Setelah Brandon sang bartender muda pergi, Gio mengutarakan protes. "Luna, kenapa tadi ngenalin aku sebagai kakak kamu? Ah, nggak seru." "Kenapa kamu kaget, sih? Masih untung nggak aku kenalin kamu sebagai kakekku," jawab Luana cuek, dia mulai merasakan efek dari minuman anggur yang masuk ke dalam perutnya. Luana memejamkan mata dan meresapi sensasi aneh tiap kali dia 'ditenangkan' dengan anggur ini. "Dasar. Kenapa nggak kamu kenalin aku sebagai pacar kamu saja coba?" Gio masih saja protes, sedang Luana dengan santai menuang kembali anggur putih itu ke dalam gelas. "Nggaklah. Brandon bisa-bisa menertawakan aku nanti." Luana menjawab sambil memegangi kepalanya, berputar-putar tapi anehnya dia merasa tenang, seakan beban yang sedari tadi dipikul olehnya perlahan terangkat. Rasa sakit dibuang oleh Kyle perlahan terlupakan dari kepalanya. "Kenapa dia tertawa?" "Kenapa? Ya karena jangan dibahas. Sudahlah." Luana menggeleng-geleng, tidak ingin membahas hal yang menurut dia tida
Luana bangun pagi dalam keadaan pusing luar biasa, entah efek minum tadi malam atau karena darahnya dihisap oleh Gio. Gadis itu meraih gelas berisi air putih di meja dan menenggaknya sampai habis, berjalan terhuyung-huyung ke almari es untuk mencari minuman pereda mabuk. Lupa kalau hari ini adalah Sabtu, gadis itu terburu-buru mandi karena berpikir harus segera berangkat ke kantor untuk bekerja. Barulah ketika badannya segar dan muntah-muntah akibat mabuk, dia sadar kalau hari ini ternyata libur bekerja. Luana segera menbaringkan kembalitubuhnya ke ranjang sambil makan cemilan yang dikirim oleh Gio untuk menambah darah. Dia benar-benar santai hari ini. Luana mengambil ponselnya yang sejak semalam sengaja tidak dia tengok, begitu membuka layar ponsel, terperangahlah dia. Hampir seratus pesan datang dari Kyle. Dia benar-benar tidak menyangka pria itu mengirim chat padanya sebanyak ini! "A-apakah dia memaki-maki aku? Apakah dia menyuruh aku pergi menjauh dari hadapanny
Luana yang galau karena ternyata sampai sore pesan yang dia kirim untuk Kyle tidak juga mendapat balasan, memilih untuk tidur. Namun, karena terus menunggu balasan dari Kyle, sampai ketika di dalam tidur pun dirinya dibayangi mimpi pesan-pesan yang dia kirim untuk Kyle tersebut. Dalam mimpi dia merasa mendapat pesan balasan dari Kyle, jadi gadis itu pun segera terbangun dengan tangan mencari ponsel. Luana berpikir mimpinya mungkin sajamenjadi kenyataan, jadi dengan penuh semangat Luana pun menggeser kunci layar dan membuka kotak pesan. Namun.... "Berengseeeeeeek!!" Ke empat chat darinya tetap tidak mendapat balasan dari Kyle, bahkan itu satu huruf pun! Dia benar-benar yakin sekarang kalau Kyle sedang membalas perbuatannya semalam, yang tanpa sengaja mengabaikan pesan pesan dari sang tuan muda tersebut. Tidak mau kalau harus menunggu dalam keadaan galau sampai besok pagi, Luana pun menulis lagi pesan untuk Kyle, kali ini dengan emosi yang membara. [Maksud Anda melakukan ini
Sementara itu, Kyle punya alasannya sendiri tidak bisa menepati janji untuk menemui Luana di rumahnya. Setelah turun dari pesawat dan berada di bandara, Kyle dijemput oleh Rion untuk membawanya pulang. "Kamu bisa pulang sendiri, aku masih ada urusan yang harus aku selesaikan." Kyle mengatakan hal itu seraya mengambil kunci dari tangan Rion. Namun, Rion menggeleng dan menahan kunci itu tetap berada di tangannya. "Ada apa?" Kyle yang melihat gelagat tak biasa dari Rion tersebut, bertanya. Rion tidak segera menjawab, sekretaris Kyle itu justru membukakan pintu untuk Kyle dan meminta tuan mudanya itu untuk masuk. "Ada masalah genting yang harus Anda selesaikan sebelum hari senin." Anehnya, hanya itu yang dikatakan oleh Rion, tapi Kyle langsung tanggap bahwa itu bukanlah masalah biasa yang bisa dia tunda untuk diselesaikan. Kyle akhirnya masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Rion yang mengemudikan mobil tersebut meninggalkan bandara. "Aku kasih kabar Luana dulu kalau begitu
Kyle tertawa sumbang mendengar ucapan sinis ayahnya, menjawab dengan mata sedikit menyipit. "Aku tidak menyangka ayah ternyata serendah itu menilai orang. Memangnya apa yang salah dengan asal usul keluarga Luana?" Melihat anaknya yang sudah terbakar amarah, tuan Ivander, ayah Kyle itu hanya memandang dengan santai. "Menurutmu, apakah gadis yang ibunya bekerja di luar, tidak jelas keberadaannya, dan meninggalkan anaknya lalu menikah lagi dan memilih kebahagiaannya sendiri, bukan termasuk perempuan rendahan?" Ayahnya berkata dengan alis terangkat satu. Brak!! Kyle membanting dokumen-dokumen yang tadi dibawanya ke meja kerja sang ayah. "Berhenti mengolok-olok seseorang yang tidak kamu kenal dengan baik, Ayah! Cukup. Jangan menghina Luana lagi!'" "Aku tidak menghina, aku bicara kenyataan. Bagaimana keluarga dia hancur, ibunya meninggalkan ayahnya karena ayahnya tidak mampu bekerja, dan Luana—" "Ayah tidak tahu bagaimana dia bekerja dan berusaha sangat keras menyelesa
Tuan Ivander berkata lagi, kali ini dengan nada lebih putus asa. Kyle yang sejatinya sangat menyayangi ayahnya, akhirnya mengangguk pelan. Pria muda itu mencoba bertoleransi sedikit lagi meski ayahnya selalu bersikap sangat menyebalkan dan seenaknya sendiri. "Silakan Ayah bicara," ucapnya tenang. Kyle kembali duduk saat sang ayah menunjuk kursi, pria itu belum sepenuhnya percaya dengan sang ayah, sehingga duduk dengan ekspresi defensif. Seakan-akan siap pergi kapan saja, jika ucapan sang ayah kembali menyakiti hatinya. Tuan Ivander yang melihat bagaimana Kyle memberi kesempatan, menghela napas lega dan mulai berbicara. "Mengenai masalah sayembara itu, maaf, memang benar, aku sudah tahu semuanya, tentang vampir itu juga, dan Luana yang hampir mati juga. Aku sengaja membuat dokumen itu untuk memancing dirimu kembali sini, karena aku tahu kalau kamu pasti tidak akan terima jika Luana yang disalahkan di insiden pulau itu." Tuan Ivander mulai berbicara panjang lebar.
Sepulang kerja, hujan turun dengan derasnya, membuat Luana benar-benar terkurung di dalam rumah. Dia berencana menghabiskan malam dengan menonton drama setelah berendam di dalam kamar mandi yang membuat tubuhnya segar dan wangi. Luana tiba-tiba berpikir kalau menonton drama di ponsel sambil makan mie yang dicampur telur pasti rasanya nikmat sekali, jadi dia berjalan menuju dapur untuk melaksanakan niatnya tersebut. Dengan handuk masih melilit di kepala karena rambutnya yang masih basah, Luana mulai menyiapkan apa saja yang akan dia masukkan ke dalam mie nya tersebut. Selesai mandi, Luana hanya memakaikaus warna putih long size sampai paha dengan hanya memakai celana dalam tanpa menggunakan bra di dalamnya. Luana berniat menonton drama itu sampai tertidur, jadi dia memutuskan untuk tidak memakai bra agar tidak repot-repot melepasnya ketika hendak tidur nanti. Luana berjongkok untuk mengambil sesuatu dari dalam kulkas, dia mengambil cabe, telur, sosis dan daun bawang Se
"Aku bicara jujur, Luana." Kyle mengatakan itu dengan tegas, seraya berjalan mendekat seraya mengulurkan tangannya untuk meraih gadis itu ke dalam pelukannya. "Aku tidak pernah berbohong padamu," lanjutnya dengan serius, saat Luana sudah berada di dalam pelukannya. "'Sudahlah, lupakan. Lagian itu juga sudah hampir seminggu lalu," balas Luana sambil menggeleng dengan pasrah. Tidak ada gunanya lagi untuk marah, toh pelukan dari Kyle ini benar-benar membiusnya, mencairkan seluruh kemarahan yang sebelumnya membuncah di dadanya. Luana balas memeluk Kyle, tubuh pria itu besar, ramping dan berotot, sehingga sangat nyaman untuk berada di pelukannya. "Maafkan aku, akhir-akhir ini benar-benar nggak ada waktu istirahat, Luana. Maafkan aku, ya?" bisiknya lembut di samping telinga sang gadis. Luana sekali lagi menggeleng. Meskipun dia membalas pelukan Kyle, bahkan membebankan wajahnyadi dada bidang pria itu, dan dia juga sudah luluh saat Kyle mengatakan maaf pertama, dia tetap pura-pu
Anehnya, hal itu tidak ada terjadi hari ini. Di bagian depan celana, hanya ada basah di bagian yang terletak di antara dua pahanya. Seperti normalnya orang yang baru saja mengeluarkan sperma. Sungguh aneh. Cairan itu seperti cairan pria pada umumnya sekarang. Apa yang membuatnya berbeda dengan kejadian ketika di ruangan kantor nya waktu itu? Apakah karena saat itu Kyle sedang berada diambang kehilangan kekuatan, sehingga cairannya juga berpengaruh? Hal ini harus ia bicarakan dengan Rion lagi. Setelah mencapai kesimpulan itu, Kyle bernapas lega dan memandang gadisnya dengan penuh cinta. "Kamu tadi mau melakukan apa sebelum aku ke sini, Luna?" Kyle bertanya kepada Luana yang masih betah memeluk dirinya. "Eummm, makan. Mau merebus mie tadi." Gadis itu menjawab malu-malu. "Ya sudah, sana ke kamar mandi, aku juga mau ambil celana dan baju bersih di mobil. Habis itu kita makan bersama, ya?" ucap Kyle. Luana mengangguk dan dibantu Kyle turun dari meja. Pria i
Luana terengah-engah karena payudaranya terus dimainkan Kyle, sedangkan Kyle sibuk dengan semua ketegangan dalam dirinya. "Biarkan aku melakukan ini, Lun. Aku sangat merindukannya," ucap Kyle dengan nada tegas. Pria itu memandang payudara Luana dengan sikap menghamba. Di mata Kyle, milik Luana ini selalu yang terbaik. Kedua bulatan itu besar, bulat sempurna, segar, putih mulus dan penuh, seperti mengundang Kyle untuk melesak kan mulutnya di sana, sampai benda itu terhisap sepenuhnya di mulut Kyle. "Ah, aku nggak tahan," desahnya dengan ekspresi serius saat memandang payudara besar Luana, seakan-akan itu cobaan paling berat dalam hidupnya. Pria itu benar-benar tak sabar untuk menggigit bulatan besar milik Luana yang seperti bakpao baru matang tersebut, dengan puncak berwarna merah muda yang menggoda. Pria itu tak sabar untuk melakukan banyak hal di sana. Jadi, Kyle pun mendekatkan mulutnya ke payudara Luana yang terbuka, dan mulai menjilat serta menyedot putingnya y
"Aku bicara jujur, Luana." Kyle mengatakan itu dengan tegas, seraya berjalan mendekat seraya mengulurkan tangannya untuk meraih gadis itu ke dalam pelukannya. "Aku tidak pernah berbohong padamu," lanjutnya dengan serius, saat Luana sudah berada di dalam pelukannya. "'Sudahlah, lupakan. Lagian itu juga sudah hampir seminggu lalu," balas Luana sambil menggeleng dengan pasrah. Tidak ada gunanya lagi untuk marah, toh pelukan dari Kyle ini benar-benar membiusnya, mencairkan seluruh kemarahan yang sebelumnya membuncah di dadanya. Luana balas memeluk Kyle, tubuh pria itu besar, ramping dan berotot, sehingga sangat nyaman untuk berada di pelukannya. "Maafkan aku, akhir-akhir ini benar-benar nggak ada waktu istirahat, Luana. Maafkan aku, ya?" bisiknya lembut di samping telinga sang gadis. Luana sekali lagi menggeleng. Meskipun dia membalas pelukan Kyle, bahkan membebankan wajahnyadi dada bidang pria itu, dan dia juga sudah luluh saat Kyle mengatakan maaf pertama, dia tetap pura-pu
Sepulang kerja, hujan turun dengan derasnya, membuat Luana benar-benar terkurung di dalam rumah. Dia berencana menghabiskan malam dengan menonton drama setelah berendam di dalam kamar mandi yang membuat tubuhnya segar dan wangi. Luana tiba-tiba berpikir kalau menonton drama di ponsel sambil makan mie yang dicampur telur pasti rasanya nikmat sekali, jadi dia berjalan menuju dapur untuk melaksanakan niatnya tersebut. Dengan handuk masih melilit di kepala karena rambutnya yang masih basah, Luana mulai menyiapkan apa saja yang akan dia masukkan ke dalam mie nya tersebut. Selesai mandi, Luana hanya memakaikaus warna putih long size sampai paha dengan hanya memakai celana dalam tanpa menggunakan bra di dalamnya. Luana berniat menonton drama itu sampai tertidur, jadi dia memutuskan untuk tidak memakai bra agar tidak repot-repot melepasnya ketika hendak tidur nanti. Luana berjongkok untuk mengambil sesuatu dari dalam kulkas, dia mengambil cabe, telur, sosis dan daun bawang Se
Tuan Ivander berkata lagi, kali ini dengan nada lebih putus asa. Kyle yang sejatinya sangat menyayangi ayahnya, akhirnya mengangguk pelan. Pria muda itu mencoba bertoleransi sedikit lagi meski ayahnya selalu bersikap sangat menyebalkan dan seenaknya sendiri. "Silakan Ayah bicara," ucapnya tenang. Kyle kembali duduk saat sang ayah menunjuk kursi, pria itu belum sepenuhnya percaya dengan sang ayah, sehingga duduk dengan ekspresi defensif. Seakan-akan siap pergi kapan saja, jika ucapan sang ayah kembali menyakiti hatinya. Tuan Ivander yang melihat bagaimana Kyle memberi kesempatan, menghela napas lega dan mulai berbicara. "Mengenai masalah sayembara itu, maaf, memang benar, aku sudah tahu semuanya, tentang vampir itu juga, dan Luana yang hampir mati juga. Aku sengaja membuat dokumen itu untuk memancing dirimu kembali sini, karena aku tahu kalau kamu pasti tidak akan terima jika Luana yang disalahkan di insiden pulau itu." Tuan Ivander mulai berbicara panjang lebar.
Kyle tertawa sumbang mendengar ucapan sinis ayahnya, menjawab dengan mata sedikit menyipit. "Aku tidak menyangka ayah ternyata serendah itu menilai orang. Memangnya apa yang salah dengan asal usul keluarga Luana?" Melihat anaknya yang sudah terbakar amarah, tuan Ivander, ayah Kyle itu hanya memandang dengan santai. "Menurutmu, apakah gadis yang ibunya bekerja di luar, tidak jelas keberadaannya, dan meninggalkan anaknya lalu menikah lagi dan memilih kebahagiaannya sendiri, bukan termasuk perempuan rendahan?" Ayahnya berkata dengan alis terangkat satu. Brak!! Kyle membanting dokumen-dokumen yang tadi dibawanya ke meja kerja sang ayah. "Berhenti mengolok-olok seseorang yang tidak kamu kenal dengan baik, Ayah! Cukup. Jangan menghina Luana lagi!'" "Aku tidak menghina, aku bicara kenyataan. Bagaimana keluarga dia hancur, ibunya meninggalkan ayahnya karena ayahnya tidak mampu bekerja, dan Luana—" "Ayah tidak tahu bagaimana dia bekerja dan berusaha sangat keras menyelesa
Sementara itu, Kyle punya alasannya sendiri tidak bisa menepati janji untuk menemui Luana di rumahnya. Setelah turun dari pesawat dan berada di bandara, Kyle dijemput oleh Rion untuk membawanya pulang. "Kamu bisa pulang sendiri, aku masih ada urusan yang harus aku selesaikan." Kyle mengatakan hal itu seraya mengambil kunci dari tangan Rion. Namun, Rion menggeleng dan menahan kunci itu tetap berada di tangannya. "Ada apa?" Kyle yang melihat gelagat tak biasa dari Rion tersebut, bertanya. Rion tidak segera menjawab, sekretaris Kyle itu justru membukakan pintu untuk Kyle dan meminta tuan mudanya itu untuk masuk. "Ada masalah genting yang harus Anda selesaikan sebelum hari senin." Anehnya, hanya itu yang dikatakan oleh Rion, tapi Kyle langsung tanggap bahwa itu bukanlah masalah biasa yang bisa dia tunda untuk diselesaikan. Kyle akhirnya masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Rion yang mengemudikan mobil tersebut meninggalkan bandara. "Aku kasih kabar Luana dulu kalau begitu
Luana yang galau karena ternyata sampai sore pesan yang dia kirim untuk Kyle tidak juga mendapat balasan, memilih untuk tidur. Namun, karena terus menunggu balasan dari Kyle, sampai ketika di dalam tidur pun dirinya dibayangi mimpi pesan-pesan yang dia kirim untuk Kyle tersebut. Dalam mimpi dia merasa mendapat pesan balasan dari Kyle, jadi gadis itu pun segera terbangun dengan tangan mencari ponsel. Luana berpikir mimpinya mungkin sajamenjadi kenyataan, jadi dengan penuh semangat Luana pun menggeser kunci layar dan membuka kotak pesan. Namun.... "Berengseeeeeeek!!" Ke empat chat darinya tetap tidak mendapat balasan dari Kyle, bahkan itu satu huruf pun! Dia benar-benar yakin sekarang kalau Kyle sedang membalas perbuatannya semalam, yang tanpa sengaja mengabaikan pesan pesan dari sang tuan muda tersebut. Tidak mau kalau harus menunggu dalam keadaan galau sampai besok pagi, Luana pun menulis lagi pesan untuk Kyle, kali ini dengan emosi yang membara. [Maksud Anda melakukan ini
Luana bangun pagi dalam keadaan pusing luar biasa, entah efek minum tadi malam atau karena darahnya dihisap oleh Gio. Gadis itu meraih gelas berisi air putih di meja dan menenggaknya sampai habis, berjalan terhuyung-huyung ke almari es untuk mencari minuman pereda mabuk. Lupa kalau hari ini adalah Sabtu, gadis itu terburu-buru mandi karena berpikir harus segera berangkat ke kantor untuk bekerja. Barulah ketika badannya segar dan muntah-muntah akibat mabuk, dia sadar kalau hari ini ternyata libur bekerja. Luana segera menbaringkan kembalitubuhnya ke ranjang sambil makan cemilan yang dikirim oleh Gio untuk menambah darah. Dia benar-benar santai hari ini. Luana mengambil ponselnya yang sejak semalam sengaja tidak dia tengok, begitu membuka layar ponsel, terperangahlah dia. Hampir seratus pesan datang dari Kyle. Dia benar-benar tidak menyangka pria itu mengirim chat padanya sebanyak ini! "A-apakah dia memaki-maki aku? Apakah dia menyuruh aku pergi menjauh dari hadapanny