“Tolong bebaskan manajer keuangan, Pak. Saya bersedia menggantikan uang perusahaan yang diambil. Asalkan jangan penjarakan dia.” Isha mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Memohon pada Pak Danish, CEO IZIO Grup, perusahaan perabot rumah tangga yang memiliki banyak cabang di Indonesia.
Danish menarik senyum tipis mendengar permintaan itu. Entah taktik apa yang digunakan mantan manajer keuangan perusahaannya, sampai-sampai meminta seseorang datang ke ruangannya untuk membebaskan dari penjara.
“Siapa namamu?” tanya Danish.
“Nikeisha Kaula, Pak.”
Danish Morgan Fabrizio itu melihat Isha dari atas sampai ke bawah. Dilihat dari wajah wanita di depannya tampak masih sangat muda sekali.
“Dia tidak bekerja di sini, Pak.” Dino, sang asisten yang kebetulan berdiri di samping Danish, memberitahu.
Pantas Danish tidak pernah melihat wanita itu di kantornya. Namun, untuk ukuran seorang yang tidak bekerja di perusahaannya, wanita itu cukup berani dengan datang ke ruangannya. Walaupun sempat ada drama dengan memaksa masuk ke ruangannya.
“Kamu adiknya atau istrinya?” Danish menatap Isha yang berdiri tak jauh dari meja kerjanya.
“Saya istrinya.” Isha memberanikan diri menjawab pertanyaan bosnya.
Pria berusia empat puluh tahun itu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengetukkan pulpen yang berada di tangannya. Dia akhirnya tahu jika ternyata wanita di depannya adalah istri dari manajer keuangan.
“Kamu mau mengganti uang perusahaan yang diambil manajer keuangan?” Danish memastikan terlebih dahulu.
“Iya, saya bersedia bekerja di IZIO tanpa digaji untuk membayar semua uang yang dihabiskan oleh suami saya.” Isha dengan percaya diri menjawab menawarkan pertukaran itu agar suaminya dapat bebas.
Danish tersenyum menyeringai. Mengejek ucapan wanita di depannya itu.
“Kamu tahu berapa uang yang diambil manajer keuangan. Maksud aku, suamimu itu?” Danish ingin tahu sejauh apa wanita itu tahu persoalan ini.
“Tidak, Pak.” Isha menggeleng.
“Dua milyar.” Danish mengucapkan dengan penuh penekanan.
Isha sontak membulatkan matanya. Terkejut mendengar berapa banyak uang yang diambil suaminya. Dia benar-benar tidak menyangka jika ternyata uang yang diambil sang suami berjumlah fantastis. Sang suami tidak mengatakan sama sekali jika uang yang diambil sebanyak itu.
Isha memang datang ke ruangan Danish karena permintaan suaminya. Sang suami memintanya membujuk Danish agar mau membebaskan dari penjara. Dengan polosnya Isha mau melakukannya.
Saat ini manajer keuangan yang dibicarakan sedang berada di penjara. Perusahaan melaporkan jika pria itu telah mengambil uang perusahaan dan mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.
Dalam hal ini, sebagai istri, Isha berusaha untuk membantu agar sang suami dapat keluar dari penjara. Banyak mimpi yang sedang mereka rangkai. Jika sampai sang suaminya di penjara, semua pasti akan sirna.
“Tadi kamu bilang jika kamu mau mengganti uang perusahaan yang diambil. Kira-kira berapa bulan kamu akan membayarnya?” tanya Danish meledek.
“Jika dia menjadi karyawan tetap dengan gaji empat juta, artinya dia akan bekerja selama lima ratus bulan. Itu hampir sekitar empat puluh dua tahun.” Dino menjelaskan pada Danish berapa lama wanita itu akan bekerja pada Danish untuk membayar hutang suaminya.
Isha menelan salivanya ketika mendengar berapa lama dia harus membayar. Empat puluh dua tahun bukan waktu sebentar. Jelas itu akan sangat sulit dikerjakan.
“Berapa umurmu sekarang?” tanya Danish ketus. Dia sudah cukup bermain-main dengan gadis di depannya itu.
“Dua puluh lima tahun, Pak.” Isha takut-takut menjawab.
“Dua puluh lima ditambah empat puluh dua tahun. Artinya kamu akan berhenti bekerja umur enam puluh tujuh tahun.” Danish menghitung sendiri umur Isha jika wanita itu ingin membayar utang suaminya.
Rasanya Isha tidak bisa bayangkan jika harus bekerja tanpa mendapatkan bayaran dalam jangka waktu selama itu. Isha pikir uang yang dipakai suaminya tidak banyak. Jadi mungkin hanya butuh beberapa tahun untuk menggantinya. Karena itu dengan percaya diri dia menawarkan diri untuk mengganti. Pikir, Isha tidak mendapatkan gaji untuk beberapa tahun bukan hal yang masalah, asalkan suaminya bisa keluar dari penjara. Setelah itu mereka bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka.
“Kamu siap?” tanya Danish.
Isha memilih diam. Bingung memikirkan apa yang harus dilakukan saat ini. Ini adalah pilihan berat untuk Isha.
Danish melihat keraguan dari sorot mata Isha. Tadi gadis itu datang dengan percaya diri. Namun, kini nyalinya langsung ciut ketika mendengar kerugian yang dilakukan suaminya.
Sejenak ruangan hening. Mereka semua dalam pikiran masing-masing. Tak ada yang bicara sama sekali.
Danish beralih pada asistennya yang sedari tadi berdiri di sebelahnya. “Keluarlah,” pintanya.
Dino yang mendapatkan perintahkan oleh Danish. Meninggalkan Danish dan Isha berdua di dalam ruangan.
Saat hanya berdua di dalam ruangan, Danish berdiri. Dia berjalan menghampiri Isha yang berdiri tepat di depan meja kerjanya.
Mendapati Danish yang berjalan ke arahnya membuat Isha benar-benar takut sekali. Isha berusaha untuk menatap Danish. Diakui Isha jika Danish begitu tampan, tetapi auranya begitu dingin. Apalagi tatapannya begitu menakutkan. Benar-benar definisi atasan seram seperti yang digambarkan suaminya.
Danish berdiri tepat di depan Isha. Menatap Isha yang berdiri dengan cemas. “Ada cara lain agar kamu tidak perlu bekerja di sini selama itu empat puluh dua tahun. Mungkin satu atau dua tahun kamu bisa membayar hutang suamimu.” Tiba-tiba Danish memecah keheningan dengan membuka suaranya.
Isha berbinar ketika mendengar ada cara lain yang Danish tawarkan. Terlebih lagi dia dengar waktunya lebih cepat. Tentu saja dia mau jika ada cara lain.
“Bagaimana caranya saya membayar hutang suami saya lebih cepat?” tanya Isha.
“Bayarlah hutang suamimu dengan menikah denganku. Lahirkan anak untukku maka aku akan bebaskan suamimu dari penjara.”
Isha membulatkan matanya ketika mendengar apa yang ditawarkan atasan suaminya itu. Bagaimana bisa dia mendapat tawaran itu padahal dia sudah menikah. Niatnya datang ke sini adalah untuk meminta Danish membebaskan suaminya. Bukan untuk menerima tawaran konyol itu. “Apa Anda lupa jika saya ini istri manajer keuangan? Bagaimana bisa Anda meminta saya untuk menikah, padahal saya sudah menikah?” Isha masih tidak habis pikir dengan apa yang diinginkan Danish. “Ini bisnis. Tidak ada orang mau rugi saat berbisnis. Suamimu sudah menghabiskan banyak uang perusahaan dan artinya aku sudah rugi. Jadi aku ingin ganti yang setimpal. Tidak peduli kamu sudah menikah atau belum.” Danish tersenyum menyeringai. Isha benar-benar merasa Danish begitu kejam sekali. Ganti rugi yang diminta Danish benar-benar adalah hal yang sulit baginya. “Jika kamu tidak mau tidak masalah. Jadi aku akan membawa kasus ini ke pengadilan dan setelah itu suamimu akan di penjara dan selama seumur hidup kalian harus membayar h
“Apa maksudmu?” Isha mengerutkan dahinya, bingung kenapa tiba-tiba Abra berubah pikiran. Tadi suaminya itu mau bekerja keras untuk membayar hutang, kini justru menyuruhnya menerima tawaran Danish. Abra menarik tangan Isha. Menggenggam erat. “Dengar, empat puluh dua tahun itu lama. Jika bisa dibayar dalam satu atau dua tahun, kenapa harus menunggu waktu lama?” Abra berusaha untuk meyakinkan Isha. Dia merasa jika itu adalah cara yang lebih efektif dibanding harus berpuluh-puluh tahun kerja tanpa dibayar. “Apa kamu gila? Bagaimana bisa kamu menyuruh istrimu untuk menikah dan melahirkan anak orang lain? Lebih baik aku hidup susah dengan membayar hutang bertahun-tahun dari pada menikah dan melahirkan anak pria lain!” Isha menarik tangannya yang digenggam oleh Abra. Abra mengembuskan napasnya kasar. Merasa benar-benar pusing ketika istrinya itu tidak mau menerima tawaran Danish. Menurut Abra tawaran Danish itu sangat menguntungkan. Bayangkan saja hutang dua milyarnya bisa lunas hanya deng
“Ini surat perjanjian pernikahan kita. Aku akan jelaskan lebih dulu poin-poin di dalamnya.” Danish memberikan berkas berisikan perjanjian dengan Isha.Isha menerima berkas berisi surat perjanjian pernikahan yang diberikan Danish padanya. Namun, dia lebih tertarik untuk mendengarkan lebih dulu apa yang dijelaskan Danish.“Pertama, kamu akan bercerai dengan suamimu sebelum menikah dengan aku.” Danish menjelaskan poin pertama. “Kedua kamu harus melalui serangkaian pemeriksaan rumah sakit untuk memastikan kesehatan.” Danish menjelaskan pada Isha.“Pemeriksaan kesehatan ini untuk apa?” Isha menatap Danish. Baru satu poin dia sudah dibuat pusing.“Memastikan kamu sehat dan tidak terkena penyakit menular. Serta memastikan jika kamu bisa hamil.” Danish merasa harus berhati-hati mengingat bisa saja dia akan tertular penyakit.Pemeriksaan itu seperti tuduhan untuk Isha. Padahal dia sehat-sehat saja. Lagi pula dia hanya berhubungan dengan suaminya saja. Namun, Isha harus bersabar. Di sini dia ha
“Anda akan tinggal di apartemen Pak Danish selama menunggu pernikahan. Anda tidak boleh bertemu dan melakukan apa pun tanpa pengawasan Pak Danish selama masa tunggu pernikahan.” Dino menjelaskan pada Isha ke mana dia akan membawa Isha.‘Belum apa-apa dia sudah memenjarakan aku.’Isha mengembuskan napasnya kasar. Dia merasa Danish benar-benar keterlaluan dan berlebihan. Lagi pula apa yang akan dilakukannya. Tentu saja dia tidak akan melakukan apa pun.“Tapi, aku tidak membawa baju.” Isha tidak membawa apa-apa karena tadi niatnya memanglah hanya untuk melakukan tes kesehatan dan ke butik.“Pak Danish sudah menyiapkan baju untuk Anda di apartemen. Jadi Anda tidak perlu pulang.”Isha tidak habis pikir. Padahal baru kemarin mereka bertemu, tetapi Danish begitu cepat sekali mempersiapkan segala hal. Akhirnya Isha pasrah saja ketika akan dibawa ke apartemen milik Danish.Isha sampai di apartemen. Saat sampai dia dikejutkan dengan apartemen yang cukup besar. Ukurannya berlipat-lipat dari ukur
Danish dan Isha sampai di depan kamar. Danish membuka pintu kamar hotel dengan access card. Saat pintu terbuka, dia melebarkan pintu untuk memberikan ruang pada Isha untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu.Segera Isha mengayunkan langkahnya masuk ke kamar pengantin. Jantungnya berdegup kencang ketika sampai di kamar pengantin. Apalagi saat baru masuk aroma semerbak bunga mawar tercium. Isha yakin jika kamar pengantin pasti didekorasi dengan bunga-bunga untuk menyambut pengantin baru. Tentu saja itu membuatnya semakin berdebar-debar.Danish yang berada di belakang Isha menyalakan lampu dengan access card yang dibawanya. Saat lampu menyala, terlihat jelas pemandangan di dalam kamar pengantin. Tempat tidur yang dihiasi bunga mawar berbentuk love tampak indah menyambut mereka. Apalagi ditambah dua angsa yang saling berciuman yang terbuat dari handuk di dalam bunga berbentuk love. Tampak romantis sekali.Isha menatap Danish sejenak ketika pemandangan itu terlihat. Namun, pria itu tampak din
Danish mengangkat cangkir berisi kopi miliknya. Dia masih santai menikmati kopi miliknya. Tidak buru-buru menjawab pertanyaan Isha.Isha gemas sekali dengan Danish yang tidak kunjung menjawabnya. Namun, dia harus bersabar. Tidak mau membuat keributan di tempat umum. Tidak lucu bukan jika pengantin baru sudah ribut.“Kamu yang membuat aku tidak kembali ke kamar.” Dengan enteng Danish menjawab.Dahi Isha berkerut dalam. Dia memikirkan apa salahnya hingga membuat Danish tidak bisa kembali ke kamar.“Aku sudah mengetuk berkali-kali, tetapi kamu tidak membuka pintu kamar. Hingga aku terpaksa membuka satu kamar lagi untuk tidur.”Akhirnya Isha tahu alasan Danish. Isha merasa malu sekali ketika ternyata dirinya yang salah. Jadi yang membuat Danish tidak kembali ke kamar adalah dirinya sendiri. Jadi tidak seharusnya dia marah pada Danish.“Saya lelah, jadi tidak dengar.” Isha malu-malu menjawab.Danish menatap sinis. Benar dugaannya jika Isha tidur. “Cepatlah sarapan. Setelah ini kita pulang.
Danish menarik senyum tipis. Nyaris tidak terlihat. Merasa tergelitik dengan pertanyaan Isha. Merasa lucu dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Isha.“Aku akan ke kamarmu untuk melakukannya. Jadi tenanglah. Sekali pun kita tidak tinggal satu kamar, kita masih bisa melakukannya.” Dia mencoba menjelaskan.Isha akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaannya itu.“Apa kamu begitu ingin tidur di kamarku?” tanya Danish menyeringai.“Bukan begitu hanya saja ….” Isha mengantung ucapannya. Memilah kalimat yang pas untuk diberikan pada Danish. Isha seketika pucat ketika mendapat pertanyaan itu. Bukan itu yang diinginkan Isha. Dia hanya ingin segera memiliki anak. Jadi dia pikir jika tidur bersama akan membuatnya sering melakukan hubungan intim dengan Danish.Melihat wajah pucat dari Isha, membuat Danish ingin tertawa. Danish senang mengerjai Isha. Karena wajahnya selalu panik ketika dirinya bicara.“Aku akan pergi dulu. Ada urusan. Aku akan pulang sebelum malam.” Sayangnya, Danish tidak punya
Dino begitu terkejut ketika mendengar ucapan Isha. Tidak menyangka jika istri atasannya itu meminta hal itu.“Tapi, Pak Danish di luar kota, Bu.”“Iya, aku tahu. Makanya aku mau menyusulnya.” Suara Isha yang kekeh ingin pergi terdengar dari sambungan telepon. Terdengar keinginan Isha sudah bulat.“Saya hubungi Pak Danish dulu. Jika Pak Danish mengizinkan saya akan atur keberangkatan Bu Isha.”“Baiklah.” Dino segera mematikan sambungan telepon dengan Isha. Kemudian mencari kontak Danish di ponselnya. Dia haru menghubungi Danish lebih dulu untuk mengkonfirmasi. Sayangnya, teleponnya tidak kunjung diangkat oleh Danish. Dino yakin Danish sedang sibuk dengan pembukaan toko.“Kenapa?” Dina, istri Dino bertanya ketika melihat suaminya sedikit panik.“Istri Danish mau menyusul Danish.” Dino memberitahu istrinya.“Lalu apa masalahnya?”“Danish tidak mengangkat teleponku. Aku harus tanya dulu, apakah boleh istrinya menyusul.” Dino terus berusaha menghubungi Danish.“Wanita itu istrinya. Biarka