Isha tampak terkejut ketika sang suami menggerakkan bibirnya. Sesapan manis diberikan sang suami berikan membuat Isha terpaku. Saat hanya kecupan yang niat Isha mau berikan berbalas ciuman panas, tentu saja membuat perasaan berubah juga.Untuk sesaat Isha terdiam. Namun, perlahan dia mulai menyadari dan menikmati ciuman itu. Membalasnya dengan lembut ciuman yang diberikan oleh sang suami.Isha begitu larut dalam pesona Danish. Apalagi dia memang selalu saja tidak bisa menolak apa pun yang diberikan Danish.Saat napas mulai terengah, akhirnya Danish mulai melepaskan ciuman. Isha yang berada di atas Danish pun melepaskan ciuman dengan perlahan dan menjauhkan tubuhnya."Jika membangunkan seperti itu, jelas aku akan bangun." Danish menyeringai. Rasanya senang sekali mendapatkan ciuman dari sang istri.Isha hanya tersenyum saja. Sang suami memang selalu saja membuatnya tidak bisa menolak pesona sang suami."Ayo, cepat bangun. Kita akan makan malam bersama. Kasihan Luel dan Levon menunggu."
Kalau boleh jujur, Luel memang sempat terpesona pada Levon. Namun, melihat reaksi Levon itu membuatnya jadi menyingkirkan pikirannya itu. Tak mau memikirkan pria aneh itu."Siapa yang terpesona padamu?" Luel langsung mengelak.Levon hanya tersenyum saja. Dia merasa begitu senang melihat reaksi Luel. Terlihat justru mengemaskan.Mereka berdua segera melakukan olahraga masing-masing. Levon memilih angkat besi, sedangkan Luel memilih lari di treadmill.Sesekali mereka mencuri pandang lewat kaca besar yang berada di ruang gym. Levon cukup terpesona dengan Luel. Gadis itu punya tubuh yang ideal dan wajah yang cantik. Begitu pun Luel juga mengagumi Levon. Entah kenapa dia merasa Levon punya pesona yang tidak dimiliki oleh pria lain.Sayangnya, saat pandangan mereka tak sengaja saling beradu, mereka langsung menyingkirkan pandangan itu. Pura-pura tidak melihat.Mereka berdua berolahraga sekitar satu jam. Hingga akhirnya memilih untuk mengakhiri kegiatan itu. Levon langsung meraih botol minum
Danish dan Isha yang mendengar suara deheman langsung mengalihkan pandangan. Bibir mereka masih menempel.Alangkah terkejutnya ketika melihat Levon dan Luel di sana. Walaupun Levon menutup mata dan Luel ditutupi matanya dengan tangan Levon. Tetap saja itu membuat mereka terkejut. Isha langsung menjauhkan tubuh dari tubuh sang suami. Isha benar-benar tidak enak sekali ketika berciuman dilihat keponakan. Ini kali kedua dia terpergok.Danish selalu lupa jika dia tidak sendiri. Walaupun asisten rumah tangga setiap minggu tidak ada, tapi ada keponakannya."Buka mata kalian." Danish memberikan perintah.Levon langsung melepaskan tangannya yang menutup mata Luel. Kemudian membuka matanya. Saat mereka membuka mata, Danish dan Isha sudah melepaskan tautan bibir mereka."Maaf, Aunty, Uncle." Luel yang melihat hal itu langsung berlalu pergi.Tinggallah Levon sendiri di sana. Tentu saja itu membuatnya salah tingkah."Aku permisi dulu, Aunty, Uncle." Luel pun langsung berlalu pergi. Tak berani ber
"Pergilah bersama Levon dari pada naik taksi." Danish memberikan saran pada sang keponakan.Saat mendapatkan saran dari sang paman, Luel tidak berani menolak. Takut sang paman curiga padanya jika terlalu suka pada Levon."Baiklah." Luel akhirnya menerima tawaran Levon.Akhirnya Luel menerima tawaran Levon.Danish dan Isha segera masuk ke mobil setelah Dino sampai. Mobil segera melaju sesaat kemudian.Kini tinggal Levon dan Luel saja di depan rumah. Levon segera berjalan ke arah motornya. Kemudian mengambil helm yang terdapat di sana. Kemarin temannya ada yang ikut dengannya. Jadi dia bawa helm dua.Luel dengan langkah gontai menghampiri Levon. Ini kali pertama kalinya naik motor. Jadi di cukup berdebar-debar. Namun, dia tidak punya pilihan."Ini." Levon memberikan helm pada Luel. Kemudian beralih memakai helm untuk dirinya sendiri.Luel menerima helm dan memakainya. Beruntung helm pas di kepalanya. Jadi dia akan aman memakainya. Sebelum naik, Luel memerhatikan motor Levon. Karena in
"Ada apa, Pak?" Isha tampak bingung karena tumben-tumbennya petugas keamanan memintanya ke toko sekarang."Saya tidak bisa jelaskan sekarang. Jadi tolong ke sini saja."Isha benar-benar merasa panik karena tidak biasa-biasanya petugas keamanan memintanya datang."Ada apa?" tanya Danish."Petugas keamanan pasar meminta aku datang ke toko sekarang.""Ada apa?""Aku tidak tahu.""Sebaiknya kamu di sini saja. Biar aku yang pergi." Danish tidak bisa membiarkan sang istri untuk pergi malam-malam seperti ini."Baiklah, tapi tolong kabari apa yang terjadi.""Baiklah, aku akan kabari."Danish mengangguk. Dia segera meraih ponselnya. Menghubungi Dino. Meminta Dino untuk datang ke rumah. Setelah menghubungi Dino, dia juga membangunkan Luel. Meminta keponakannya itu menjaga sang aunty. Sekitar setengah jam akhirnya Dino datang. Danish segera bersiap untuk pergi bersama dengan Dino."Dengar, jangan pikirkan macam-macam. Semua akan baik-baik saja. Jadi tenanglah." Danish berusaha untuk menenangkan
Kabar itu mampu mengguncang Isha. Dia tampak begitu terkejut sekali. Toko itu adalah sumber pendapatannya selama ini. Toko itu dirintisnya dari nol. Dari mulai sepi pembeli, hingga seramai sekarang. Orang kenal benar toko baju anak Kaula. Seolah sudah lekat di telinga pada ibu-ibu. Berita buruk itu membuat tubuh Isha seketika lemas dan jatuh pingsan dalam hitungan detik. Danish yang melihat sang istri pingsan langsung menangkap tubuh itu. Inilah yang ditakutkan Danish ketika memberitahu sang istri. Pasti sang istri akan begitu terpukul sekali. Tubuh sang istri langsung diangkat dan dibawa ke tempat tidur. Danish meletakkan tubuh sang istri dengan perlahan di atas tempat tidur.Danish mencoba membangunkan sang istri yang tak sadarkan diri."Sayang." Beruntung beberapa saat kemudian istrinya itu tersadar. Sayangnya, Isha langsung menangis. Hal itu membuat Danish langsung memeluk sang istri. "Tokoku." Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Isha. "Sabar, Sayang." Danish berusaha untuk m
Dalam keadaan seperti ini pasti Isha masih sangat terkejut melihat keadaan tokonya. Jadi Danish ragu jika mengantarkan istrinya ke toko. "Apa kamu sudah siap?" tanya Danish memastikan lebih dulu. "Kamu saja baru mendengar kabar ini, sudah pingsan. Apa jadinya jika aku membawamu ke sana? Pasti kamu akan pingsan lagi." Danish benar-benar takut sekali hal buruk terjadi pada istrinya. Jika sampai hal itu terjadi, pastinya dia akan menyesal sekali.Isha terdiam dia benar-benar tidak tahu reaksi apa yang akan diberikan. Apalagi tadi saat mendengar kabar kebakaran saja, sudah membuatnya terkejut sekali. Sampai-sampai pingsan."Jika kamu sudah siap, aku akan antarkan, tapi kamu harus makan dulu. Pikirkan kesehatanmu dan keadaan anak kita."Isha merasa jika dirinya akan sangat egois jika tidak memikirkan anaknya. Apalagi anaknya butuh nutrisi yang bagus."Baiklah. Aku akan makan." Isha pun akhirnya menurunkan egonya. Dia tak mau sampai anaknya jadi korban.Melihat sang istri yang mau makan, D
Isha akhirnya menangis lagi, tetapi perasaanya jauh lebih tenang dibanding tadi pagi. Mungkin karena sudah mendengar apa yang dikatakan oleh Danish tadi pagi. Tentu saja itu membuatnya jauh lebih."Terima kasih, Mi. Aku akan kuat. Mungkin benar ini musibah." Isha menganggukkan kepalanya. Membenarkan ucapan mertuanya itu.Mami Neta tidak tega sebenarnya dengan apa yang terjadi. Dia tahu jika menantunya pasti terluka."Ambil hikmahnya saja. Siapa tahu dengan begini kamu bisa fokus pada kehamilan. Nanti, jika sudah melahirkan, kamu bisa membuat toko lagi. Mulai dari nol lagi." Mami Neta berusaha untuk menguatkan menantunya itu. Sebagai orang tua, dia hanya bisa melakukan hal ini saja.Isha memegangi perutnya yang sudah mulai kelihatan besar. Dia merasa yang dikatakan mertuanya ada benarnya. Mungkin dia bisa mengambil hikmah dari semuanya ini. Lebih fokus pada kehamilannya.Selama ini Isha sudah sibuk di toko. Sampai awal-awal kehamilan pun dia terus ke toko. Hanya jika benar-benar tidak