Olla, dia memakai kacamata , tinggi dan dia juga tampan tapi suamimu lebih tampan dari dia. Apa kamu kenal dia, Oll?" tanya Olla kepada Tia. Olla menoleh ke arah di mana Rafly berada, dia takut jika Rafly mengetahuinya atau mendengar apa yang akan dia katakan. Dia pun ikut melihat ke arah pandangan Olla. "Olla, kalau kamu takut untuk mengatakannya, lebih baik tidak perlu diam saja," jawab Tia. Olla menghela napas, dia mengatakan apa yang terjadi."Ini dari dokter Adrian, dia yang dulunya pernah menabrak aku karena aku lari dari rumah Rafly. Mungkin kamu sudah
Nyonya Megumi segera pergi dari ruangan tersebut dia tidak mau sampai suami dan mertuanya tahu jika dia berniat untuk mengusir Olla. Olla hanya bisa diam, dia tahu kalau mertuanya itu baik tidak jahat hanya terhasut saja dan belum menerima dia sebagai menantunya karena dia seorang pembantu. "Megumi, mau kemana kamu?" tanya Tuan Abraham kepada Megumi yang sudah kabur dari tempat tersebut. Rafly menatap tajam ke arah Nyonya Megumi yang pergi tanpa menjelaskan benar atau tidaknya. Tapi, Rafly tidak peduli sama sekali. Baginya, anak dan istrinya selamat. Dari yang dia lihat, semuanya benar. Harusnya kalau itu salah, maka dia akan menyangkalnya, ini tidak sama sekali malah pergi. Kedua orang tua Rafly keluar dari ruangan tersebut. Tuan Mathias hanya bisa melihat keduanya pergi dan dia menggelengkan kepala ke arah anak dan menantunya itu. "Rafly, kamu jangan bersikap seperti itu. Salah atau tidaknya menantuku, dia ibumu. Kamu sudah keterlaluan memperlakukan menantuku seperti itu. Kakek
Nyonya Megumi memperhatikan bagaimana anaknya mengurus Olla dengan cukup baik dan dia juga melihat Rafly tersenyum. Rafly benar-benar berbeda dari yang pernah dia lihat. Rafly tidak seperti ayahnya, Tuan Abraham. Saat dirinya hamil Tuan Abraham memilih bersenang-senang dengan wanita lain dan saat melahirkan pun, Tuan Abraham tidak seperti anaknya Rafly yang memperhatikan istrinya dengan luar biasa. Ada rasa iri di hati Nyonya Megumi melihat Olla diperlakukan seperti itu dengan anaknya. Kenapa dia tidak sama seperti Rafly yang memperlakukan istrinya. Rafli itu anak dari tuan Abraham tapi perlakuan mereka berbeda. Tuan Abraham melihat cucunya, dia tersenyum karena dirinya merasa dulu tidak pernah memperhatikan Rafly dan momen itu hilang sejak Rafly beranjak dewasa dan Rafly pun bersikap acuh dengannya dan sekarang Rafly malah lebih dekat dengan istri dan anak-anaknya. "Kamu kenapa? Menyesali semuanya, ya? Tidak ada yang perlu disesali. Semuanya sudah terlambat, anakmu seperti itu ka
Rafly hanya bisa diam, dia bingung mau jawab apa. Apakah dia akan jawab tidak? Tapi, nanti Olla akan bertanya atas alasan apa dan dia akan meminta untuk menghubungi Dion, kalau tidak bisa pasti akan menangis. Sekarang saja sudah hampir menangis dia. "Sayang, apakah yang aku katakan itu benar? Dia mau lecehkan sahabat aku? Kenapa? Huaaaa! Dion kejam, kamu juga jahat sahabat aku di sakiti, kembalikan sahabat aku, kenapa kalian tega dengan sahabat aku?" tanya Olla sambil menangis. Rafly yang duduk di sofa segera bangun dan meletakkan kembali ponselnya. Dia ingin menenangkan Olla. Sampai di dekat Olla, Rafly memeluk Olla dan dia menepuk-nepuk punggung Olla dengan pelan. "Bagaimana ini, aku harus apa saat ini, aku sedih sekali. Sahabat aku pasti saat ini meminta tolong. Seperti ini, tolong Pak Dion jangan sakiti aku, aku masih muda dan tidak boleh disentuh sama sekali. Nah, seperti itu kira-kira yang akan dia katakan, apakah kamu tahu itu?" tanya Olla yang membuat Rafly menggelengkan ke
Dion yang sudah selesai mandi segera bertemu dengan istri barunya. Tia. Dia tidak kesepian jika pulang ke apartemen. Sekarang dia sudah ada yang menemani. "Malam ini malam pertama aku, wah bagaimana gayanya, ya. Kuda laut atau kuda yang ...." Dion menghentikan ucapannya dan dia tersenyum sendiri saat dia memikirkan apa yang akan terjadi saat malam pertama. Dion bersiul saat keluar dari kamarnya, dia benar-benar senang karena akan melakukan malam pertama. Dion sudah memikirkan gaya apa yang akan dilakukan. Dia juga sudah melihat di media sosial caranya, akan tetapi Dion menyudahinya dan bertekad akan melakukan sesuai yang dia inginkan. Saat berada di luar dan melihat istrinya menata makanan, Dion tersenyum kecil, istrinya benar-benar seksi, rambut di cepol, memakai baju khusus memasak dan keringat mengalir di sisi kiri dan kanannya. "Sayang, apa sudah selesai makanannya?" tanya Dion kepada Tia. Tia yang mendengar suara Dion segera mengangkat kepalanya dan membalas senyum Dion.
Dion merasakan kecupan manis dari Tia. Dia bujang dan Tia gadis cocok dan sikatlah. Dion yang puas membuat Tia tidak bernapas akhirnya melepaskan ciuman panas penuh membara. Napas keduanya naik turun. Dion mengusap sisa salivanya dengan lembut yang ada di bibir Tia. Dirinya menatap Tia dengan lembut. "Maafkan aku," ucap Dion yang berbisik pelan akan tetapi bisikkam Dion yang seksi dan wow membuat bulu kuduk Tia merinding. Dia normal, tentu yang dilakukan oleh Dion membuat hasratnta bergelora dan sesuatu yang ada di dalam dirinya naik. "Aku juga minta maaf. Izinkan aku pergi, permisi," ujar Tia yang segera melepaskan pelukan Dion. Semakin lama dia bersama pria tampan ini, semakin dirinya tidak bisa memakai akal sehatnya. Berbahaya jika dia terus bersama pria tampan ini, jiwanya tidak sehat akalnya juga lebih baik pergi. Dion melihat Tia pergi setelah pintu lift terbuka segera mengejarnya. Tidak mau dia melepaskan Tia. Dion menarik tangan Tia hingga wanita tersebut masuk kembali d