"Sayang! Rich, aku ... aku hamil!"Teriakan Jeany di pagi hari membuat Richard seketika terbangun dari tidurnya.Dia menyibak selimut dan berlari ke kamar mandi di mana Jeany yang saat ini sedang terduduk di lantai kamar mandi sambil memegang test pack di tangannya dengan tubuh gemetar.Sedang satu tangan yang lain menutup mulut dengan pipi yang basah oleh air mata."Apa tadi yang kamu bilang, Sayang?"Richard bertanya dengan suara gugup. Jeany mendongak, menatap suaminya tersebut dengan mata berkaca-kaca dan menyodorkan test pack yang sedari tadi dia pegang."Aku ... aku hamil, hasilnya positif," ucap Jeany dengan bibir bergetar. Memberi tahu kepada suaminya, bahwa akhirnya, anak kedua yang dia nantikan akhirnya datang juga. Haru, bahagia dan masih tak percaya memenuhi eskpresi wajah wanita cantik itu. Setelah Maureen cukup dewasa, Jeany memang selalu menginginkan memiliki anak lagi, Richard yang tak berdaya, tak sanggup melawan keinginan istrinya untuk melakukan program hamil. D
(Sinopsis) Hidup Luana jungkir balik dalam semalam. Teman dekatnya menjebak Luana tidur dengan pria asing agar pertunangannya batal. Parahnya, pria yang ditiduri Luana ternyata Kyle Ivander, seseorang dari masa lalunya yang kini menjadi bos di kantor Luana. Kabarnya, Kyle Ivander juga menguasai dunia bawah sebagai mafia kejam yang ditakuti. Sebagai pengganti bosnya: Dante Richardo. Luana yang ketakutan dengan konsekuensi tidur bersama seorang mafia serta seseorang yang pernah dia sakiti di masa lalu, mencoba melarikan diri diam-diam. Namun.... Pria kejam itu kini berdiri di depan Luana, dan dengan dingin berkata. "Laksanakan tanggung jawabmu, atau mati di tanganku." *** "Argh, sial."Luana telah melakukan kesalahan.Gadis itu menelan jeritan hening karena kengerian yang disingkapkan oleh cahaya mentari pagi.Dia kini berada di ruangan asing, selimut acak-acakan, pakaian, dan pakaian dalam berserakan di lantai—dan seorang pria di sampingnya, telanjang dan tidur tanpa pe
Luana menatap bingung pada pemilik pakaian yang berceceran tersebut, yang parahnya dia saat ini adalah atasan Luana di kantor! Atasan yang terus menyiksa mental Luana dan membenci dirinya tanpa sebab. Bagaimana mungkin musibah bisa datang bertubi-tubi seperti ini? "Kubilang, aku minta ganti rugi," ulang Kyle dengan mata menyipit, alis ramping miliknya yang saling bertaut entah kenapa terlihat indah. "G-ganti rugi apa?" "Ganti rugi karena telah merenggut keperjakaanku." Kyle menjawab dengan tenang, sehingga membuat kedua mata Luana melotot. "APA?!! ANDA SUDAH GILA?!" "Kenyataannya itulah yang terjadi," jawab Kyle dengan dingin. "Saya sendiri tidak ingat apa pun, bagaimana bisa Anda menyuruh saya ganti rugi?" tantang Luana dengan mata menyipit. "Kamu mau lihat buktinya?" Kyle malah dengan santai menawarkan bukti yang seketika membuat Luana tergagap. "B-bukti apa?" "Bukti betapa ganasnya kamu tadi malam," jawab atasannya tersebut dengan sangat tenang. "G-ganas? Itu tidak mu
Seorang pria tampan berjalan dengan tegap masuk sebuah ruangan yang sedang ramai oleh riuh rendah percakapan orang-orang yang ada di sana, memandang dengan angkuh ke arah sekeliling.Ruangan yang awalnya ricuh tersebut kini mendadak hening, senyap.Tak ada satu pun orang yang berani membuka mulut ketika melihat Kyle Ivander, pria dengan aura yang sangat menekan itu masuk ke dalam sana.Semua seakan berhenti di tempat, tak ada yang berani bergerak seinci pun, suasana yang ceria dia kantin kantor mendadak tegang seperti ruang pengadilan.Pria itu mengarahkan tatapannya kepada seorang gadis yang tengah duduk di antara kerumunan orang, perempuan itu kini menunduk dalam seakan menyembunyikan keberadaannya di antara kerumunan pegawai yang lain.Ekspresinya berubah menjadi sinis.Matanya sedikit menyipit sebelum beberapa detik kemudian, ekspresi bosan menghiasa wajahnya."Luana, ke ruangan saya sekarang!" perintah Kyle dengan nada dingin dan tajam, membuat mata semua orang kini tertuju pada
Ada peraturan tak tertulis di kantor ini di mana tidak ada yang boleh menyentuh Kyle tanpa izin karena kabarnya dia memiliki sebuah phobia. Siapa saja yang nekat melanggar peraturan itu akan dihukum dengan sangat berat. Dan tadi malam, bukan hanya menyentuhnya, melihat bekas di tubuh Luana dan bekas yang ditunjukkan Kyle di punggungnya, kemungkinan besar dia bahkan sudah bercinta dengan Kyle Ivander! "Betapa bodohnya aku ini," rutuk Luana, penuh penyesalan. Dari begitu banyaknya pria di dunia ini, kenapa... kenapa dia harus berakhir di ranjang Kyle, sih??? Kenapa harus pria ini?? Tamat sudah riwayatnya, Luana pasti akan menjadi pengangguran sekarang. Dia berjalan dengan lunglai melewati sekat sebuah dinding yang penuh dengan hiasan dan pajangan barang-barang antik di ruangan Kyle, menuju tempat Kyle kini duduk di kursi kebesarannya. "S-saya datang, Bos." Luana mengatakan hal itu sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam dan mengenggam erat kedua tangannya menahan gemeta
"Aku tidak memerasmu, Luana. Salahmu sendiri tadi malam melempar tubuhmu kepadaku," jawab Kyle dengan santai, sambil menyilangkan tangan di dada. "Tunggu, tunggu. Bukankah itu artinya Anda yang merenggut keperawanan saya? Seharusnya saya yang menuntut Anda, Bos. B-bukankan begitu?" Luana menggelengkan kepala saat menemukan kejanggalan pada ucapan atasannya tersebut. "Tidak, kau melempar tubuhmu padaku dengan menerobos kamarku tanpa izin, karena bisa saja kamu melakukan hal ini karena mengincar hartaku, jadi aku menuntut dirimu karena telah membuat aku melakukan hal itu tadi malam," jawab Kyle. Tenang dan percaya diri sehingga Luana langsung percaya begitu saja. "Tunggu, ini membingungkan. Kenapa ... kenapa justru saya yang harus membayar? Bukankah biasanya ... biasanya gadis yang menuntut ganti rugi?" tanya Luana, kebingungan. "Kamu tahu kenapa?" Kyle mencondongkan badan ke depan, membuat gadis itu semakin penasaran. "K-kenapa, Bos?" "Karena adalah aku Kyle Ivander." Kyle meng
Sebagai balasan atas kebaikannya ini, Luana berjanji akan menyebarkan kebaikan Kyle di kalangan para karyawan agar Kyle tak lagi dianggap sebagai iblis berdarah dingin dan malaikat pencabut nyawa. Dia benar-benar bertekad penuh! Namun, semua suka cita itu langsung terhempas seketika, saat boss nya kembali angkat bicara dengan suara tenang yang mematikan. "Tapi, Luana...." "Y-ya, Bos?" Luana memandang bos nya yang tengah mengerutkan kening dengan sangat tampan, sampai jantung gadis itu berdebar kencang, meski entah kenapa, melihat ekspresinya saat ini, dia merasa medapat sebuah firasat yang sangat buruk. "Aku bingung. Sangat sangat bingung," jawab bos muda nya itu masih dengan ekspresi tenang, yang saat ini membuat Luana curiga. "Bingung? Bingung kenapa, Bos?" tanyanya keheranan. Apalagi yang dia bingungkan? Bukankah masalah di antara mereka tentang kejadian semalam itu sudah selesai? Luana benar-benar tak mengerti. "Hmm." Kyle masih tidak menjawab, hanya berdehem
Luana mendongak, menatap bosnya dengan ekspresi pasrah."Tidak ada pilihan lain. Kamu harus menjadi istriku, Luana. Ingatlah, siapa yang mengambil keperjakaanku, itu adalah kamu. Jadi bertanggungjawablah dengan mengikuti sayembara itu dan menjadi istriku."Setelah mengatakan itu dengan suara tegas, Kyle mengusir Luana dari ruangannya.Luana yang seperti kehilangan separuh jiwanya, berjalan keluar dari ruangan Kyle. "Sebenarnya apa sih yang sudah terjadi? Dia terlihat sangat membenciku, tapi di saat yang sama memaksaku menjadi istrinya? Aku benar-benar tidak paham dengan Kyle," desah Luana, berjalan kembali ke ruangan tempat dia bekerja.Begitu Luana sampai di divisi tempat dia bekerja, Ariad, sahabatnya, langsung memberondong Luana dengan pertanyaan."Lu, jujur sama aku. Tadi kamu dipanggil bos Kyle karena apa?"Ariad langsung menodong Luana dengan pertanyaan saat baru duduk di kursinya"Apa, sih. Tidak ada apa-apa."Luana mengibaskan tangan untuk menyingkirkan Ariad dari tempat dudu
"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Ranjang itu sangat besar sehingga jika Luana ikut tidur di sana, sebenarnya bahkan tak perlu takut berdesakan dengan Kyle. "Beneran nggak... papa?" tanya Luana, yang masih takut jika kedatangannya ini mengganggu Kyle. "Iya nggak papa, sini aja sama gue di sini," ulangnya dengan lebih tegas sekarang. Kyle mendudukkan Luana di tepi ranjang dan tanpa ragu, gadis itu pun segera naik ke atas ranjang dan berbaring meringkuk di sana. "Maaf tapi... tidur di kamar asing sendirian, serem banget," ujar Luana sambil membenamkan wajah di bantal milik Kyle yang kupeluk. Kyle ikut duduk dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luana "Yaudah kalo gitu, tidur sini. Gue nanti tidur di sofa. Tuh sofanya sebelah situ, lo bisa liat gue dari sini, jadi nggak usah takut lagi, oke?" ucap Kyle. Namun, Luana menggelengkan kepala tak setuju dengan ucapannya tersebut. "Nggak boleh." Mendengar Luana mengatakan tidak boleh, Kyle tampak mengerutkan keningnya. "Hah? kenapa nggak boleh, Lun?" Kyle bertan
Untungnya, sepertinya Kyle tidak ambil pusing dengan jawaban Luana dan dia menarik tangan Luana untuk menggenggamnya. "Maaf gue tinggal agak lama. Masih takut?" Suaranya saat bertanya sangat penuh perhatian, sehingga membuat Luana merasa sedikit bersalah karena terus mencurigai remaja yang jelas-jelas menolongnya ini. "Emm, sedikit." Luana menjawab sambil merasakan genggaman tangannya yang hangat, dan mengikut Kyle menuju kamarnya. Kaos yang Kyle pakai masih kaos yang sama dengan saat dia pergi, jadi Luana semakin yakin jika Kyle tadi pergi bukan untuk membunuh Venus. Pemikiran itu membuat hati Luana berangsur-angsur tenang. "Malem ini nginap di sini apa minta diantar pulang?" Kyle yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar, bertanya pada Luana. Luana pikir tadi Kyle akan membawanya ke kamarnya, ternyata tidak. Kyle mengembalikan diriku ke kamar yang tadi ditempati Luana. "M-mungkin... mungkin di sini aja," jawab Luana, yang merasa ketakutan saat memikir
"Bodoh, bodoh!"Luana memukuli kepalaku sendiri saat memikirkan ingin menemui Venus di saat seperti ini, karena masih berharap bahwa pria itu tidak sejahat yang Luana kira dan ini semua hanyalah kesalahpahaman.Namun, realita seperti menampar kebodohan gadis itu."Gimana mungkin aku bisa mikir kalo dia nggak terlibat dalam masalah ini? Bodoh banget kalo aku mikir dia bukan orang jahat. Kak Venus jelas jelas tahu aku bekerja dengan Julia dan dia diam saja," erang Luana, menghela napas panjang.Luana sepertinya benar-benar terlalu gila dengan Venus, sehingga meski sudah mendengar sendiri bahwa dialah yang memanfaatkan Luana dan menjebaknya, Luana masih mencoba percaya bahwa itu semua bohong."Kenapa kamu bodoh banget kalo nyangkut dia, sih, Luana?" rutuk Luana, menyalahkan diri sendiri.Setelah merenung cukup lama di bawah shower, Luana yang mulai kedinginan akhirnya bangkit dan mematikan shower, lalu berjalan keluar kamar mandi menggunakan handuk. Di atas ranjang ia melihat hoodie hita
Luana berjalan masuk ke kamar mandi dan bersiap menerima hukuman dari Kyle, Kyle berjalan masuk dan mereka kini berhadapan.Kyle menatap kancing baju bagian atas gadis itu, mengulurkan tangan untuk membukanya.Satu kancing terbuka. Tubuh Luana terasa gemetar saat ujung jari Kyle tanpa sengaja menyentuh kulit Luana. Luana mempejamkan mata karena tak sanggup melihat ke arah Kyle, ia pikir Kyle akan membuka semua kancing kemeja yang ia pakai dan memandikannya seperti yang dia katakan, tapi ternyata, setelah kancing kedua, jari-jarinya berhenti.Kyle tiba-tiba memeluk Luana dengan sangat erat."Haaa, Luana."Suaranya terdengar begitu berat, tapi setelah itu dia tak mengatakan apa pun dan hanya memeluk Luana. "Lo nggak tahu betapa gilanya gue mikirin gimana kalo gue terlambat, gimana kalo lo tadi udah.... "Kyle tak melanjutkan ucapannya, hanya kembali menarik napas panjang."Lo kenapa sih selalu bikin gue kayak orang gila, Luana? Kenapa lo selalu ganggu pikiran gue, kenapa lo.... "Kyle
Kyle, yang terlihat seperti monster kelaparan, menyeringai dingin, berjalan mendekati mereka dan mengambil uang dari saku celana dan melemparkan beberapa tumpukan uang ke depan tiga orang yang hampir merusak tubuh Luana itu."Karena gue lagi nggak pengen ngeliat darah, ambil dan segera pergi! Sebelum gue memeras darah kalian sampai kering dan menjadikan kalian makanan anjing!""K-kami akan segera pergi!"Seperti menyadari keseriusan ucapan Kyle, dengan wajah pucat, ketiga orang itu buru-buru mengambil uang yang dilemparkan Kyle dan dengan tertatih-tatih berjalan keluar kamar.Luana merasa benar-benar lega karena tak jadi diambil keperawanannya oleh tiga orang tak dikenal tersebut, tapi juga ketakutan menghadapi kemarahan Kyle. 'Ahh, sial.'Luana mendesah dengan wajah pucat.Ada krisis baru sekarang. Bagaimana kalau Kyle menyangka bahwa Luana melakukan semua ini dengan suka rela?Tidak, dia harus menjelaskan pada Kyle, bahwa aku dijebak!Luana menggigit bibir bawah, memandang punggun
Ketika mengetahui hal itu, air mata mengalir semakin deras ke pipi Luana, merasa bahwa tidak ada jalan keluar.Saat melihat Luana yang menangis begitu keras, pria berambut hitam itu menyentuh paha Luana lagi, tak ada sedikit pun rasa kasihan di wajahnya.Wajahnya justru terlihat seperti orang lapar, celananya sudah membengkak hanya dengan meraba pintu masuk Luana yang tertutup celana dalam."Tolong, tolong lepaskan aku...."Luana kini hanya bisa merintih saat tangan-tangan itu mulai meraba-raba tubuhnya, mereka benar-benar sudah kehilangan akal karena melihat tubuh mulus gadis itu. Saat Luana terus memohon mereka untuk berhenti, salah satu dari mereka menampar pipi gadis itu. "Diam, kamu ini merusak kesenangan kami saja! Kamu sudah nggak punya hak atas tubuhmu. Kalau kamu gak terima, proteslah pada Julia yang telah menjual dirimu!" hardik si rambut burgundy yang merasa terganggu dengan rengekan Luana. Mulut Luana kini disumpal sehingga dia hanya bisa mengernyitkan dahinya menahan s
"K-kalian sudah membayar setengah pada siapa?" tanya Luana dengan suara bergetar, berusaha mengusir prediksi buruk yang muncul di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Siapa lagi? Tentu saja Venus dan Julia. Mereka yang udah menjual kamu ke kami dengan harga mahal karena kamu masih perawan!" jawab salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.Mendengar kenyataan yang sangat pahit itu, Luana langsung berteriak dan memberontak sekuat tenaga."T-tidak! Aku tidak tahu hal ini! Sungguh! Tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang kalian, tapi jangan sentuh tubuhku!" teriaknya. Luana terus memberontak saat tubuhku di angkat ketiga orang itu dan dilempar ke atas tempat tidur, gadis itu juga segera beringsut ke pojok dan memeluk lututnya dengan ketakutan saat melihat tiga pria yang mendekatinya dengan tatapan bernafsu."Kamu bisa menggantikan uang itu tiga kali lipat? Kalau iya, jumlahnya menjadi segini."Seorang lelaki yang berhasil naik ke atas ranjang dan memeluk t
Sementara itu.... "Apa di sini tempatnya?"Luana yang sudah sampai di motel yang dimaksud oleh Julia, dia mendadak ragu untuk melangkah masuk. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk."Sebenarnya paket apa ini? Apa sejenis obat-obatan terlarang?" gumam Luana, memandang paket yang kini ia pegang.Luana saat ini bahkan tak bisa menghubungi Venus ataupun Julia, karena sebelum berangkat tadi, Julia bilang bahwa dia perlu menyimpan ponsel milik Luana agar tidak mengganggu pekerjaan."Haaaa, apa aku sedang dijebak? Tapi, itu nggak mungkin, kan?"Luana mulai menggigit bibir bawah, memandang motel yang kata Julia, ia harus ke sini untuk mengantarkan barang yang kini ia pegang.Melihat tempatnya yang sedikit tersembunyi, entah mengapa luana jadi semakin yaakin bahwa yang dia pegang sekarang adalah paket obat obatan terlarang."Tapi gimana kalo enggak? Kak Venus pasti akan sangat kecewa ke aku," gumam Luana, yang sangat takut jika nilainya jatuh di depan Venus.'Baikl