Luana tergagap saat melihat siapa yang kini ada di depannya. 'kak...Venus?"Venus, yang entah bagaimana tahu bahwa Luana sedang di rumah, menyapa dengan ramah tanpa tahu apa yang terjadi. "Hai, Lu. Ehm, minggu ini mau nggak jalan lagi sama aku dan teman-teman?""Wah, ke mana, Kak? Aku mau, Kak."Luana langsung menjawab dengan penuh semangat tentunya, sehingga ekpresi Venus semakin cerah."Oke, karena kamu udah setuju, kalo gitu gimana kalo kita.... "Sayang, sebelum Venus selesai bicara, Kyle tiba-tiba datang dari belakang dan melingkarkan lengannya di pinggang Luana, memeluk gadis itu dari belakang sambil memanggil namanya. "Lun."Remaja itu memanggil namanya dengan nada malas tapi sedikit manja, juga sensual. "K-Kyle?"Aku menoleh dengan terkejut, pipinya memerah atas panggilan Kyle.Luana segera berusaha menyingkirkan lengan Kyle dari pinggangnya, saat melihat ekspresi terkejut Venus.Belum sempat Luana menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Kyle kepada V
"Pak Nathan, saya ingin berhenti bekerja sebagai penyembuh Kyle!"Sampai di kantor tuan Ivander, Luana tidak bisa bertemu ayah Kyle itu dan kedatangannya diterima oleh kaki tangan tuan Ivander, pak Nathan.Begitu bertemu pak Nathan, Luana langsung mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu berhenti dari pekerjaan ini."Hm, Luana? Ada masalah apalagi?"Pak Nathan yang merupakan pengganti sementara tuan Ivander, sepertinya sangat tahu bahwa Luana dan Kyle sering berkonflik sehingga mengatakan hal seperti itu."Pokoknya saya sudah nggak kuat lagi menghadapi Kyle, karena itu saya minta berhenti, Pak!" jawab Luana, menggebu-gebu."Wah, gimana, ya. Sekarang tuan Ivander masih sibuk di luar negeri. Saya nggak bisa memutuskann. Bagaimana kalau untuk sementara, sebagai solusi, kami hanya akan mengambil darahmu untuk menyembuhkan Gerald? Dan untuk keputusan kamu jadi diberhentikan atau tidak, kita menunggu tuan Ivander."Pak Nathan, seperti yang diharapkan dari seorang kaki tangan tuan Ivander, m
Luana yang awalnya merasa khawatir karena melihat Kyle yang hanya terlihat menaruh kepalanya di meja saat jam pelajaran, memutuskan untuk berhenti peduli.Mengingat bagaimana baru tadi malam darah Luana diambil untuk diberikan kepada Kyle, Luana memandang remaja itu dengan bibir mencibir."Dasar, lama-lama mirip vampir dia, makannya darah."Luana diam-diam menggerutu. Wajah Kyle terlihat semakin pucat dan pucat, tapi Luana benar-benar berusaha tidak mau peduli. Gadis itu takut jika dekat lagi dengan Kyle, Kyle akan merusak hubunganku dengan Venus.Setelah terakhir kalinya Luana melihat wajah pucat Kyle, gadis itu tak pernah melihat dirinya masuk sekolah lagi. Orang-orang yang biasanya mengambil darah Luana secara rutin pun berhenti, Luana pikir, Kyle akhirnya sembuh dari kutukannya."Baguslah, aku nggak perlu kerepotan lagi saat disuntik," ucap Luana, mengelus lengan bekas suntikan setiap kali bawahan tuan Ivander mengambil darahnya. ***Saat Luana dan Kyle saling menjauh, hubunga
"Hahahaha!" Luana yang begitu kesepian dan sakit hati, malah memikirkan hal aneh, lalu tertawa sendiri karena memikirkan Kyle, hanya saat gadis itu sedang sedih, padahal ia sudah menyakiti Kyle waktu itu. "Haaa" Luana menghela napas, bangkit untuk mencoba berpikir positif bahwa semuanya pasti akan berlalu. Gadis itu juga mencoba mandi untuk membuat badannya kembali segar. Pada saat itulah, tiba-tiba ada ketukan pintu dari kamar. Saat luana membuka pintunya, ia sangat terkejut saat melihat siapa yang tengah berdiri di sana. "Karios?" Luana bertanya dengan kebingungan, karena tidak seharusnya anak buah Kyle ada di depan kamarnya saat ini, kan? "Hey, ikut aku." Karios berkata dengan suara serius, terdengar sangat mendesak. "Ke mana?" Bingung, Luana bertanya. "Ini kondisi darurat, sesuatu terjadi pada tuan muda, jadi ikut aku!" Karios, tanpa menunggu jawaban Luana, tiba-tiba menarik tangan gadis itu dan mengajak keluar. "Apa... apa yang terjadi kepada Kyle?" L
"Ah... "Luana hanya bisa mendesah. Bingung. Bagaimana ia bisa menyadarkan seseorang dari koma saat bahkan dokter luar negeri tak sanggup melakukannya?Diam-diam tubuh Luana terus emetar dan menyiapkan diri untuk mendapatkan hukuman.Bersama Karios, wanita cantik itu mengajak Luana memasuki sebuah kamar yang pintunya dijaga oleh dua pria tegap berpakaian serba hitam, kamar yang sangat luas itu entah kenapa tiba-tiba mengingatkan pada Kyle. "Benar-benar sebuah kamar khas seorang Kyle," gumam Luana, reflek. Padahal ia ak begitu kenal dengan Kyle, tapi entah kenapa merasa ini benar-benar khas seorang Kyle Ivander. Luana tak punya rencana tentang apa yang akan ia lakukan pada Kyle nanti, tapi mungkin seperti permintaannya, gadis itu akan menyentuhkan bibir ke pipinya sebentar.Sedikit kecupan ringan saja, mungkin?Lalu, kalau tak ada respons, haruskah ia menciumnya? Atau meneteskan darahnya ke bibir remaja yang sedang terbaring tak berdaya ini?Luana merasa dilema. Berbagai opsi bers
"Kamu malu? Meski aku keluar pun sama aja, di kamar ini tuh banyak CCTV yang dipantau banyak orang di luar sana. Jadi, mending aku temani dan menyuruh mereka mematikan CCTV kan daripada jadi tontonan banyak orang?" ejek Karios seraya menunjuk beberapa kamera CCTV di kamar, yang membuat pipi Luana langsung memerah karena malu saat tahu ternyata gadis itu jadi tontonan banyak orang.Diam-diam Luana mengangguk. 'Wah, dia memang jahat, sih. Tapi, sarannya tampak lebih baik daripada jadi tontonan orang tak kukenal,' batin Luana setuju. "Oke, kalo gitu suruh mereka matiin CCTV-nya sekarang," ucap Luana, menunjuk kamera CCTV dengan dagu.Karios hanya mengendikkan bahu dan mengambil ponselnya, lalu mengucapkan sesuatu kepada seseorang yang ditelponnya."Udah. Sekarang, kamu mau ngelakuin apa ke tuan muda Kyle?" tanya Karios dengan ekspresi curiga."Hanya menyentuh pipinya aja, kok. Siapa tahu bisa sadar kalo pipinya tersentuh bibirku," jawab Luana, lugas. Karios langsung tertawa dengan sua
"Selamat tinggal."Luana berbisik. Menghela napas panjang, ia pun membuka pintu, tapi bukannya langsung keluar, gadis itu malah menatap Kyle sekali lagi.Mata sayu Kyle masih menatap Luana dengan tatapan yang tak bisa diartikan, di titik ini gadis itu tetap ragu apakah Kyle masih mengingat dirinya atau tidak.Kyle tampak berkedip satu kali dengan wajah yang masih lemas layaknya orang yang baru bangun tidur, sialnya, gesture sederhana seperti itu saja mampu membius Luana akan sebuah indahnya ketampanan yang tampak di mustahil ada di dunia nyata.Baru kali ini ia melihat ada orang yang dalam keadaan muka bantal, tapi tetap bisa setampan itu, kalau boleh jujur, semua yang ada di dalam diri Kyle benar-benar sempurna layaknya seorang pangeran muda pemilik istana yang kaya raya.Dulu saat mereka bertemu setiap hari, sayangnya Luana sama sekali tak menyadari pesonanya ini.Saat ini Kyle memang masih terlihat sangat lemah, pandangan sayu, badan kuyu tak berdaya dan sebagainya, tapi di saat
Sebelum sempat Luana mengucap halo, Venus sudah menyerang dengan bombardir pertanyaan sehingga tubuhku membeku."Luana, kamu di mana? Astaga, aku sampai hampir gila ini di sini, kamu nggak jawab pesanku sejak semalem, dan hari ini katanya kamu keluar asrama dan sampe sekarang belum pulang juga, kamu di mana? Apa perlu aku jemput?"Nada suaranya sarat akan kekhwatiran, membuat ledakan rasa bersalah memenuhi diri Luana secara tiba-tiba."Besok aku dengar sekolahmu ada ujian. Kamu harus kembali ke asrama kalau nggak mau absen dan gagal ujian, dan sampai sekarang kamu belum pulang, apa aku perlu menjemputmu sekarang, Lu? Aku jemput, ya? Aku nggak mau kamu sampai gagal, Lu. Aku jemput ya, Luana?"Dia benar-benar terdengar cemas dan putus asa. Berkali-kali Venus meminta Luana menjawab dirinya dan menawarkan untuk menjemput di mana pun aku berada sekarang.Venus juga meminta maaf lagi, dia merasa aku begini pasti karena kejadian di rumahnya kemarin.Tak pernah Luan dengar nada itu sebelumny
"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Ranjang itu sangat besar sehingga jika Luana ikut tidur di sana, sebenarnya bahkan tak perlu takut berdesakan dengan Kyle. "Beneran nggak... papa?" tanya Luana, yang masih takut jika kedatangannya ini mengganggu Kyle. "Iya nggak papa, sini aja sama gue di sini," ulangnya dengan lebih tegas sekarang. Kyle mendudukkan Luana di tepi ranjang dan tanpa ragu, gadis itu pun segera naik ke atas ranjang dan berbaring meringkuk di sana. "Maaf tapi... tidur di kamar asing sendirian, serem banget," ujar Luana sambil membenamkan wajah di bantal milik Kyle yang kupeluk. Kyle ikut duduk dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luana "Yaudah kalo gitu, tidur sini. Gue nanti tidur di sofa. Tuh sofanya sebelah situ, lo bisa liat gue dari sini, jadi nggak usah takut lagi, oke?" ucap Kyle. Namun, Luana menggelengkan kepala tak setuju dengan ucapannya tersebut. "Nggak boleh." Mendengar Luana mengatakan tidak boleh, Kyle tampak mengerutkan keningnya. "Hah? kenapa nggak boleh, Lun?" Kyle bertan
Untungnya, sepertinya Kyle tidak ambil pusing dengan jawaban Luana dan dia menarik tangan Luana untuk menggenggamnya. "Maaf gue tinggal agak lama. Masih takut?" Suaranya saat bertanya sangat penuh perhatian, sehingga membuat Luana merasa sedikit bersalah karena terus mencurigai remaja yang jelas-jelas menolongnya ini. "Emm, sedikit." Luana menjawab sambil merasakan genggaman tangannya yang hangat, dan mengikut Kyle menuju kamarnya. Kaos yang Kyle pakai masih kaos yang sama dengan saat dia pergi, jadi Luana semakin yakin jika Kyle tadi pergi bukan untuk membunuh Venus. Pemikiran itu membuat hati Luana berangsur-angsur tenang. "Malem ini nginap di sini apa minta diantar pulang?" Kyle yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar, bertanya pada Luana. Luana pikir tadi Kyle akan membawanya ke kamarnya, ternyata tidak. Kyle mengembalikan diriku ke kamar yang tadi ditempati Luana. "M-mungkin... mungkin di sini aja," jawab Luana, yang merasa ketakutan saat memikir
"Bodoh, bodoh!"Luana memukuli kepalaku sendiri saat memikirkan ingin menemui Venus di saat seperti ini, karena masih berharap bahwa pria itu tidak sejahat yang Luana kira dan ini semua hanyalah kesalahpahaman.Namun, realita seperti menampar kebodohan gadis itu."Gimana mungkin aku bisa mikir kalo dia nggak terlibat dalam masalah ini? Bodoh banget kalo aku mikir dia bukan orang jahat. Kak Venus jelas jelas tahu aku bekerja dengan Julia dan dia diam saja," erang Luana, menghela napas panjang.Luana sepertinya benar-benar terlalu gila dengan Venus, sehingga meski sudah mendengar sendiri bahwa dialah yang memanfaatkan Luana dan menjebaknya, Luana masih mencoba percaya bahwa itu semua bohong."Kenapa kamu bodoh banget kalo nyangkut dia, sih, Luana?" rutuk Luana, menyalahkan diri sendiri.Setelah merenung cukup lama di bawah shower, Luana yang mulai kedinginan akhirnya bangkit dan mematikan shower, lalu berjalan keluar kamar mandi menggunakan handuk. Di atas ranjang ia melihat hoodie hita
Luana berjalan masuk ke kamar mandi dan bersiap menerima hukuman dari Kyle, Kyle berjalan masuk dan mereka kini berhadapan.Kyle menatap kancing baju bagian atas gadis itu, mengulurkan tangan untuk membukanya.Satu kancing terbuka. Tubuh Luana terasa gemetar saat ujung jari Kyle tanpa sengaja menyentuh kulit Luana. Luana mempejamkan mata karena tak sanggup melihat ke arah Kyle, ia pikir Kyle akan membuka semua kancing kemeja yang ia pakai dan memandikannya seperti yang dia katakan, tapi ternyata, setelah kancing kedua, jari-jarinya berhenti.Kyle tiba-tiba memeluk Luana dengan sangat erat."Haaa, Luana."Suaranya terdengar begitu berat, tapi setelah itu dia tak mengatakan apa pun dan hanya memeluk Luana. "Lo nggak tahu betapa gilanya gue mikirin gimana kalo gue terlambat, gimana kalo lo tadi udah.... "Kyle tak melanjutkan ucapannya, hanya kembali menarik napas panjang."Lo kenapa sih selalu bikin gue kayak orang gila, Luana? Kenapa lo selalu ganggu pikiran gue, kenapa lo.... "Kyle
Kyle, yang terlihat seperti monster kelaparan, menyeringai dingin, berjalan mendekati mereka dan mengambil uang dari saku celana dan melemparkan beberapa tumpukan uang ke depan tiga orang yang hampir merusak tubuh Luana itu."Karena gue lagi nggak pengen ngeliat darah, ambil dan segera pergi! Sebelum gue memeras darah kalian sampai kering dan menjadikan kalian makanan anjing!""K-kami akan segera pergi!"Seperti menyadari keseriusan ucapan Kyle, dengan wajah pucat, ketiga orang itu buru-buru mengambil uang yang dilemparkan Kyle dan dengan tertatih-tatih berjalan keluar kamar.Luana merasa benar-benar lega karena tak jadi diambil keperawanannya oleh tiga orang tak dikenal tersebut, tapi juga ketakutan menghadapi kemarahan Kyle. 'Ahh, sial.'Luana mendesah dengan wajah pucat.Ada krisis baru sekarang. Bagaimana kalau Kyle menyangka bahwa Luana melakukan semua ini dengan suka rela?Tidak, dia harus menjelaskan pada Kyle, bahwa aku dijebak!Luana menggigit bibir bawah, memandang punggun
Ketika mengetahui hal itu, air mata mengalir semakin deras ke pipi Luana, merasa bahwa tidak ada jalan keluar.Saat melihat Luana yang menangis begitu keras, pria berambut hitam itu menyentuh paha Luana lagi, tak ada sedikit pun rasa kasihan di wajahnya.Wajahnya justru terlihat seperti orang lapar, celananya sudah membengkak hanya dengan meraba pintu masuk Luana yang tertutup celana dalam."Tolong, tolong lepaskan aku...."Luana kini hanya bisa merintih saat tangan-tangan itu mulai meraba-raba tubuhnya, mereka benar-benar sudah kehilangan akal karena melihat tubuh mulus gadis itu. Saat Luana terus memohon mereka untuk berhenti, salah satu dari mereka menampar pipi gadis itu. "Diam, kamu ini merusak kesenangan kami saja! Kamu sudah nggak punya hak atas tubuhmu. Kalau kamu gak terima, proteslah pada Julia yang telah menjual dirimu!" hardik si rambut burgundy yang merasa terganggu dengan rengekan Luana. Mulut Luana kini disumpal sehingga dia hanya bisa mengernyitkan dahinya menahan s
"K-kalian sudah membayar setengah pada siapa?" tanya Luana dengan suara bergetar, berusaha mengusir prediksi buruk yang muncul di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Siapa lagi? Tentu saja Venus dan Julia. Mereka yang udah menjual kamu ke kami dengan harga mahal karena kamu masih perawan!" jawab salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.Mendengar kenyataan yang sangat pahit itu, Luana langsung berteriak dan memberontak sekuat tenaga."T-tidak! Aku tidak tahu hal ini! Sungguh! Tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang kalian, tapi jangan sentuh tubuhku!" teriaknya. Luana terus memberontak saat tubuhku di angkat ketiga orang itu dan dilempar ke atas tempat tidur, gadis itu juga segera beringsut ke pojok dan memeluk lututnya dengan ketakutan saat melihat tiga pria yang mendekatinya dengan tatapan bernafsu."Kamu bisa menggantikan uang itu tiga kali lipat? Kalau iya, jumlahnya menjadi segini."Seorang lelaki yang berhasil naik ke atas ranjang dan memeluk t
Sementara itu.... "Apa di sini tempatnya?"Luana yang sudah sampai di motel yang dimaksud oleh Julia, dia mendadak ragu untuk melangkah masuk. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk."Sebenarnya paket apa ini? Apa sejenis obat-obatan terlarang?" gumam Luana, memandang paket yang kini ia pegang.Luana saat ini bahkan tak bisa menghubungi Venus ataupun Julia, karena sebelum berangkat tadi, Julia bilang bahwa dia perlu menyimpan ponsel milik Luana agar tidak mengganggu pekerjaan."Haaaa, apa aku sedang dijebak? Tapi, itu nggak mungkin, kan?"Luana mulai menggigit bibir bawah, memandang motel yang kata Julia, ia harus ke sini untuk mengantarkan barang yang kini ia pegang.Melihat tempatnya yang sedikit tersembunyi, entah mengapa luana jadi semakin yaakin bahwa yang dia pegang sekarang adalah paket obat obatan terlarang."Tapi gimana kalo enggak? Kak Venus pasti akan sangat kecewa ke aku," gumam Luana, yang sangat takut jika nilainya jatuh di depan Venus.'Baikl