Bukankah tadi mereka hanya berniat untuk bicara?
Lalu, beralih soal bukti yang menyatakan bahwa dia benar adalah Aila, bukan Selena.
Jadi, kenapa sekarang berakhir menjadi seperti ini?
"Kills ...."
Selena mendesah. Suara lenguhannya terdengar, silih bergantian dengan erangan dan beragam suara lain yang untuk pertama kalinya memenuhi apartemen Killian yang biasanya begitu sunyi.
Menggigit bibir bagian bawahnya, Selena mengangkat tubuhnya ketika Killian sesaat menunduk di bagian dadanya dan sedikit bermain-main di sana. Sementara di bagian bawah, hunjaman demi hunjaman pun dia rasakan.
"Beri tahukan kepadaku, Queen. Dari mana kamu mendapatkan ini?"
Killian bertanya di antara kegiatan mereka. Sementara sebelah tangannya menopang tubuh, sebelahnya lagi meraih liontin kalung dan mengusap batu permata di tengahnya yang kini retak.
Aiden datang dua puluh menit berikutnya.Dengan pakaian yang sepertinya dikenakan secara terburu-buru, rambut acak-acakan, dan wajah yang cemberut sempurna, dia akhirnya sampai di depan pintu apartemen Killian.Hal yang wajar. Sebab, siapa yang tidak akan sebal kalau ditelepon malam-malam dan harus datang pada saat itu juga? Padahal tadi dia sedang enak-enakan menghabiskan waktu bersama Aisa, istrinya.Lalu, sama seperti saat dia mengambil sampel darah dari Liliana, maka kali ini sikap Killian juga sama-sama mengesalkannya. Malah bisa dikata, bahkan berlebih."Jangan memandangnya, Aiden, atau ucapkan selamat tinggal pada penglihatanmu!""Bagaimana bisa aku mengambil sampel kalau tanpa melihatnya, Ian?""Jangan berani-berani menyentuhnya! Kalau kamu masih ingin kedua tanganmu utuh, jangan coba-coba.""Lalu menurutmu, jarum suntik ini bisa
Bahkan sekedar menelan ludah pun, Selena merasa kesulitan. "Re—as!" Sedikit terbata, perempuan itu lantas berseru. "Kenapa? Maksudku— apa yang kamu lakukan di sini?" Lelaki itu tidak menjawab, melainkan hanya memandangnya dan membuat Selena sontak menahan napas. "Kenapa, katamu?" Andreas balas bertanya. Dengan perlahan dia berdiri dari tempatnya duduk, lalu berjalan mendekat. Sementara Selena sendiri secara insting segera melangkah mundur, hingga punggungnya pun membentur pintu. "Kamu tanya kenapa, Babe?" tanya Andreas lagi, kali ini dengan satu tangan menumpu di pintu sehingga dia bisa mengurung Selena. "Setelah semua ini, kamu masih bisa bertanya kenapa?" "Sekarang, beri tahu aku," bisik lelaki itu dengan kepala yang menunduk, sehingga Selena bisa merasakan hembusan napas Andreas di atas kepalanya. "Apa yang harus kulakukan ketika tunanganku ter
"Erick, maaf mengganggumu malam-malam, tapi ada sesuatu yang perlu untuk segera dilakukan." Terdengar sahutan dari ujung panggilan dan Killian pun merasa lega karena lelaki baya itu ternyata masih belum tidur. "Tempatkan beberapa orang untuk mengawasi rumah-" Killian terdiam sesaat, sebelum kemudian kembali bicara. "—Queen. Laporkan apa pun yang terjadi di sana. Semuanya, sampaikan padaku tanpa terkecuali!" Erick tentu saja menyanggupi. Malah sebenarnya, dia pun sudah hendak mengusulkan hal yang sama. Lelaki baya itu bahkan merasa sedikit heran ketika mengetahui bahwa Killian memulangkan Selena malam ini. "Terpaksa. Aku sudah mencoba membujuknya, tapi Queen benar-benar tidak mau. Sebagai gantinya, aku akan menemuinya setiap hari. Jadi, kuharap tidak akan ada masalah," imbuhnya, lagi-lagi merasakan suatu kegelisahan. "Satu lagi." Killian melangkah keluar dari mobil, lalu
"Kenapa—" Killian menelan ludah sekali lagi. "Maksudku ... kenapa Ayah ada di sini?" Claude Agentine tidak segera menjawab dan hanya memandang tajam putra semata wayangnya itu. Sementara itu, Killian justru memilih untuk menunduk dan tidak menantang balik pandangan mata Ayahnya. Sebab, lelaki Rusia itu memiliki mata abu yang sekilas terlihat sama seperti milik Aila. Ditambah lagi, Killian juga bisa melihat kemarahan yang berkobar di sepasang mata abu tersebut. "Aku tidak ingat, kalau ternyata aku memiliki seorang putra yang bodoh," ujar Claude kemudian, menyilangkan tangan di depan dada dan memasang sikap dingin. "Sebenarnya, apa yang ada di dalam kepalamu itu? Apakah benar-benar ada isinya atau hanya kosong melompong?" Kedatangan Ayahnya ke apartemennya secara mendadak seperti ini, sebenarnya sudah cukup membuat Killian terkejut. Sebab, selama ini Claude tidak pernah sekali pun mengunjunginy
"Pergilah dan bawa anak itu bersamamu. Kalian akan pergi ke mana, terserah. Asalkan, aku tidak perlu lagi untuk melihat anak itu selamanya. Paham?"Bi Likah meneguk ludah sekali lagi. Dia masih ingat betul dengan perintah yang Andreas berikan, sewaktu Ronald meneleponnya tadi pagi-pagi sekali.Tentu saja ada imbalan uang yang sangat besar atas perintah yang diberikan tersebut. Bahkan, karena ini merupakan perintah Andreas yang terakhir, lelaki itu sudah menjanjikan suatu angka yang bisa membuat Bi Likah hidup dengan nyaman seumur hidupnya tanpa perlu bekerja apa pun lagi."Lima puluh milyar," gumamnya, mengingat kembali jumlah uang yang sempat membuat matanya melotot ketika mendengarnya tadi. "Lima puluh milyar, dan aku akan bisa jadi orang kaya. Akhirnya."Demi mendapatkan uang senilai lima puluh milyar, rasanya bisa membuat banyak orang rela untuk melakukan apa pun kan? Dalam hal ini, termasuk Bi Likah.Perempuan baya itu sudah berencana untuk pe
'Killian? Jadi, namanya adalah Killian?''Itu kamu, Kiska. Yang aku inginkan adalah kamu, bukan Ansia atau perempuan lain. Itu kamu. Selalu kamu. Dan akan selalu kamu.''Aku bisa berbohong soal apa pun, tapi aku tidak pernah berbohong soal perasaanku terhadapmu.''Queen, aku mencintaimu.'Deg!Selena mendadak terbangun.Keringatnya membasah, napasnya pun memburu seolah dia baru saja berlari sangat jauh. Dia juga bisa merasakan betapa kencang detak jantungnya saat ini dan tenggorokannya pun tercekat.Mimpi? Mimpikah itu? Namun, kenapa terasa sangat nyata?Lagi pula, kenapa dia memimpikan Killian?Ditambah lagi, di dalam mimpinya tadi, mereka berdua sedang berada di mana?"Seperti sebuah villa," bisiknya, mencoba mengingat-ingat lagi detail mimpinya. "Villa yang berada di dekat
"Bangkrut?" Maria Harron bertanya dengan nada tidak percaya. "A—apa maksudmu? Ini— Tidak mungkin kan? Masa keluarga Harron bisa bangkrut? Tidak mungkin!" "Apa menurutmu aku hanya bercanda?" bentak Derrick. "Mengenai hal yang sepenting ini, apakah pantas kalau aku membuat lelucon?" "Tapi— tapi, bagaimana bisa? Mak—maksudku—" "Bisa dikata, kalau semua rekanan bisnis memutuskan hubungan kerja sama dengan perusahaan kita, sejak kasus mengenai Charlotte mencuat." Maria Harron tidak bisa berkata apa-apa, sebab dia sendiri pun terkena imbas dari ulah putrinya itu. Seluruh kenalan sosialita mengucilkan dan mencibirnya, bahkan dia sudah dikeluarkan dari banyak klub jet set dan juga berbagai kelompok arisan kalangan atas. Termasuk keluarga besarnya, yang juga ikut mencerca Maria habis-habisan dan menuding bahwa dia tidak bisa mendidik
"Kenapa dia belum sadar juga?""Mohon bersabar, Tuan Muda. Dokter Aiden dan dokter Sylvia sekarang masih memeriksa Nyonya Muda.""Tapi kenapa lama sekali? Memangnya, apa saja yang mereka lakukan di dalam sana?""Tuan Muda, tenanglah dulu.""Bagaimana aku bisa tenang kalau istriku masih belum sadar juga, Erick?"Suara teriakan Killian terdengar menggaung di koridor kediaman utama keluarga Ardhana, membuat segalanya seketika hening.Sepertinya merupakan keputusan tepat dengan menempatkan Erick untuk mendampingi Killian, sebab yang lain belum tentu bisa tabah dan tetap tenang menghadapi reaksi lelaki itu saat ini."Saya memahami kegelisahan Anda, Tuan Muda, tapi untuk sekarang tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu," ujar Erick dengan tingkat kesabaran yang sudah tidak perlu untuk diragukan lagi. "Tenanglah. Tidak akan ada yang ber