Sebelum sempat Luana mengucap halo, Venus sudah menyerang dengan bombardir pertanyaan sehingga tubuhku membeku."Luana, kamu di mana? Astaga, aku sampai hampir gila ini di sini, kamu nggak jawab pesanku sejak semalem, dan hari ini katanya kamu keluar asrama dan sampe sekarang belum pulang juga, kamu di mana? Apa perlu aku jemput?"Nada suaranya sarat akan kekhwatiran, membuat ledakan rasa bersalah memenuhi diri Luana secara tiba-tiba."Besok aku dengar sekolahmu ada ujian. Kamu harus kembali ke asrama kalau nggak mau absen dan gagal ujian, dan sampai sekarang kamu belum pulang, apa aku perlu menjemputmu sekarang, Lu? Aku jemput, ya? Aku nggak mau kamu sampai gagal, Lu. Aku jemput ya, Luana?"Dia benar-benar terdengar cemas dan putus asa. Berkali-kali Venus meminta Luana menjawab dirinya dan menawarkan untuk menjemput di mana pun aku berada sekarang.Venus juga meminta maaf lagi, dia merasa aku begini pasti karena kejadian di rumahnya kemarin.Tak pernah Luan dengar nada itu sebelumny
"Lalu bagaimana yang benar, Sayang?"Wanita itu bertanya dengan lembut, tapi Luana yakin, dia sendiri sudah tak sabar untuk mencincang gadis itu karena berpikir sudah menyakiti putra tersayangnya.Sang nyonya tersenyum tapi Luana merasa jika wanita di depannya sudah siap menyiksa Luana jika ucapan putranya benar. Hal itu membuat tulang punggung Luana terasa dingin.Keluarga mafia tetaplah keluarga mafia.Luana sadar hal itu. "Saya harus bicara dengan Kyle, Kyle tahu semuanya, Nyonya. Biar dia yang menjelaskan," jawab Luana akhirnya, yang tak punya kata-kata untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya keadaan antara dirinya, Kyle dan Venus.Tergesa Luana datangi Kyle, menyentuh lengannya dengan pandangan memohon padanya untuk menyelamatkan Luana dari situasi membingungkan ini."Kyle, tolong jelaskan yang sebenarnya. Kamu tahu kan kalo aku itu sukanya sama kak—""Lo bilang kalo lo sukanya cuma sama gue, kenapa sekarang begitu gue begini, lo malah sama Venus?"Kyle membalas pegangan tangan L
Luana menatap semua orang yang tampak berada di sisi Kyle apa pun yang terjadi.Gadis itu menelan ludah dengan susah payah, akhirnya, memilih untuk mematikan telepon dengan tangan gemetar sebelum berhasil bicara apa pun dengan Venus.Ya Tuhan, aku salah apa sampai diperlakukan begini???Apa Gerald berniat bersikap sedramatis ini untuk membuatku semakin jelek di mata keluarganya? Atau hanya ingin menggoda seperti biasa?Apa yang diinginkan anak itu? Kenapa jadi berubah begini? Kenapa dia bersikap seakan-akan aku adalah pacarnya?Dia sedang berakting kan? Iya, kan?Atau ada yang salah dengan otaknya?Tapi, lihat ekspresi terlukanya itu, dia seperti tidak sedang berakting sama sekali.Sial.Kenapa jadi begini?Luana hanya bisa berteriak dalam hati. "Kenapa nggak jadi ngomong sama Venus, Lun?"Kyle bertanya dengan wajah tak berdosa, seakan-akan tak sadar bahwa dialah penyebab Luana tak bisa bicara dengan Venus.Seandainya hanya ada mereka berdua di sini, sudah pasti Luana akan menjambak
"Kyle."Sebelum remaja itu menjawab panggilan dari Luana, Luana mendekatkan bibir ke pipi mulusnya lalu melayangkan kecupan ringan di sana.Kyle yang tampak kaget dengan tindakan Luana yang tiba-tiba, menatap gadis itu dengan mata terbuka lebar, dia memegangi pipi bekas sentuhan bibir sang gadis, ekspresi shock menghiasi wajah tampannya.Sementara itu, Luana diam diam menahan napas. 'Huhhh. Sudah bereskan semua ini? Apa belum?'Luana bergumam dalam hati. Untuk meredakan rasa khawatirnya, tak kurang akal, Luana memegang kedua tangan Kyle dengan ekspresi penuh sesal."Aku minta maaf, oke?" pintanya. "Maafkan aku, Kyle. Maaf, ya?" ulang Luana, mencium bibirnya lagi.Sayangnya, Kyle masih belum bereaksi. Membuat Luana menjadi semakin cemas. "Hei, Sayangku, aku minta maaf, aku nyesel, aku minta maaf."Luana dengan gelisah mengatakan hal itu, bahkan memanggilnya sayang.Kyle masih tidak menjawab, tapi sebagai gantinya, dia meremas genggaman Luana. "Lun, lo serius?"Kyle bertanya dengan
Luana hanya bisa mendesah dengan frustrasi, menatap lelah remaja tampan yang sifatnya seperti iblis ini."Enggak, Kyle, kamu salah. Aku cuma mau memesan taksi online karena harus segera pulang ke asrama. Serius aku ikut senang kamu akhirnya siuman, aku senang banget sungguh, tapi mau nggak mau harus pulang sekarang karena besok.... ""Alah, alesan. Bilang aja elo nggak mau Venus semakin khawatir di sana, 'kan? Lo bilang harus pulang ke asrama, tapi sebenarnya lo mau pulang ke rumah dan ketemu lalu ngehibur dia, 'kan?"Kyle mengatakan hal itu seraya mengacak rambutnya, menatapku kesal."Di mata lo, gue ini apa, sih, Lun? Apa, Luana???"Dia lalu berteriak, membuat Luana mendesah frustasi. Luana sadar, mode gila Kyle kini kembali aktif.Sia-sia saja rasanya semua sentuhan bibir dan aktingnya barusan.Luana mengumpat dalam hati. "Bisa nggak sih nggak mikir Venus, lo kemarin nangisin dia sampe malem, kenapa sekarang malah giniin gue? Lo pikir gue juga nggak butuh dihibur? Nggak butuh ba
Tangan Luana terkepal karena hasrat ingin menampar remaja berengsek yang tengah memeluknya itu dan menyingkirkannya dari badannya dengan segera, tapi ketika melihat ekspresi haru di wajah ibu Kyle, seketika itu kepalannya mengendur.Luana tahu, jika melakukan apa yang sedang ia pikirkan saat ini, bisa-bisa nasibnya akan berakhir dikirim ke penjara bawah tanah kalau sampai berani memukul anak ini di depan ibunya.Luana tak mau hal itu terjadi, ia sangat takut gelap.Akhirnya, hanya desahan penuh keputus asaan yang tersisa dari Luana sekarang.Sementara itu, Kyle menarik napas panjang dan mengembuskannya, terlihat jelas dia yang sangat menikmati ketika memeluk sang gadis, Luana bahkanbisa mendengar dengan jelas jantungnya yang berdegup kencang dan napasnya yang teratur.Kyle saat ini tampak tenang, damai dan bahagia."Gue kangen aroma parfum lo yang ini, bukan yang kembaran sama Venus dan berbau cool water itu, gue kangen sama aroma parfum elo yang bau buah-buahan ini, Lun," bisik Kyle
Luana bingung. Bagaimana bisa Kyle mengatakan bahwa malam itu Luana terlihat cantik? Apakah dia serius?Saat Luana tengah menatap Kyle dengan curiga, Kyle melepas pelukan dan mendudukkan gadis itu di sampingnya sambil terus bercerita kepada mami-nya bagaimana hubungan mereka. Dalam sudut pandangnya, semua ciuman yang Luana berikan padanya atas nama penyembuhan, terlihat sangat manis dan menggairahkan.Itu sangat membingungkan Luana, tentu saja. Karena setahu dirinya, selama ini mereka hanya terikat hubungan kontrak. Nyonya Glory sepertinya tak tahu tentang masalah kutukan yang menimpa anaknya, sehingga terlihat percaya penuh dengan semua cerita Kyle. Pandangan penuh rasa terimakasih yang dia layangkan pada Luana, membuat hati gadis itu terasa berat. Luana heran kenapa ibunya tidak tahu? Apakah ada alasan khusus kenapa tuan Ivander bahkan Kyle sendiri, menyembunyikan masalah kutukan ini dari ibunya?Hal itu membuat Luana memandang ibu Kyle yang tampak cantik dan lemah, menebak ala
"Aduh, aduh, Luana!! Sakit!"Kyle berteriak saat Luana mencubit mulutnya lagi, dia meraih tangan gadis itu dan mengunci tubuh Luana dalam pelukannya, sehingga Luana pun tidak bisa mencubit mulutnya lagi."Sakit, Luanaaaa."Kyle kini berkata dengan suara manja, menggosokkan wajahnya di leher Luana. "Ish, lepas deh, Kyle," protes Luana, mencoba mendorong dadanya menjauh.Luana bermaksud memukulnya lagi mumpung tidak ada ibunya, tapi deheman Karios yang berdiri tak jauh dari mereka di dekat pintu, segera menyadarkan Luana bahwa anak ini tidak pernah dibiarkan sendiri, sehingga Luana pun tidak bisa berbuat seenaknya padanya.Kyke tersenyum menang meski memundurkan badan untuk menghindari Luana, lalu mengolok dengan menjulurkan lidah dan berekspresi imut seraya tertawa renyah."Wleeee!""Huuhh! Ngeselin banget kamu ini tau nggak, Kyleee!"Luana berseru sambil membuang muka dan Kyle pun tertawa terbahak-bahak.Suara tawanya yang renyah membuat Luana terpesona sesaat sehingga langsung memb
"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Ranjang itu sangat besar sehingga jika Luana ikut tidur di sana, sebenarnya bahkan tak perlu takut berdesakan dengan Kyle. "Beneran nggak... papa?" tanya Luana, yang masih takut jika kedatangannya ini mengganggu Kyle. "Iya nggak papa, sini aja sama gue di sini," ulangnya dengan lebih tegas sekarang. Kyle mendudukkan Luana di tepi ranjang dan tanpa ragu, gadis itu pun segera naik ke atas ranjang dan berbaring meringkuk di sana. "Maaf tapi... tidur di kamar asing sendirian, serem banget," ujar Luana sambil membenamkan wajah di bantal milik Kyle yang kupeluk. Kyle ikut duduk dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luana "Yaudah kalo gitu, tidur sini. Gue nanti tidur di sofa. Tuh sofanya sebelah situ, lo bisa liat gue dari sini, jadi nggak usah takut lagi, oke?" ucap Kyle. Namun, Luana menggelengkan kepala tak setuju dengan ucapannya tersebut. "Nggak boleh." Mendengar Luana mengatakan tidak boleh, Kyle tampak mengerutkan keningnya. "Hah? kenapa nggak boleh, Lun?" Kyle bertan
Untungnya, sepertinya Kyle tidak ambil pusing dengan jawaban Luana dan dia menarik tangan Luana untuk menggenggamnya. "Maaf gue tinggal agak lama. Masih takut?" Suaranya saat bertanya sangat penuh perhatian, sehingga membuat Luana merasa sedikit bersalah karena terus mencurigai remaja yang jelas-jelas menolongnya ini. "Emm, sedikit." Luana menjawab sambil merasakan genggaman tangannya yang hangat, dan mengikut Kyle menuju kamarnya. Kaos yang Kyle pakai masih kaos yang sama dengan saat dia pergi, jadi Luana semakin yakin jika Kyle tadi pergi bukan untuk membunuh Venus. Pemikiran itu membuat hati Luana berangsur-angsur tenang. "Malem ini nginap di sini apa minta diantar pulang?" Kyle yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar, bertanya pada Luana. Luana pikir tadi Kyle akan membawanya ke kamarnya, ternyata tidak. Kyle mengembalikan diriku ke kamar yang tadi ditempati Luana. "M-mungkin... mungkin di sini aja," jawab Luana, yang merasa ketakutan saat memikir
"Bodoh, bodoh!"Luana memukuli kepalaku sendiri saat memikirkan ingin menemui Venus di saat seperti ini, karena masih berharap bahwa pria itu tidak sejahat yang Luana kira dan ini semua hanyalah kesalahpahaman.Namun, realita seperti menampar kebodohan gadis itu."Gimana mungkin aku bisa mikir kalo dia nggak terlibat dalam masalah ini? Bodoh banget kalo aku mikir dia bukan orang jahat. Kak Venus jelas jelas tahu aku bekerja dengan Julia dan dia diam saja," erang Luana, menghela napas panjang.Luana sepertinya benar-benar terlalu gila dengan Venus, sehingga meski sudah mendengar sendiri bahwa dialah yang memanfaatkan Luana dan menjebaknya, Luana masih mencoba percaya bahwa itu semua bohong."Kenapa kamu bodoh banget kalo nyangkut dia, sih, Luana?" rutuk Luana, menyalahkan diri sendiri.Setelah merenung cukup lama di bawah shower, Luana yang mulai kedinginan akhirnya bangkit dan mematikan shower, lalu berjalan keluar kamar mandi menggunakan handuk. Di atas ranjang ia melihat hoodie hita
Luana berjalan masuk ke kamar mandi dan bersiap menerima hukuman dari Kyle, Kyle berjalan masuk dan mereka kini berhadapan.Kyle menatap kancing baju bagian atas gadis itu, mengulurkan tangan untuk membukanya.Satu kancing terbuka. Tubuh Luana terasa gemetar saat ujung jari Kyle tanpa sengaja menyentuh kulit Luana. Luana mempejamkan mata karena tak sanggup melihat ke arah Kyle, ia pikir Kyle akan membuka semua kancing kemeja yang ia pakai dan memandikannya seperti yang dia katakan, tapi ternyata, setelah kancing kedua, jari-jarinya berhenti.Kyle tiba-tiba memeluk Luana dengan sangat erat."Haaa, Luana."Suaranya terdengar begitu berat, tapi setelah itu dia tak mengatakan apa pun dan hanya memeluk Luana. "Lo nggak tahu betapa gilanya gue mikirin gimana kalo gue terlambat, gimana kalo lo tadi udah.... "Kyle tak melanjutkan ucapannya, hanya kembali menarik napas panjang."Lo kenapa sih selalu bikin gue kayak orang gila, Luana? Kenapa lo selalu ganggu pikiran gue, kenapa lo.... "Kyle
Kyle, yang terlihat seperti monster kelaparan, menyeringai dingin, berjalan mendekati mereka dan mengambil uang dari saku celana dan melemparkan beberapa tumpukan uang ke depan tiga orang yang hampir merusak tubuh Luana itu."Karena gue lagi nggak pengen ngeliat darah, ambil dan segera pergi! Sebelum gue memeras darah kalian sampai kering dan menjadikan kalian makanan anjing!""K-kami akan segera pergi!"Seperti menyadari keseriusan ucapan Kyle, dengan wajah pucat, ketiga orang itu buru-buru mengambil uang yang dilemparkan Kyle dan dengan tertatih-tatih berjalan keluar kamar.Luana merasa benar-benar lega karena tak jadi diambil keperawanannya oleh tiga orang tak dikenal tersebut, tapi juga ketakutan menghadapi kemarahan Kyle. 'Ahh, sial.'Luana mendesah dengan wajah pucat.Ada krisis baru sekarang. Bagaimana kalau Kyle menyangka bahwa Luana melakukan semua ini dengan suka rela?Tidak, dia harus menjelaskan pada Kyle, bahwa aku dijebak!Luana menggigit bibir bawah, memandang punggun
Ketika mengetahui hal itu, air mata mengalir semakin deras ke pipi Luana, merasa bahwa tidak ada jalan keluar.Saat melihat Luana yang menangis begitu keras, pria berambut hitam itu menyentuh paha Luana lagi, tak ada sedikit pun rasa kasihan di wajahnya.Wajahnya justru terlihat seperti orang lapar, celananya sudah membengkak hanya dengan meraba pintu masuk Luana yang tertutup celana dalam."Tolong, tolong lepaskan aku...."Luana kini hanya bisa merintih saat tangan-tangan itu mulai meraba-raba tubuhnya, mereka benar-benar sudah kehilangan akal karena melihat tubuh mulus gadis itu. Saat Luana terus memohon mereka untuk berhenti, salah satu dari mereka menampar pipi gadis itu. "Diam, kamu ini merusak kesenangan kami saja! Kamu sudah nggak punya hak atas tubuhmu. Kalau kamu gak terima, proteslah pada Julia yang telah menjual dirimu!" hardik si rambut burgundy yang merasa terganggu dengan rengekan Luana. Mulut Luana kini disumpal sehingga dia hanya bisa mengernyitkan dahinya menahan s
"K-kalian sudah membayar setengah pada siapa?" tanya Luana dengan suara bergetar, berusaha mengusir prediksi buruk yang muncul di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Siapa lagi? Tentu saja Venus dan Julia. Mereka yang udah menjual kamu ke kami dengan harga mahal karena kamu masih perawan!" jawab salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.Mendengar kenyataan yang sangat pahit itu, Luana langsung berteriak dan memberontak sekuat tenaga."T-tidak! Aku tidak tahu hal ini! Sungguh! Tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang kalian, tapi jangan sentuh tubuhku!" teriaknya. Luana terus memberontak saat tubuhku di angkat ketiga orang itu dan dilempar ke atas tempat tidur, gadis itu juga segera beringsut ke pojok dan memeluk lututnya dengan ketakutan saat melihat tiga pria yang mendekatinya dengan tatapan bernafsu."Kamu bisa menggantikan uang itu tiga kali lipat? Kalau iya, jumlahnya menjadi segini."Seorang lelaki yang berhasil naik ke atas ranjang dan memeluk t
Sementara itu.... "Apa di sini tempatnya?"Luana yang sudah sampai di motel yang dimaksud oleh Julia, dia mendadak ragu untuk melangkah masuk. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk."Sebenarnya paket apa ini? Apa sejenis obat-obatan terlarang?" gumam Luana, memandang paket yang kini ia pegang.Luana saat ini bahkan tak bisa menghubungi Venus ataupun Julia, karena sebelum berangkat tadi, Julia bilang bahwa dia perlu menyimpan ponsel milik Luana agar tidak mengganggu pekerjaan."Haaaa, apa aku sedang dijebak? Tapi, itu nggak mungkin, kan?"Luana mulai menggigit bibir bawah, memandang motel yang kata Julia, ia harus ke sini untuk mengantarkan barang yang kini ia pegang.Melihat tempatnya yang sedikit tersembunyi, entah mengapa luana jadi semakin yaakin bahwa yang dia pegang sekarang adalah paket obat obatan terlarang."Tapi gimana kalo enggak? Kak Venus pasti akan sangat kecewa ke aku," gumam Luana, yang sangat takut jika nilainya jatuh di depan Venus.'Baikl