"Kenapa—" Killian menelan ludah sekali lagi. "Maksudku ... kenapa Ayah ada di sini?"
Claude Agentine tidak segera menjawab dan hanya memandang tajam putra semata wayangnya itu. Sementara itu, Killian justru memilih untuk menunduk dan tidak menantang balik pandangan mata Ayahnya.
Sebab, lelaki Rusia itu memiliki mata abu yang sekilas terlihat sama seperti milik Aila. Ditambah lagi, Killian juga bisa melihat kemarahan yang berkobar di sepasang mata abu tersebut.
"Aku tidak ingat, kalau ternyata aku memiliki seorang putra yang bodoh," ujar Claude kemudian, menyilangkan tangan di depan dada dan memasang sikap dingin. "Sebenarnya, apa yang ada di dalam kepalamu itu? Apakah benar-benar ada isinya atau hanya kosong melompong?"
Kedatangan Ayahnya ke apartemennya secara mendadak seperti ini, sebenarnya sudah cukup membuat Killian terkejut. Sebab, selama ini Claude tidak pernah sekali pun mengunjunginy
"Pergilah dan bawa anak itu bersamamu. Kalian akan pergi ke mana, terserah. Asalkan, aku tidak perlu lagi untuk melihat anak itu selamanya. Paham?"Bi Likah meneguk ludah sekali lagi. Dia masih ingat betul dengan perintah yang Andreas berikan, sewaktu Ronald meneleponnya tadi pagi-pagi sekali.Tentu saja ada imbalan uang yang sangat besar atas perintah yang diberikan tersebut. Bahkan, karena ini merupakan perintah Andreas yang terakhir, lelaki itu sudah menjanjikan suatu angka yang bisa membuat Bi Likah hidup dengan nyaman seumur hidupnya tanpa perlu bekerja apa pun lagi."Lima puluh milyar," gumamnya, mengingat kembali jumlah uang yang sempat membuat matanya melotot ketika mendengarnya tadi. "Lima puluh milyar, dan aku akan bisa jadi orang kaya. Akhirnya."Demi mendapatkan uang senilai lima puluh milyar, rasanya bisa membuat banyak orang rela untuk melakukan apa pun kan? Dalam hal ini, termasuk Bi Likah.Perempuan baya itu sudah berencana untuk pe
'Killian? Jadi, namanya adalah Killian?''Itu kamu, Kiska. Yang aku inginkan adalah kamu, bukan Ansia atau perempuan lain. Itu kamu. Selalu kamu. Dan akan selalu kamu.''Aku bisa berbohong soal apa pun, tapi aku tidak pernah berbohong soal perasaanku terhadapmu.''Queen, aku mencintaimu.'Deg!Selena mendadak terbangun.Keringatnya membasah, napasnya pun memburu seolah dia baru saja berlari sangat jauh. Dia juga bisa merasakan betapa kencang detak jantungnya saat ini dan tenggorokannya pun tercekat.Mimpi? Mimpikah itu? Namun, kenapa terasa sangat nyata?Lagi pula, kenapa dia memimpikan Killian?Ditambah lagi, di dalam mimpinya tadi, mereka berdua sedang berada di mana?"Seperti sebuah villa," bisiknya, mencoba mengingat-ingat lagi detail mimpinya. "Villa yang berada di dekat
"Bangkrut?" Maria Harron bertanya dengan nada tidak percaya. "A—apa maksudmu? Ini— Tidak mungkin kan? Masa keluarga Harron bisa bangkrut? Tidak mungkin!" "Apa menurutmu aku hanya bercanda?" bentak Derrick. "Mengenai hal yang sepenting ini, apakah pantas kalau aku membuat lelucon?" "Tapi— tapi, bagaimana bisa? Mak—maksudku—" "Bisa dikata, kalau semua rekanan bisnis memutuskan hubungan kerja sama dengan perusahaan kita, sejak kasus mengenai Charlotte mencuat." Maria Harron tidak bisa berkata apa-apa, sebab dia sendiri pun terkena imbas dari ulah putrinya itu. Seluruh kenalan sosialita mengucilkan dan mencibirnya, bahkan dia sudah dikeluarkan dari banyak klub jet set dan juga berbagai kelompok arisan kalangan atas. Termasuk keluarga besarnya, yang juga ikut mencerca Maria habis-habisan dan menuding bahwa dia tidak bisa mendidik
"Kenapa dia belum sadar juga?""Mohon bersabar, Tuan Muda. Dokter Aiden dan dokter Sylvia sekarang masih memeriksa Nyonya Muda.""Tapi kenapa lama sekali? Memangnya, apa saja yang mereka lakukan di dalam sana?""Tuan Muda, tenanglah dulu.""Bagaimana aku bisa tenang kalau istriku masih belum sadar juga, Erick?"Suara teriakan Killian terdengar menggaung di koridor kediaman utama keluarga Ardhana, membuat segalanya seketika hening.Sepertinya merupakan keputusan tepat dengan menempatkan Erick untuk mendampingi Killian, sebab yang lain belum tentu bisa tabah dan tetap tenang menghadapi reaksi lelaki itu saat ini."Saya memahami kegelisahan Anda, Tuan Muda, tapi untuk sekarang tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu," ujar Erick dengan tingkat kesabaran yang sudah tidak perlu untuk diragukan lagi. "Tenanglah. Tidak akan ada yang ber
Ada banyak hal bahagia yang terjadi pada Killian keesokan harinya. Yang pertama, hasil tes DNA ulang Liliana sudah keluar, begitu pun milik Aila. Hasilnya positif. Ah, tentu saja hasilnya harus positif. Sebab kalau tidak, maka Aiden dan para tim tenaga medisnya harus terpaksa menghadapi lagi saat-saat yang mengerikan dan sungguh membuat trauma, saat mereka nyaris tidak tidur demi bisa memenuhi tenggat waktu yang tidak masuk akal yang dipaksakan oleh Killian. Jadi, hasilnya positif dan angka persentase yang diharapkan pun tercapai, yaitu 99,99% Liliana memang putrinya dan perempuan yang pernah bekerja sebagai sekretarisnya itu adalah betul istrinya. Syukurlah. Para tenaga medis itu sampai menangis dan berpelukan penuh haru ketika perjuangan mereka akhirnya berhasil. Bahkan Aiden p
Nyaris saja Killian terkena serangan jantung. Seseorang yang tadi mengendap-endap itu baru saja selangkah memasuki dapur, ketika dia langsung meringkusnya. Killian hampir membantingnya, sebelum akhirnya menyadari siapa orang yang coba dia ringkus. Dengan cepat Killian memutar posisi mereka, sehingga pada akhirnya dia sendirilah yang terbanting. Sementara, orang itu pun aman karena terjatuh di atas tubuhnya. "Kills!" seru Aila, terbelah antara rasa terkejut karena Killian yang tiba-tiba menyergap dan juga khawatir karena lelaki itu terjatuh dengan cukup keras. Ditambah lagi, dia yang sekarang terbaring di atas tubuh suaminya. "Kills, kamu tidak apa-apa?" Killian mengerang sesaat. Rasa sakit pada punggung memang dia rasakan, tapi itu bukan masalah baginya. Saat ini yang membuat jantungnya berpacu begitu kencang adalah kenyataan bahwa dia hampir saja membanting Aila. "Ya, Tuhan, Queen. Kamu membuatku terkejut!" serunya. "Bagaimana kalau tadi aku tidak sempat bereaksi dan benar-benar
Terdengar sebuah suara notifikasi. Ada sebuah pesan yang masuk dan Hugo sudah mengetahuinya, tapi lelaki itu tetap saja bergeming. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan dia belum juga tidur. Saat ini, ada begitu banyak hal yang sekarang memenuhi benaknya. "Lottie ...," bisiknya dengan nada mengeluh. Entah sudah berapa kali Hugo menghela napas berat. Semenjak menerima kabar soal hal yang terjadi saat acara pesta ulang tahun adik perempuannya itu, dia merasa seolah dadanya dipukul dengan begitu keras. Lelaki itu sama sekali tidak menyangka kalau adik perempuan satu-satunya yang begitu dia sayangi, ternyata sanggup melakukan hal yang bahkan tidak pernah Hugo perkirakan. "Ya, Tuhan. Maafkan aku karena tidak bisa menjadi Kakak yang baik." Mendesah, Hugo benar-benar merasakan beban yang semakin berat di dalam hatinya. "Kalau saja aku bisa berusaha lebih keras lagi, Lottie tidak akan melakukan hal semacam itu. Kalau saja aku bisa menjadi Kakak yang lebih baik lagi baginya. Ka
"Belum terlambat kalau kamu ingin kembali pulang, Queen."Selama beberapa saat, Aila menatap suaminya yang memasang ekspresi khawatir. Sejak tadi, Killian sudah berusaha melarangnya untuk ikut, tapi Aila tetap bersikeras."Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk menghadiri persidangan kali ini. Toh, hasilnya juga sudah dipastikan," lanjut Killian lagi.Mengulas senyuman, Aila masih berusaha untuk tidak menunjukkan kegelisahan hatinya. "Tidak apa, Kills. Mungkin saja kan, kalau nanti kehadiranku tiba-tiba dibutuhkan?""Aku sama sekali tidak suka karena kamu akan bertemu lagi dengan perempuan itu.""Kills, menurutmu apa yang mungkin saja bisa terjadi, meski kami bertemu nanti? Lagi pula, kami tidak mungkin bertemu berduaan saja kan? Toh, masih ada kamu dan juga yang lainnya, bahkan Ansia juga akan ada di sana."Killian tidak lagi menyahuti dan hanya menghela napas berat, sembari memalingkan wajah. Mau bagaimana pun, lelaki itu masih saja merasa cemas apabila Aila nanti bertemu dengan Cha