"Nyaris tidak ada bukti apa pun yang bisa saya temukan, Tuan Muda. Hanya ada sedikit sekali petunjuk yang bisa saya jadikan sebagai pegangan."
Ada kerutan tipis yang mulai muncul di dahi Killian.
"Yang pertama adalah adanya bekas ban yang berasal dari dua jenis mobil yang berbeda. Jejak yang pertama, menandakan ada bekas mengerem dan alur ban yang tertinggal pun cocok dengan ban mobil yang digunakan oleh Nyonya Muda. Sementara untuk jejak ban yang kedua, apabila dilihat dari bekas yang ditinggalkan, seperti berasal dari ban mobil yang digas secara mendadak."
"Apa polisi tidak bisa menyadari hal tersebut?"
"Mereka sebenarnya juga sudah mengetahui soal itu, termasuk mengenai kondisi bagian belakang mobil Nyonya Muda yang rusak parah. Namun, yang menjadi kendala adalah tidak adanya bukti lain, sehingga hal tersebut membuat pihak kepolisian mengalami kesulitan untuk memperkirakan kejadian yang se
"Nona Harron bisa sampai berhubungan dengan lelaki itu adalah melalui bantuan salah satu pegawai yang bekerja di keluarganya. Kalau menurut pendapat saya, sepertinya beliau melakukan hal tersebut tanpa sepengetahuan Tuan dan Nyonya Besar Harron, juga Tuan Muda Hugo."Killian tidak memberi tanggapan apa pun. Jangankan menjawab, melirik ke arah Erick pun tidak. Lelaki itu hanya bertopang dagu dengan sebelah tangan dan membuang pandangan ke luar jendela mobil."Lelaki itu, Evan, dia berhasil mencelakakan Nyonya Muda karena sudah mengintai gedung kantor kita selama beberapa hari sebelumnya," ujar Erick lagi, melanjutkan laporannya. Sebab setelah Killian pergi, lelaki baya itu lantas memutuskan untuk meneruskan kembali proses interogasi. "Lalu, kebetulan saja pada hari itu Nyonya Muda datang ke kantor, sehingga dia pun bergegas membuntuti ketika beliau pergi. Sampai kemudian ...."Erick tidak lagi meneruskan ucapannya. Dia me
Selena menghela napas panjang. Sejak meninggalkan ruang rias Ansia, perasaannya dengan cepat menjadi muram. Apalagi, ditambah dengan kehadiran Andreas yang terus menempel dengannya seperti ini. "Aku hanya khawatir karena kamu pergi terlalu lama, Babe," ujarnya beralasan. "Makanya, aku datang menyusulmu." "Aku hanya pergi selama lima belas menit, Reas," balas Selena dengan menahan rasa kesalnya. "Jangan bersikap berlebihan." "Bukan berlebihan, tapi itu karena aku khawatir." "Memangnya, apa yang kamu khawatirkan?" "Itu—" Andreas terdiam untuk sejenak, sebab bahkan dia sendiri pun tidak paham. Mengapa akhir-akhir ini dia kerap didera oleh perasaan cemas? "Aku ... aku hanya khawatir kalau kamu akan meninggalkanku. Aku benar-benar tidak ingin kehilangan dirimu, Babe." Selena menghembuskan napas berat sekali lagi. "Sekarang beri t
Beberapa saat sebelumnya."Kills?" Selena terperanjat. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu berada di sin—"Kali berikutnya, perempuan itu pun terkesiap ketika Killian dengan cepat sudah langsung mendekatinya."Aku merindukanmu, Queen," ujarnya, semakin memperpendek jarak di antara mereka. "Aku benar-benar merindukanmu."Selama ini ada begitu banyak hal yang mungkin saja tidak bisa Selena pahami, tapi untuk sekarang perempuan itu begitu yakin atas satu hal.Bahwa dia pun sangat merindukan lelaki ini."Aku juga merindukanmu, Kills," sahut Selena, benar-benar berharap kalau Killian memeluknya saat ini juga. Namun seolah tidak memahami keinginannya, Killian justru berhenti dengan menyisakan sedikit jarak. "Kenapa kamu sama sekali tidak menghubungiku? Apakah ... apakah kamu tidak menyukaiku lagi? Atau apakah kamu tidak lagi menginginkanku?"&nbs
Charlotte bersenandung sendiri.Rupanya saat ini putri tunggal keluarga Harron tersebut dalam suasana hati yang bahagia. Sebab, bagaimana tidak?Hari ulang tahunnya hanya tinggal sebentar lagi. Ditambah, ada kejutan menyenangkan yang akan dia terima di hari kelahirannya tersebut."Bagaimana dengan gaun ini, Nona?" tanya salah seorang asisten desainer, sembari menunjukkan sebuah contoh gaun bergaya sabrina dengan warna putih. "Warna putih pasti akan terlihat sangat cocok bila Anda kenakan."Wajah Charlotte seketika cemberut. "Apa menurutmu gaun yang sederhana seperti itu layak untukku?"Asisten desainer itu pun terdiam. Gaun yang dia rekomendasikan memang bergaya simpel, tapi terlihat elegan dan juga manis.Namun karena dia paham bahwa setiap orang memiliki selera masing-masing, maka dengan senyuman di wajah perempuan itu pun lantas bertanya, "Kalau begitu, ga
"Brengsek!"Andreas membanting jam digital yang semula berada di atas meja kerjanya. Tidak berhenti sampai di situ, dia juga berlanjut melemparkan beberapa benda yang lain."Kenapa lelaki seperti dia tidak menghilang saja? Sialan!"Sesaat Ronald memejamkan mata ketika Andreas kembali membanting benda lain, kali ini bahkan dibarengi dengan gebrakan meja yang kuat.Menarik napas dalam-dalam, asisten pribadi itu berusaha untuk tetap bisa bersikap tenang. Sebab sejak pulang dari acara pernikahan Ansia Roxanne tadi siang, atasannya itu terus saja marah-marah.Andreas hanya sanggup menahan amarah, setidaknya sampai mengantarkan Selena pulang. Rupanya lelaki itu ingin agar tetap bisa terlihat bersikap tenang, apabila di hadapan tunangannya.Namun setelah itu, barulah sifat Andreas yang sebenarnya pun keluar.Bahkan hingga waktu yang saat i
Salahkah bila dia berharap agar bisa mendapatkan kesempatan kedua?"Ayo kita berpisah," ujar Andreas waktu itu. Dia bicara dengan nada enteng, seolah ucapannya tadi bukanlah sesuatu yang cukup penting.Hal tersebut sangat berkebalikan dengan perempuan bermata abu yang kini memandangnya dengan wajah pucat. Selena Hills."A—apa? Tapi, kenapa? Andreas, kenapa kamu tiba-tiba—""Yah, ingin saja. Lagi pula, aku juga sudah bosan denganmu, Babe. Ah, tunggu. Tentu saja mulai sekarang aku tidak perlu memanggilmu seperti itu lagi. Benar begitu kan, Nona Hills?"Selena Hills tidak sanggup mengatakan apa pun. Perempuan yang sebenarnya sudah mengenal Andreas sejak masa sekolah itu hanya sanggup berdiri diam sambil berusaha mengatur napasnya.Ya, Tuhan. Sesak sekali rasanya."Jadi, apa arti hubungan kita selama ini?" tanyanya dalam bisikan y
Killian memegang dua lembar kertas di tangannya dengan gemetar.Entah bagaimana sebenarnya perasaan yang dia alami saat ini, tapi yang jelas ada ekspresi marah dan sedih yang silih berganti melintas di wajahnya."Bu, ini ...?" Killian menelan ludah beberapa kali, merasa kesulitan untuk mencari kata-kata. "Ini ..., maksudku, surat ini .... Jadi, ini berarti bahwa Selena sebenarnya waktu itu sedang .... Ya, Tuhan."Mendongakkan kepala dan menghela napas berat, Killian berusaha menahan air mata yang sudah hendak jatuh."Iya, Ian," jawab Ivona dengan suara yang sedikit tercekat. "Iya. Itu surat yang diberikan Aria Hills kepadaku. Tadinya dia malah sempat tidak mau menemuiku. Aku benar-benar kesulitan untuk bisa bertemu dengannya. Bahkan, aku pun sampai heran dengan sikap Aria yang terus berusaha menghindariku seperti itu.""Lalu, Bu?""Lalu—" Ivona menarik
Grand ballroom Double Tree by Hilton terlihat sangat megah malam ini.Desain interiornya begitu mewah, dipenuhi aksen berwarna putih dan emas yang merupakan warna khas milik keluarga Harron. Bahkan bunga-bunga hidup yang menghiasi banyak sudut pun dirangkai dan diberi hiasan dengan warna yang serupa.Ada seribu orang yang diundang ke acara yang begitu spesial ini dan mereka pun mulai berdatangan. Tidak ada satu orang pun yang tidak berdecak kagum ketika memasuki grand ballroom. Venue yang langsung menyambut begitu mereka memasuki ruangan balllroom, memang benar-benar mengesankan.Apakah ini sekedar acara ulang tahun atau sebuah acara pernikahan?Tidak sedikit dari para tamu undangan yang menanyakan hal yang sama. Sebab apabila melihat dari suasana glamor yang ada, maka acara kali ini memang lebih pantas bila digunakan untuk sebuah pernikahan.Di bagian depan ballroom terdapat seb