"Aduh, aduh, Luana!! Sakit!"Kyle berteriak saat Luana mencubit mulutnya lagi, dia meraih tangan gadis itu dan mengunci tubuh Luana dalam pelukannya, sehingga Luana pun tidak bisa mencubit mulutnya lagi."Sakit, Luanaaaa."Kyle kini berkata dengan suara manja, menggosokkan wajahnya di leher Luana. "Ish, lepas deh, Kyle," protes Luana, mencoba mendorong dadanya menjauh.Luana bermaksud memukulnya lagi mumpung tidak ada ibunya, tapi deheman Karios yang berdiri tak jauh dari mereka di dekat pintu, segera menyadarkan Luana bahwa anak ini tidak pernah dibiarkan sendiri, sehingga Luana pun tidak bisa berbuat seenaknya padanya.Kyke tersenyum menang meski memundurkan badan untuk menghindari Luana, lalu mengolok dengan menjulurkan lidah dan berekspresi imut seraya tertawa renyah."Wleeee!""Huuhh! Ngeselin banget kamu ini tau nggak, Kyleee!"Luana berseru sambil membuang muka dan Kyle pun tertawa terbahak-bahak.Suara tawanya yang renyah membuat Luana terpesona sesaat sehingga langsung memb
"Mam, bisakah keluar sebentar?"Kyle dengan begitu pintarnya lagi-lagi memotong ucapan Luana, sangat pintar sehingga membuat gadis itu gagal mengucapkan kebenaran ke ibunya.Wajah innocent Kyle sepertinya benar-benar mampu meluluhkan siapa pun, terutama ibunya, sehingga sang ibu menatap dengan ekspresi lunak. "Ehmmm, Luana emang bener nggak selingkuhin aku, kok, Mam. Ini cuma kesalah pahaman kecil, dan aku baru sadar setelah membaca semua pesan di ponselnya, jadi biar aku bicara padanya, ya?"Kyle kembali melayangkan serangan innocent mematikan pada ibunya, beberapa detik kemudian mereka seperti saling bicara dalam diam.Ibu Kyle tampak berdehem satu kali sebelum kemudian mengajak ajudannya keluar, dia melayangkan pandangan penuh arti kepada Kyle dan dibalas anggukan oleh anaknya disertai tawa kecil.Luana tak tahu bagaimana, tapi sepertinya nyonya cantik itu sudah tak menganggap Luana tukang selingkuh lagi. Dia terlihat sangat percaya pada putranya.Baguslah.Wanita itu mengatakan s
Luana yang merasa begitu sayang karena merusak tatanan rambut Kyle, menata lagi rambt remaja itu dengan putus asa saat usahanya membuat Kyle jadi jelek gagal total."Gue 'kan selalu bilang ke lo, kalo lo itu cuma milik gue, kalo gue juga bisa kayak Venus, tapi selama ini lo selalu nolak gue. Nah, kalo udah terlanjur kayak sekarang, gimana lo nganggep gue? Apa masih belum bisa ngasih kesempatan?"Kyle mengatakan hal itu sambil memandang ke arah Luana. Tangan Luana yang sedang menata rambut Kyle seketika terhenti, tercenung menatap remaja bak putri salju di depannya itu. Meski wajah ini sangat tampan, bahkan mungkin lebih tampan dari Venus, tapi yang ia rasakan pada Kyle sangat berbeda, mungkin hanya sebatas kagum dengan ketampanan yang seperti para selebritis, seperti itulah. Luana diam diam mendesah. Haaaah. Kenapa juga kykey setampan ini, orang tuanya makan apa sih saat hamil dia? Tapi melihat ibu Kyle yang sangat cantik, tidak heran rasanya jika putranya bisa setampan ini."Apa
"Apa kamu bilang? Terpesona? Aku, ke kamu?"Luana bertanya dengan ekspresi tak percaya seraya memandang Kyle sambil tertawa sekeras-kerasnya.Luana sadar sekarang perasaan apa yang terus terasa setiap dekat dia, boro-boro berdebar karena jatuh cinta, yang ada berdebar saking marahnya dengan semua ulahnya!'Awas saja, sampai mati aku tidak akan pernah mengakui ketampananmu di depanmu, Kyle!' teriak Luana dalam hati. "Halah, ngaku aja, Lun. Pandangan mata tuh nggak bisa bo'ong kali," jawab Kyle, seraya menyedekapkan tangannya di dada dengan ekspresi sombong."Hmmph, nggak!" tegas Luana, seraya membuang muka."Beneran enggak?"Kyle kini mencondongkan tubuh bagian depannya ke arah Luana dan menyeringai nakal.Wajahnya yang tampan dipadu dengan smirk nya yang begitu menawan, membuat muka Luana seketika memerah karena malu sekaligus tersihir dengan ketampanan yang Kyle punya."Emmm, gimana ya, meski aku kamu ngerasa aku suka wajah kamu, tapi di hatiku cuma ada kak Venus, tuh."Akhirnya, Lu
Kyle mengangguk sendiri dengan ekspresi serius. "Iya juga, sih," jawabnya, seakan baru sadar. Luana menanggapi dengan helaan napas lelah. Luana pikir masalah sudah selesai, tapi Kyle ternyata masih tak terima karena gagal mencegah gadis itu pulang, berbagai hal dia tawarkan dari mulai menyiapkan buku paket yang diperlukan untuk ujian besok dan sebagainya, tapi lagi-lagi dengan tegas, Luana menolak. "Maaf, aku nggak bisa, Kyle. Aku harus pulang," tutur Luana. Menggeleng atas semua tawaran Kyle. Sebenarnya alasan lain kenapa Luana begitu ingin segera kembali itu karena Venus, karena saat ini ia sangat khawatir pada pria itu, tapi tak mungkin juga mengatakannya pada Kyle. Luana sebenarnya ingin terus menolak, tapi karena tk tega melihat wajah malaikat Kyle semakin sedih, luana tepuk pundaknya dengan lembut. "Terima kasih atas semuanya loh, Tuan Muda. Mungkin kalo kita bertemu lagi suatu hari, kita bisa menjadi teman. Tapi sekarang aku pergi dulu, ya." Sayang nya Kyle hanya di
Jackson terus berbicara panjang lebar, kadang terdengar menyalahkan dan kadang meminta tolong.Tak tahu harus menjawab apa hanya iya-iya dan maaf saja yang keluar dari mulut Luana, merasa sangat bersalah.Luana sangat tahu bahwa Venus selama kuliah ini terus berusaha sangat keras untuk mendapatkan nilai sempurna, sedikit yang pernah Luana dengar darinya adalah dia pindah ke rumah sebelahku yang dekat dengan kampusnya ini mendapatkan banyak tentangan dari ayahnya, kuliahnya juga tidak mendapat dukungan, sehingga Venus harus berusaha keras sendiri demi mendapatkan beasiswa.Setelah Jackson puas mengomeli dan yakin kalau Luana bakal mau bicara dengan Venus, dia mematikan telepon.Sebuah pesan masuk, Jackson mengirim gambar Venus yang sedang duduk menelungkupkan tangan di lutut, gambar ini seperti diambil di pojok perpustakaan sekolah Luana yang juga bekas sekolahnya dulu, entah sejak kapan dia telah menunggu Luana di sana.Melihat itu, sontak saja air mata gadis itu mengalir tanpa b
"Aku benci banget sama kamu, Kyle! Aku benci!!!"Luana kalap. Melampiaskan kemarahan karena ponselnya hancur dan tak bisa menghubungi Venus, ia pun memukuli Kyle. Melihat dia yang hanya pasrah, emosi Luana justru semakin meluap-luap sehingga mengambil bantal di belakangnya dan memukuli badannya bertubi-tubi untuk melampiaskan rasa marah yang meledak."Aku beneran benci banget sama kamu!!" teriaknya dengan air mata berderai. Kyle masih tidak menghindar, hanya diam menerima semua pukulan dan teriakan Luana dengan kepala menunduk sehingga matanya tertutup oleh rambut merah.Luana masih terus memukulinya, berteriak marah dan mengumpat sambil terengah-engah karena sedu sedan.Sementara itu, Kyle tetap tak bicara ataupun melawan, justru menoleh ke arah Karios untuk memberi isyarat supaya tetap tidak ikut campur saat dilihatnya Karios yang tampak tak sabar memiting lengan Luana yang telah begitu berani memukuli bos nya. "Tapi Tuan Muda ...!"Untuk pertama kalinya Karios protes, tapi Kyle
"Kamu udah tahu semua itu, tapi kenapa kamu terus mendorongku untuk menjauh dari kak Venus?"Pertanyaan yang diajukan Luana dengan putus asa, dijawab cepat oleh Kyle. "Kenapa? Karena dia nggak sebaik yang lo kira, Luana. Dan saat ini gue nggak suka lo tetep mertahanin cowok yang jelas-jelas udah bohongin elu!""Yang dibohongin itu aku, kenapa kamu yang repot?!" balas Luana, marah."Gue nggak mau lo terluka, Luana! Gue nggak suka elo terus nangis gara-gara dia! Please, tolong ngerti.... "Mereka kini saling berteriak meluapkan emosi masing-masing dan tak ada yang mau mengalah."Kyle."Luana menatap tajam matanya, tersenyum miris."Kamu tahu? Meski kamu bilang kak Venus nggak baik dan bla bla bla, bagiku itu nggak penting. Karena di mataku dia jauh lebih baik daripada KAMU," ucap Luana dengan penuh kebencian."Kamu mungkin nggak tau, tapi aku paling benci sama kamu, di antara semua orang di dunia ini, kamulah yang paling aku benci. Aku nyesel udah nolong kamu malem itu!" lanjut Luana,
"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Ranjang itu sangat besar sehingga jika Luana ikut tidur di sana, sebenarnya bahkan tak perlu takut berdesakan dengan Kyle. "Beneran nggak... papa?" tanya Luana, yang masih takut jika kedatangannya ini mengganggu Kyle. "Iya nggak papa, sini aja sama gue di sini," ulangnya dengan lebih tegas sekarang. Kyle mendudukkan Luana di tepi ranjang dan tanpa ragu, gadis itu pun segera naik ke atas ranjang dan berbaring meringkuk di sana. "Maaf tapi... tidur di kamar asing sendirian, serem banget," ujar Luana sambil membenamkan wajah di bantal milik Kyle yang kupeluk. Kyle ikut duduk dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luana "Yaudah kalo gitu, tidur sini. Gue nanti tidur di sofa. Tuh sofanya sebelah situ, lo bisa liat gue dari sini, jadi nggak usah takut lagi, oke?" ucap Kyle. Namun, Luana menggelengkan kepala tak setuju dengan ucapannya tersebut. "Nggak boleh." Mendengar Luana mengatakan tidak boleh, Kyle tampak mengerutkan keningnya. "Hah? kenapa nggak boleh, Lun?" Kyle bertan
Untungnya, sepertinya Kyle tidak ambil pusing dengan jawaban Luana dan dia menarik tangan Luana untuk menggenggamnya. "Maaf gue tinggal agak lama. Masih takut?" Suaranya saat bertanya sangat penuh perhatian, sehingga membuat Luana merasa sedikit bersalah karena terus mencurigai remaja yang jelas-jelas menolongnya ini. "Emm, sedikit." Luana menjawab sambil merasakan genggaman tangannya yang hangat, dan mengikut Kyle menuju kamarnya. Kaos yang Kyle pakai masih kaos yang sama dengan saat dia pergi, jadi Luana semakin yakin jika Kyle tadi pergi bukan untuk membunuh Venus. Pemikiran itu membuat hati Luana berangsur-angsur tenang. "Malem ini nginap di sini apa minta diantar pulang?" Kyle yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar, bertanya pada Luana. Luana pikir tadi Kyle akan membawanya ke kamarnya, ternyata tidak. Kyle mengembalikan diriku ke kamar yang tadi ditempati Luana. "M-mungkin... mungkin di sini aja," jawab Luana, yang merasa ketakutan saat memikir
"Bodoh, bodoh!"Luana memukuli kepalaku sendiri saat memikirkan ingin menemui Venus di saat seperti ini, karena masih berharap bahwa pria itu tidak sejahat yang Luana kira dan ini semua hanyalah kesalahpahaman.Namun, realita seperti menampar kebodohan gadis itu."Gimana mungkin aku bisa mikir kalo dia nggak terlibat dalam masalah ini? Bodoh banget kalo aku mikir dia bukan orang jahat. Kak Venus jelas jelas tahu aku bekerja dengan Julia dan dia diam saja," erang Luana, menghela napas panjang.Luana sepertinya benar-benar terlalu gila dengan Venus, sehingga meski sudah mendengar sendiri bahwa dialah yang memanfaatkan Luana dan menjebaknya, Luana masih mencoba percaya bahwa itu semua bohong."Kenapa kamu bodoh banget kalo nyangkut dia, sih, Luana?" rutuk Luana, menyalahkan diri sendiri.Setelah merenung cukup lama di bawah shower, Luana yang mulai kedinginan akhirnya bangkit dan mematikan shower, lalu berjalan keluar kamar mandi menggunakan handuk. Di atas ranjang ia melihat hoodie hita
Luana berjalan masuk ke kamar mandi dan bersiap menerima hukuman dari Kyle, Kyle berjalan masuk dan mereka kini berhadapan.Kyle menatap kancing baju bagian atas gadis itu, mengulurkan tangan untuk membukanya.Satu kancing terbuka. Tubuh Luana terasa gemetar saat ujung jari Kyle tanpa sengaja menyentuh kulit Luana. Luana mempejamkan mata karena tak sanggup melihat ke arah Kyle, ia pikir Kyle akan membuka semua kancing kemeja yang ia pakai dan memandikannya seperti yang dia katakan, tapi ternyata, setelah kancing kedua, jari-jarinya berhenti.Kyle tiba-tiba memeluk Luana dengan sangat erat."Haaa, Luana."Suaranya terdengar begitu berat, tapi setelah itu dia tak mengatakan apa pun dan hanya memeluk Luana. "Lo nggak tahu betapa gilanya gue mikirin gimana kalo gue terlambat, gimana kalo lo tadi udah.... "Kyle tak melanjutkan ucapannya, hanya kembali menarik napas panjang."Lo kenapa sih selalu bikin gue kayak orang gila, Luana? Kenapa lo selalu ganggu pikiran gue, kenapa lo.... "Kyle
Kyle, yang terlihat seperti monster kelaparan, menyeringai dingin, berjalan mendekati mereka dan mengambil uang dari saku celana dan melemparkan beberapa tumpukan uang ke depan tiga orang yang hampir merusak tubuh Luana itu."Karena gue lagi nggak pengen ngeliat darah, ambil dan segera pergi! Sebelum gue memeras darah kalian sampai kering dan menjadikan kalian makanan anjing!""K-kami akan segera pergi!"Seperti menyadari keseriusan ucapan Kyle, dengan wajah pucat, ketiga orang itu buru-buru mengambil uang yang dilemparkan Kyle dan dengan tertatih-tatih berjalan keluar kamar.Luana merasa benar-benar lega karena tak jadi diambil keperawanannya oleh tiga orang tak dikenal tersebut, tapi juga ketakutan menghadapi kemarahan Kyle. 'Ahh, sial.'Luana mendesah dengan wajah pucat.Ada krisis baru sekarang. Bagaimana kalau Kyle menyangka bahwa Luana melakukan semua ini dengan suka rela?Tidak, dia harus menjelaskan pada Kyle, bahwa aku dijebak!Luana menggigit bibir bawah, memandang punggun
Ketika mengetahui hal itu, air mata mengalir semakin deras ke pipi Luana, merasa bahwa tidak ada jalan keluar.Saat melihat Luana yang menangis begitu keras, pria berambut hitam itu menyentuh paha Luana lagi, tak ada sedikit pun rasa kasihan di wajahnya.Wajahnya justru terlihat seperti orang lapar, celananya sudah membengkak hanya dengan meraba pintu masuk Luana yang tertutup celana dalam."Tolong, tolong lepaskan aku...."Luana kini hanya bisa merintih saat tangan-tangan itu mulai meraba-raba tubuhnya, mereka benar-benar sudah kehilangan akal karena melihat tubuh mulus gadis itu. Saat Luana terus memohon mereka untuk berhenti, salah satu dari mereka menampar pipi gadis itu. "Diam, kamu ini merusak kesenangan kami saja! Kamu sudah nggak punya hak atas tubuhmu. Kalau kamu gak terima, proteslah pada Julia yang telah menjual dirimu!" hardik si rambut burgundy yang merasa terganggu dengan rengekan Luana. Mulut Luana kini disumpal sehingga dia hanya bisa mengernyitkan dahinya menahan s
"K-kalian sudah membayar setengah pada siapa?" tanya Luana dengan suara bergetar, berusaha mengusir prediksi buruk yang muncul di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Siapa lagi? Tentu saja Venus dan Julia. Mereka yang udah menjual kamu ke kami dengan harga mahal karena kamu masih perawan!" jawab salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.Mendengar kenyataan yang sangat pahit itu, Luana langsung berteriak dan memberontak sekuat tenaga."T-tidak! Aku tidak tahu hal ini! Sungguh! Tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang kalian, tapi jangan sentuh tubuhku!" teriaknya. Luana terus memberontak saat tubuhku di angkat ketiga orang itu dan dilempar ke atas tempat tidur, gadis itu juga segera beringsut ke pojok dan memeluk lututnya dengan ketakutan saat melihat tiga pria yang mendekatinya dengan tatapan bernafsu."Kamu bisa menggantikan uang itu tiga kali lipat? Kalau iya, jumlahnya menjadi segini."Seorang lelaki yang berhasil naik ke atas ranjang dan memeluk t
Sementara itu.... "Apa di sini tempatnya?"Luana yang sudah sampai di motel yang dimaksud oleh Julia, dia mendadak ragu untuk melangkah masuk. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk."Sebenarnya paket apa ini? Apa sejenis obat-obatan terlarang?" gumam Luana, memandang paket yang kini ia pegang.Luana saat ini bahkan tak bisa menghubungi Venus ataupun Julia, karena sebelum berangkat tadi, Julia bilang bahwa dia perlu menyimpan ponsel milik Luana agar tidak mengganggu pekerjaan."Haaaa, apa aku sedang dijebak? Tapi, itu nggak mungkin, kan?"Luana mulai menggigit bibir bawah, memandang motel yang kata Julia, ia harus ke sini untuk mengantarkan barang yang kini ia pegang.Melihat tempatnya yang sedikit tersembunyi, entah mengapa luana jadi semakin yaakin bahwa yang dia pegang sekarang adalah paket obat obatan terlarang."Tapi gimana kalo enggak? Kak Venus pasti akan sangat kecewa ke aku," gumam Luana, yang sangat takut jika nilainya jatuh di depan Venus.'Baikl