แชร์

Bab 44

ผู้เขียน: Atieckha
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-16 08:22:09

“Kamarnya kosong. Di mana mereka?” tanya Alex dengan nada panik, matanya langsung menyapu sekeliling ruangan.

Langkahnya makin cepat memasuki ruang rawat inap yang tampak sepi. Di depan pintu masih tertempel jelas tulisan larangan masuk selain orang tua pasien. Tapi Alex dan William tak mengindahkannya. Bagi Alex, saat ini tidak ada aturan yang lebih penting dari mencari tahu keberadaan Olivia.

Begitu memasuki ruangan, William langsung melihat ke sekeliling. Matanya berhenti pada tumpukan barang di pojok ruangan.

“Tuan, ini tas dan sepatunya Angel. Ini juga seragam kerja dari anda,” ujarnya sambil menunjuk. “Berarti dugaan kita benar. Olivia memang anaknya.”

Deg.

Jantung Alex serasa berhenti berdetak sesaat.

Alex tak bisa diam. Ia melangkah cepat menuju tas yang ditunjuk William, lalu meraihnya dan membuka tanpa ragu. Tangannya sedikit gemetar saat membuka resleting. Di dalam tas itu, ia menemukan dompet kecil, beberapa perlengkapan wanita, dan satu ponsel tua dengan layar retak di b
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 45

    William segera berlari ke arah meja perawat. “Tolong! Pasien di UGD pingsan lagi. Cepat panggil dokter!” teriaknya.Tak butuh waktu lama, dua orang dokter bersama satu perawat masuk ke dalam ruang UGD tempat Angelica dirawat. Mereka langsung memeriksa kondisinya. Salah satu dokter memerintahkan pemasangan oksigen sambil memantau tekanan darah dan denyut jantung Angelica.Alex berdiri di samping ranjang, tak berpaling sedikit pun. Wajahnya tegang, penuh kecemasan. Tangannya menggenggam jemari Angelica yang terasa sangat dingin.“Bagaimana keadaannya, Dok?” tanya Alex, suara seraknya nyaris tak terdengar.Dokter wanita yang memimpin pemeriksaan menoleh cepat. “Tekanan darahnya turun drastis. Tubuhnya sangat lelah dan dehidrasi. Suster tadi juga mengatakan kalau pasien belum tidur sama sekali sejak dua hari lalu, sejak sebelum operasi putrinya. Itu membuat daya tahan tubuhnya sangat drop, ditambah dengan keadaan putrinya yang dalam keadaan kritis.”Alex menatap wajah Angelica yang tampak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-16
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 46

    Tubuh kecil Olivia masih terbaring tak bergerak. Selang oksigen terpasang di hidung mungilnya, alat bantu napas bekerja terus-menerus, mengatur napasnya yang tidak lagi bisa dikendalikan sendiri.Pintu kaca terbuka perlahan. Dokter Aurora masuk bersama seorang rekan sejawat—dokter muda laki-laki berseragam putih lengkap, serta dua perawat yang membawa tray berisi perlengkapan pemeriksaan.Dokter Aurora berjalan paling depan. Wajahnya tegas namun mata lelahnya tak bisa menyembunyikan rasa khawatir yang terus menggelayuti. Ia berdiri di sisi kanan tempat tidur Olivia, lalu memberi isyarat pada perawat untuk mulai.“Cek tekanan darah dan saturasi oksigennya dulu,” ucap Aurora singkat.“Baik, Dok,” jawab salah satu suster.Sementara perawat bekerja, dokter pria yang ikut bersamanya membuka catatan rekam medis dan membandingkan data terbaru dari alat monitor.“Masih di bawah 90, saturasinya belum stabil juga,” lapor dokter itu dengan suara rendah.Aurora hanya mengangguk. Tatapannya jatuh

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-16
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 47

    “Viaaaaa, Mama mohon berjuanglah, nak. Mama bisa kehilangan apapun kecuali kamu, sayang. Mama mohon kembali, hiks hiks.” Tubuh Angelica kembali bergetar hebat karena tak kuasa menahan sakit melihat putrinya kritis di saat operasi sudah dilaksanakan.“Maafkan Mama telah menyembunyikan tentang keberadaan Papamu, sayang. Mama hanya ingin kita hidup tenang, nak. Maaf kalau Mama belum sempat buat kamu bahagia. Kembalilah, nak. Mama mohon.”Alex memeluk erat Angelica, mengecup puncak kepala wanita itu. Demi apapun jika ada yang harus disalahkan soal penderitaan Angelica dan Olivia, orang itu adalah dirinya.Alex sampai menyentuh ulu hatinya karena terasa sakit dan sesak. Dia sampai meremasnya untuk menghilangkan rasa sakit itu.Alex tak sanggup berdiri lagi. Lututnya goyah, tubuhnya seperti kehilangan tenaga. Ia berlutut di depan kursi roda Angelica, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam emosi yang sudah tak terbendung. Tanpa berkata apa-apa, ia meletakkan kepalanya ke pangkuan Angelica, meng

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-16
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 48

    Tubuh Angelica yang tak sadarkan diri langsung diangkat dari kursi roda oleh dua petugas medis wanita yang datang membawa brankar. Dengan cekatan, mereka memindahkannya ke ranjang dorong, sementara salah satu perawat memeriksa tekanan darah dan denyut nadinya yang melemah. Wajah Angelica pucat, dingin, dan basah oleh keringat dingin serta air mata yang belum sempat mengering.“Bawa saja ke ruang perawatan anaknya dulu biar bisa istirahat di sana. Cepat,” perintah salah satu dokter yang hendak masuk ke ruang ICU.“Baik dok,” jawab mereka.Alex mengejar mereka beberapa langkah, tapi kemudian menoleh ke arah William yang masih berdiri tegang di dekat kaca ICU, tatapannya kosong.“William…” suara Alex serak, nyaris tak terdengar. Ia mendekat dan menggenggam bahu pria itu, keras. “Kamu tetap di sini. Apa pun yang terjadi sama Olivia… sekecil apa pun perubahannya, langsung kabari aku.”William mengangguk cepat. “Baik, Tuan…”Alex tak menjawab. Ia hanya menatap sekali lagi ke arah ruang ICU,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-16
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 49

    Alex membuka matanya perlahan. Ia tidak tahu sudah berapa lama tertidur di sisi ranjang itu. Pandangannya masih buram, tapi begitu fokusnya kembali, yang pertama kali ia lihat adalah wajah Angelica—pucat, tenang, dan sangat lemah. Napas wanita itu teratur, meski tetap terdengar lirih. Infus masih terpasang di punggung tangannya, dan alat pemantau detak jantung masih berdetak pelan namun stabil di samping ranjang.Ia mengusap wajahnya sendiri, mengembus napas panjang. Tadi, saat Angelica kembali kehilangan kesadaran karena terlalu terpukul, Alex sendiri yang meminta tim medis untuk memberinya obat penenang ringan. Angelica butuh istirahat. Dia tak akan mampu berdiri lagi jika terus seperti tadi.Sekarang, wanita itu benar-benar terlelap. Tak ada air mata. Tak ada rintihan. Tapi justru itulah yang membuat dada Alex makin sesak. Karena ketenangan itu bukan hasil dari kedamaian, tapi hasil dari tubuh yang sudah terlalu lelah menangis dan hati yang nyaris kehilangan harapan.Perlahan, Alex

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 50

    PraaaankSaking terburu-burunya ingin mengejar Alex, Markus tanpa sengaja menabrak petugas gizi yang sedang membawa satu gelas teh di atas nampan untuk salah satu pasien yang barusan menelepon mereka. “Kau punya mata gak sih!” Seru Markus marah.“Ma–maaf, Tuan,” jawabnya terbata. Padahal jelas Markus yang salah bukan petugas gizi itu. Tapi justru Markus yang marah-marah. “Sial, hilang kemana dia?” tanyanya pada diri sendiri.Dia mencoba berjalan lurus di lorong itu, mengabaikan pakaiannya yang basah karena tumpahan teh hangat. Markus sedikit heran pada Alex, sebab pria itu sama sekali tidak ada mengunjungi Sophia. Tapi ngapain saja dia di rumah sakit sampai jam segini? pikirnya.Tak ingin berlama-lama ada di sana, karena sudah tak menemukan Alex. Markus pun memilih untuk kembali ke ruangan Sophia. Sebab kedua mertua dan istrinya baru sampai di rumah sakit.Sementara itu, Alex sudah berada di dalam ruang kerja dokter Aurora. Wajah dokter perempuan itu tampak lelah, matanya sedikit se

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 51

    “Permisi. Saya mau cek kondisi, nyonya,” ucap perawat itu. Jantung Markus masih berdetak kencang, dia takut kalau perawat ini melihat kegiatan panas yang mereka lakukan barusan. Andaikan dirinya mengunci ruang rawat inap itu, dia tak punya alasan untuk melakukannya. Sebab Sophia bukanlah istrinya.“Silahkan suster,” jawab Sophia.Markus memilih duduk di sofa, kursus di samping box bayi. Dia menatap putrinya dengan penuh kebahagiaan. Tak menyangka dirinya sudah memiliki anak dari perempuan yang bukan istrinya. “Kapan saya boleh pulang, sus?” tanya Sophia.Suster yang mengecek tekanan darah Sophia pun menjawab, “kemungkinan besok setelah kunjungan dokter sudah boleh pulang, nyonya,” jawabnya.Sophia hanya mengangguk.Setelah selesai lakukan pemeriksaan, suster tersebut mohon izin untuk keluar dan melanjutkan tugasnya memeriksa pasien yang lain. Markus menarik napas lega.“Untung saja tidak ketahuan,” ucapnya.“CK! Kamu sih, rakus amat,” kata Sophia.Markus kembali duduk di samping ran

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17
  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 52

    Suaranya datar, tanpa emosi. Namun, tiap katanya memuat amarah lama yang belum padam. Ia melemparkan kemeja ke atas koper terbuka dan mengibaskan tangan, seolah enggan melanjutkan topik yang selalu membuatnya kesal.“Bukan cuma nggak bisa diatur, Pa. Dia itu keras kepala, egois, sok tahu. Dia nuduh Markus macem-macem, padahal Markus itu yang paling peduli sama keluarga ini.” sahut Nyonya Abigail, nadanya meninggi sedikit. Pipinya memerah karena emosi, dan napasnya terasa lebih berat dari biasanya.Ia masih belum lupa malam ketika Alex datang membawa tuduhan soal Markus—tuduhan yang ia anggap tak masuk akal. Menurutnya, Alex hanya iri, hanya ingin menjatuhkan orang yang lebih ia percaya, seseorang yang selama ini setia menemani dan membantu keluarga mereka.Tuan Maximus merebahkan diri di tempat tidur. Matanya memandang ke langit-langit, seperti menghitung bekas luka batin yang selama ini ia simpan. Tak ada yang boleh menyakiti Amelia, mereka akan sangat marah meskipun orang itu adalah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-17

บทล่าสุด

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 72

    Napasnya tersengal karena hasrat tak terbendung juga gerakan dengan tempo cepat di atas tubuh wanita itu.Wanita berambut pirang itu hanya tersenyum. Matanya merem melek menikmati sentuhan Markus. Lalu tatapan tajam Markus tertuju pada wanita berambut pendek.“Sini mendekat,” kata Markus pada wanita berambut pendek itu. Wanita itu segera mendekat ke arah Markus. Pria itu langsung dengan rakus melahap bibir merah dan tipis sang wanita. Menghisap begitu dalam lidah wanita itu, juga sesekali menggigit bibir bawahnya yang sangat seksi.Suara desahan mereka menggema di ruangan itu. Pria itu mencabut miliknya dari milik wanita berambut pirang itu. Lalu meminta perempuan yang satunya berlutut membelakanginya. Markus mulai melakukan penyatuan dari arah belakang. Jeritan kesakitan terdengar jelas dari wanita itu, saat Markus beberapa kali mencoba menusuk bagian belakang sang wanita. Tentu saja sangat sakit, bahkan bisa dipastikan akan meninggalkan luka di area belakang miliknya. Namun demi

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 71

    “Apa anda tidak ingin menjadikan kami sebagai langganan anda, tuan?” tanya Wanita berambut pirang itu. Sementara wanita yang berambut pendek itu masih memanjakan Markus dengan mengulum milik pria tersebut. “Lokasi kita terlalu jauh. Andai saja kalian tinggal dekat denganku, mungkin aku akan lebih sering memanggil kalian. Tapi jujur aku suka bosan, aku lebih suka main gonta-ganti dengan wanita yang berbeda. Biar tahu rasanya,” ucap Markus.Wanita berambut pirang itu sedang duduk di samping Markus dengan bersandar manja di bahu pria tersebut. Sementara tangannya bergerilya di atas dada pria itu. “Tapi berjanjilah kalau anda datang ke kota ini, kami dapat bagian memuaskan anda, Tuan,” pintanya penuh godaan.“Tentu saja. Aku akan meminta pihak hotel untuk menghubungi kalian, bila aku datang lagi ke kota ini dan menginginkan kalian,” jawabnya. Markus mencium bibir wanita berambut pirang itu. Melahapnya dengan rakus dan penuh nafsu. Dia sudah terbiasa dimanjakan 2 perempuan penghibur se

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 70

    Alex dan Angelica segera memakai pakaian lengkap lalu keluar dari kamar. Suara pecahan kaca yang mereka dengar barusan terlalu keras untuk diabaikan. Alex sempat berhenti sejenak di depan pintu, memastikan suara itu tidak berlanjut. Setelah yakin tidak ada teriakan atau suara lain yang mencurigakan, mereka bergegas menuruni tangga.Di lantai satu, suasananya cukup gaduh, tapi jelas terlihat ada pecahan kaca berserakan di lantai dekat dapur bersih. Meja kecil di sudut dapur itu sudah tidak utuh lagi. Permukaannya pecah, menyisakan kerangka logam yang masih berdiri tapi tidak lagi kokoh.“Apa itu, Pak?” tanya Alex pada salah satu penjaga rumah yang berdiri di dekat dapur dengan wajah cemas.Penjaga itu, yang juga merangkap sebagai pengawal pribadi Alex, langsung menunjuk ke atas meja. “Ini, Tuan. peralatan dapur yang ada di atas rak jatuh. Mungkin Bibi naruhnya kurang pas, jadi kena meja kaca ini. Pecah, Tuan.”Napas Alex sedikit tertahan. Wajahnya masih terlihat waspada. Ia sempat ber

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 69

    “Kamu tenang saja, sayang. Pokoknya aku akan mencari tahu ke mana dia pergi. Aku yakin dia tidak akan meninggalkan rumahnya yang besar itu. Dia mungkin hanya pergi untuk sesaat,” ucap Markus dari seberang telepon. Suaranya terdengar pelan namun penuh keyakinan, seolah semuanya sudah dalam kendalinya.Sophia tidak bisa menyembunyikan ekspresi gelisahnya. Jemarinya mengetuk-ngetuk gagang telepon, sementara matanya menatap kosong ke arah depan. Meski Markus tidak bisa melihatnya, kegelisahan itu terasa dalam getaran napasnya yang teratur tapi berat.“Aku hanya ingin tahu saja ke mana perginya dia. Bahkan tadi dia bilang kalau aku yakin itu anaknya, maka aku harus ikut dia ke luar negeri untuk melakukan tes DNA kedua,” ucap Sophia lirih, tapi cukup jelas terdengar.Kalimatnya sengaja dipoles. Ia tahu betul cara memanipulasi emosi pria di seberang telepon itu. Dengan suara lembut, seolah dirinya adalah wanita yang paling tersakiti, ia memainkan perannya dengan sempurna. Di balik kalimatnya

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 68

    Tiba-tiba Alex berlutut di hadapan Angelica yang masih duduk di kursi panjang. Tubuh keduanya masih bergetar hebat. Isak tangis belum juga reda, seolah dada mereka terlalu penuh dengan luka yang selama ini tertahan.Alex menunduk dalam-dalam, tangannya menggenggam kaki Angelica seperti seseorang yang takut kehilangan satu-satunya pegangan hidup. Tatapannya nanar, rahangnya mengeras karena menahan luapan emosi. Sekuat tenaga, ia mencoba untuk bicara, namun suaranya justru tercekat di tenggorokan. Air mata kembali menetes deras, jatuh ke lantai balkon yang dingin.Malam itu tak ada suara selain gemerisik angin dan deru napas mereka yang berat. Bahkan nyanyian jangkrik pun seakan bungkam, memberi ruang bagi luka mereka untuk bicara.Alex bisa merasakan… bisa membayangkan betapa beratnya menjadi Angelica saat itu. Ia berusaha keras membayangkan bagaimana perempuan yang ia cintai begitu dalam, harus menanggung semuanya sendiri. Diusir. Diculik. Dibuang ke tempat asing. Dipaksa bertahan han

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 67

    Malam harinya, setelah Olivia tertidur lelap di kamarnya, Alex dan Angelica berjalan pelan ke balkon kamar mereka. Angin malam dari kota New Capitol bertiup sejuk, menyapu lembut wajah keduanya. Di balkon, mereka duduk di kursi panjang—yang akan menjadi kursi favorit Alex—dengan punggung bersandar santai dan kaki terangkat di atas meja kayu kecil di hadapan mereka. Red wine di gelas kaca di tangan Alex berkilau tertimpa lampu. Suasana tenang, namun hati mereka tak tenang."Ceritakan sekarang, sayang," ujar Alex lirih. Tatapannya menerawang ke arah langit gelap di kejauhan, tapi sesekali ia melirik Angelica. "Kenapa kamu tiba-tiba menghilang waktu itu? Kenapa kamu nggak pernah berniat kembali untuk menenangkan aku?"Angelica menarik napas panjang. Ia memandangi tangan sendiri yang gemetar halus, lalu menatap mata Alex yang kini penuh kesedihan dan penyesalan. "Sebelum aku cerita, kamu harus janji. Apapun yang kamu dengar nanti... kamu nggak boleh ceritakan ke siapa pun, kamu juga gak

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 66

    Braaaak!Karena tubuhnya yang pendek dan harus jinjit saat membuka pintu kamar kedua orang tuanya, sehingga saat pintu terbuka suaranya seperti pintu sedang dibanting dan dibuka paksa. Olivia plonga plongo karena kamar itu kosong.“Loh kok hilang Mama dan Papa? Mamaaaaaaa, Papaaaaaa! Huaaaaaa huaaaaaaa!”Jeritan Olivia langsung menggema di seluruh kamar, tangisnya pecah seketika. Napas kecilnya tersengal-sengal di sela tangisan yang mengguncang dadanya.Suster Lila yang mendengar tangisan itu langsung panik, buru-buru memeluk dan mengajak Olivia keluar kamar. Tapi sebelum sempat keluar dari pintu sepenuhnya, kepala Alex menyembul dari balik sandaran sofa.“Kok nangis sih? Papa dan Mama hanya bercanda,” ucap Alex cepat, mencoba menenangkan sambil menahan napas—bohong yang harus ia ucapkan demi menyelamatkan situasi.Angelica, yang masih terduduk di bawah sofa, buru-buru mengenakan kembali pakaian dalamnya dengan jari gemetar. Pipinya merah padam. Bukan hanya karena malu, tapi juga kare

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 65

    "Kenapa diam?" suara Alex terdengar dingin dan penuh tekanan. Ia berdiri tegak, menatap Sophia dengan sorot mata tajam. "Aku bertanya loh, seperti apa hebatnya aku malam itu? Kamu nggak lupa kan?"Sophia masih membisu. Wajahnya kaku, tapi matanya berkedip cepat. Seolah-olah sedang menahan sesuatu—marah, kecewa, atau mungkin takut. Tapi ia memilih tidak menjawab.Alex mendekat satu langkah, suaranya menurun tapi nadanya tetap menusuk. "Kau mau aku baik padamu? Menyentuhmu setiap hari? Memberikan kepuasan lahir dan batin sebagai suamimu?"Mendengar itu, mata Sophia langsung berbinar. Kilatan harapan muncul sejenak di sana. "Tentu saja aku mau," ucapnya cepat, nyaris terburu-buru.Namun, Alex justru tersenyum—senyum yang tidak membawa kehangatan. Senyum dingin yang mengisyaratkan bahwa ia sedang mengatur permainan. "Kalau begitu, ikut aku ke luar negeri. Kita lakukan tes DNA untuk anak yang kau lahirkan dan kau akui sebagai anakku."Wajah Sophia langsung berubah. Kilat amarah muncul begi

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 64

    Sophia berusaha menahan gejolak emosinya yang nyaris tak bisa dibendung. Matanya tajam menatap punggung Alex yang mulai menjauh, melangkah menuju ruang ganti dengan diam, tanpa sepatah kata pun. Dalam sekejap, ia mengejar pria itu, langkahnya cepat dan mantap. Begitu berada di ambang pintu, ia menarik napas panjang, lalu langsung memeluk tubuh suaminya dari belakang. Tangannya melingkar kuat di pinggang pria itu, wajahnya menempel pelan di punggung sang suami. Dadanya yang besar sengaja digesek-gesek kan berharap agar Alex tergoda.Alex tidak menolak. Ia tak menggeliat, tak menyentak, tak juga bicara. Tubuhnya mematung, berdiri tegap seolah menahan sesuatu dalam diam. Tapi bagi Sophia, ketidakmenolakan itu sudah lebih dari cukup. Ia mengartikan sikap itu sebagai isyarat—ia tahu, masih ada celah untuk masuk, masih ada bagian dalam diri Alex yang bisa disentuh dan dibangkitkan.“Aku merindukan sentuhanmu, Alex…” bisik Sophia pelan, nyaris seperti gumaman. Suaranya lembut, tetapi berisi

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status