"Ya, benar-benar ciuman. Seperti ini."Kyle yang berdiri di depan Luana menjawab, lantas sedikit membungkuk untuk meraih dagu gadis itu dengan satu tangan agar Luana memandangnya.Lalu, tanpa ragu sama sekali, Kyle pun menutupi bibir Luana dengan bibirnya. Saat Luana mencoba menarik wajahnya ke belakang, Kyle langsung menopang bagian belakang kepala Luana dengan satu tangan untuk mencegah gadis itu melarikan diri."Mmmmhh!"Luana sedikit berteriak saat lidah Kyle mulai bergerak-gerak dengan sungguh-sungguh di mulutnya. Mula-mula lidah Kyle menembus setiap gigi seolah menghitung jumlah gigi di mulut Luana, lalu masuk lebih dalam dan dengan lembut menggaruk langit-langit mulut gadis itu. Meskipun Luana tidak pernah punya pengalaman dengan pria lain selain Kyle yang menjadi pacarnya di masa SMA, tapi Luana yakin. Pria ini, adalah pencium yang sangat baik.Bibir lembutnya yang menyentuh leher Luana sungguh merangsang, sehingga gadia itu mengalihkan pandangan secara reflek.Kyle segera
Setelah lepas dari Kyle, Luana kini mendapatkan krisis baru. "Ini hari pertunanganku, apakah aku ke sana atau tidak? Tapi... Revon sudah memutuskan pertunangan ini tadi pagi," gumam Luana dengan gelisah. Acara pertunangan itu diadakan di rumah Revon, kemarin segalanya masih baik-baik saja, Revon masih romantis seperti biasa dan semua sudah siap termasuk gaun yang akan dia gunakan untuk acara tersebut juga sudah dikirim ke rumahnya.Lalu sekarang bagaimana?Tadi pagi Revon bilang kalau dia telah memutuskan pertunangan dengan Luana, tapi bukankah orang tua Revon belum mengatakan apa-apa?Luana benar-benar dilanda dilema apakah datang atau tidak.Kalau dia datang ke sana dan ternyata yang bertunangan dengan Revon adalah Kesya, mau ditaruh di mana mukanya?Namun, kalau dia tidak datang dan ternyata keluarga Revon belum membatalkan pertunangan, apa anggapan mereka nanti tentang dirinya?Luana benar-benar bimbang."Revon juga telah memblokir nomorku. Sial."Luana mengumpat pelan. "Haa, s
Saat Luana bertanya seperti itu pada Kesya, Revon tahu-tahu datang bersama orang tuanya, membuat Luana mengatupkan mulut dan tak meneruskan pertanyaannya kepada Kesya.Luana yang sudah hancur, melayangkan tatapan ke kedua orang yang tidak dia sangka akan berkhianat seperti ini padanya."Aku tidak menyangka kamu setega ini padaaku, Sya. Kamu juga, Rev. Kamu menyelingkuhi aku padahal aku setia sekali padamu," ucap Luana dengan isak kecil keluar dari mulutnya."Kenapa kamu di sini? Kamu bukan calon menantu kami lagi, sebaiknya kamu segera pergi dari sini daripada membuat keributan seperti ini, Luana."Suara dingin calon ibu mertuanya membuat Luana menoleh kepada wanita paruh baya yang kini berdandan cantik dengan kebaya modern tersebut."Bagaimana mungkin saya dibilang membuat keributan, Nyonya? Tunangan putra Anda adalah saya," jawab Luana dengan putus asa karena sepertinya keluarga Revon benar-benar membuang dirinya di hari yang seharusnya bahagia ini."Tapi kami sekarang sudah berubah
"Siapa kamu?! Ah, kamu pria yang tadi pagi, kan? Mau apa kamu ke sini hah?!"Revon yang menyadari dia pria yang sama dengan yang tadi di kamar hotel, menunjuk marah kepada Kyle. Ayah Revon segera menarik turun tangan putranya dengan kasar serta memelototinya."Bodoh! Dia Tuan Kyle Ivander, pemilik perusahaan yang baru saja mengakuisisi perusahaan kita, dia itu bos baru kita!" bentak ayahnya pada Revon, menyuruh Revon untuk bersikap sopan. "A-apa, Ayah?"Baik Revon maupun Kesya, seketika melotot kaget saat tahu identitas pria yang kini bersama Luana. Ayah Revon yang dengan cepat menyadari situasi genting ini segera membungkuk-bungkuk mendekat ke arah Kyle, berkata dengan sopan. "Maafkan kelancangan anak saya, a-ada perlu apa Tuan sampai jauh-jauh ke rumah saya yang bobrok ini?" tanyanya seraya mengusap peluh di keningnya dengan sapu tangan.Kyle melirik ke arah ayah Revon dengan sinis dan menjawab. "Aku tidak perlu apa pun sama kamu, aku ke sini untuk menjemput sekertarisku karena
"Persiapkan dirimu untuk makan malam ini, lalu cek email karena sebentar lagi Nathan akan mengirim secara garis besarnya padamu."Kyle tiba-tiba berkata seperti itu. Luana tentu saja seketika menatap bos-nya tersebut dengan wajah heran."M-maaf, Bos. Tapi, enapa tidak mengajak Nathan saja, bukankah tugas bukan sekertaris Anda? Saya ... saya tidak pernah hadir sebagai pendamping di acara bisnis seperti yang baru saja Anda katakan," protes Luana meski dengan suara pelan.Kyle yang sedang mengemudi melirik gadis yang terlihat panik tersebut dengan ujung mata."Mau bagaimana lagi, mulai hari ini kamu menjadi sekretarisku," jawab Kyle, yang membuat Luana semakin membelalakkan matanya. "A-apa? Tapi kenapa.... "Kyle menghela napaa panjang, mengusap pelan dahinya. "Hari ini dua sekretarisku berhalangan. Nathan, dia... mengantar Katy ke rumah sakit sebab gadis itu mengalami radang usus buntu, gara-gara tadi pagi kubilang mau mengajak dirinya sebagai pendamping di acara makan malam, Katy te
Seketika itu juga, bibir Luana langsung cemberut."Astaga, Pak. Tidak bisakah Anda berbohong atau pura-pura sedikit, kek. Saat ini saya benar-benar sedang sedih. Pacar saya meninggalkan saya di hari pertunangan dan teman baik saya merebut pacar sekaligus calon suami saya. Ini cobaan paling berat dalam hidup saya!"Luana menjerit frustrasi."Kenapa aku harus berpura-pura?" Kyle malah bertanya dengan sangat santai, membuat Luana benar-benar ingin melempar wajah pria tampan itu dengan Stiletto yang dipakainya."Setidaknya biar saya tidak sedih-sedih amat," jawab Luana pelan, menahan diri untuk tidak meraung-raung seperti anak kecil atau hanya akan semakin dibuat kesal oleh bos-nya ini."Kenapa aku harus peduli kamu sedang sakit atau tidak?"Kyle membalas lagi, dengan nada yang cukup acuh tak acuh. Luana menatap bos-nya tersebut dengan putus asa."Ya Tuhan. Pak, hati Anda ini terbuat dari apa, sih? Apakah di dalam sana isinya batu? Anda benar-benar menyebalkan, ya!"Luana menunjuk dada
Luana hampir saja merasakan sedikit lonjakan di hatinya, merasa bahwa sang bos sangat perhatian. Namun, jawaban Kyle seketika memadamkan api yang hampir menyala di hatinya."Itu tidak penting."Dengan lesu, Luana akhirnya memasukkan makanan pilihan Kyle tersebut ke dalam mulutnya.Sepertinya, mustahil Kyle masih mengingat dirinya, bukankah ini sudah bertahun-tahun mereka berpisah sejak SMA?"Apakah acaranya masih lama, Bos?" bisik Luana pada Kyle yang masih tampak segar bugar sedangkan gadis tersebut sudah seperti bunga layu.Ini sudah lewat tengah malam, jam tidurnya sudah terlewat dari tadi!"Kamu lelah?"Kyle balas bertanya. Anggukan pelan di kepala Luana membuat bos-nya tersebut menarik napas panjang."Biasanya ini sampai dini hari," jawab Kyle dengan tenang. "APA?"Luana sangat terkejut saat mendengar itu. Seketika badan Luana rasanya lemas. Dini hari? Bisa-bisa kepalanya pening kalau tidak tidur sampai jam segitu.Gila. Benar-benar gila, dia selalu lihat di jadwal bos-nya, a
Suasana mendadak hening di antara mereka berdua, baik Luana ataupun Kyle sepertinya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba laju mobil melambat. Luana tampak menguap beberapa kali, matanya juga sudah berair karena terus menguap sejak tadi. Ini sudah benar-benar batas di mana dia bisa membuka mata, rasanya jiwanya perlahan disedot oleh rasa kantuk yang memikat seperti jaring laba-laba. Luana menguap sekali lagi, meski masih berusaha fokus ke depan. "Kamu mengantuk?" Pertanyaan dari bos-nya, seketika menyentak kesadaran Luana yang tinggal beberapa persen, dia buru-buru dia menggeleng dan kembali fokus mengemudi. "Tidak, kok, Bos. Saya nggak ngantuk," elak Luana, menggeleng-geleng. Serangan kantuk semakin membuat dirinya tidak fokus mengemudi, sampai akhirnya Kyle berkata. "Berhenti." Menurut, Luanan pun menghentikan mobil, Kyle segera membuka pintu mobil dan turun lalu membuka pintu mobil di samping Luana. "Minggir. Pindah sana." Dagu Kyle menunjuk ke arah
"Dasar kamu."Kembali Luana menutup muka dengan bantal karena benar-benar tak bisa mengendalikan raut wajah atas semua pujiannya tersebut."Emm, Lun, sini, gue peluk," Pinta Kyle seraya mengulurkan tangan dan memeluk gadis itu. "Ngelunjak, ya."Luana mengatakan itu, tapi tak keberatan dipeluk olehnya."Bukan, bukan ngelunjak. Gue liat llo dari tadi meluk diri lo sendiri, lo sebenarnya masih ketakutan, 'kan?"Kyle bertanya dengan suara lembut.Haaa, bagaimana sih dia selalu dan selalu saja sepeka ini? Kalau aku luluh dan jatuh cinta padanya bagaimana?Luana mendesah dalam hati. Hubungan cinta dengan Kyle pasti akan sulit mengingat dia siapa.Luana benar-benar takut patah hati lagi."Nggak usah takut lagi, semua udah berlalu dan semuanya udah gue beresin. Nggak bakalan ada yang ganggu lo lagi. Gue juga bakal meluk lo sampe lo bisa tidur tenang."Kyle berbicara dengan suara menenangkan sambil mengelus punggung Luana, sehingga dengan terbata gadis itu pun mengucapkan terima kasih."M-ma
Ranjang itu sangat besar sehingga jika Luana ikut tidur di sana, sebenarnya bahkan tak perlu takut berdesakan dengan Kyle. "Beneran nggak... papa?" tanya Luana, yang masih takut jika kedatangannya ini mengganggu Kyle. "Iya nggak papa, sini aja sama gue di sini," ulangnya dengan lebih tegas sekarang. Kyle mendudukkan Luana di tepi ranjang dan tanpa ragu, gadis itu pun segera naik ke atas ranjang dan berbaring meringkuk di sana. "Maaf tapi... tidur di kamar asing sendirian, serem banget," ujar Luana sambil membenamkan wajah di bantal milik Kyle yang kupeluk. Kyle ikut duduk dan menepuk-nepuk pelan puncak kepala Luana "Yaudah kalo gitu, tidur sini. Gue nanti tidur di sofa. Tuh sofanya sebelah situ, lo bisa liat gue dari sini, jadi nggak usah takut lagi, oke?" ucap Kyle. Namun, Luana menggelengkan kepala tak setuju dengan ucapannya tersebut. "Nggak boleh." Mendengar Luana mengatakan tidak boleh, Kyle tampak mengerutkan keningnya. "Hah? kenapa nggak boleh, Lun?" Kyle bertan
Untungnya, sepertinya Kyle tidak ambil pusing dengan jawaban Luana dan dia menarik tangan Luana untuk menggenggamnya. "Maaf gue tinggal agak lama. Masih takut?" Suaranya saat bertanya sangat penuh perhatian, sehingga membuat Luana merasa sedikit bersalah karena terus mencurigai remaja yang jelas-jelas menolongnya ini. "Emm, sedikit." Luana menjawab sambil merasakan genggaman tangannya yang hangat, dan mengikut Kyle menuju kamarnya. Kaos yang Kyle pakai masih kaos yang sama dengan saat dia pergi, jadi Luana semakin yakin jika Kyle tadi pergi bukan untuk membunuh Venus. Pemikiran itu membuat hati Luana berangsur-angsur tenang. "Malem ini nginap di sini apa minta diantar pulang?" Kyle yang tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan sebuah kamar, bertanya pada Luana. Luana pikir tadi Kyle akan membawanya ke kamarnya, ternyata tidak. Kyle mengembalikan diriku ke kamar yang tadi ditempati Luana. "M-mungkin... mungkin di sini aja," jawab Luana, yang merasa ketakutan saat memikir
"Bodoh, bodoh!"Luana memukuli kepalaku sendiri saat memikirkan ingin menemui Venus di saat seperti ini, karena masih berharap bahwa pria itu tidak sejahat yang Luana kira dan ini semua hanyalah kesalahpahaman.Namun, realita seperti menampar kebodohan gadis itu."Gimana mungkin aku bisa mikir kalo dia nggak terlibat dalam masalah ini? Bodoh banget kalo aku mikir dia bukan orang jahat. Kak Venus jelas jelas tahu aku bekerja dengan Julia dan dia diam saja," erang Luana, menghela napas panjang.Luana sepertinya benar-benar terlalu gila dengan Venus, sehingga meski sudah mendengar sendiri bahwa dialah yang memanfaatkan Luana dan menjebaknya, Luana masih mencoba percaya bahwa itu semua bohong."Kenapa kamu bodoh banget kalo nyangkut dia, sih, Luana?" rutuk Luana, menyalahkan diri sendiri.Setelah merenung cukup lama di bawah shower, Luana yang mulai kedinginan akhirnya bangkit dan mematikan shower, lalu berjalan keluar kamar mandi menggunakan handuk. Di atas ranjang ia melihat hoodie hita
Luana berjalan masuk ke kamar mandi dan bersiap menerima hukuman dari Kyle, Kyle berjalan masuk dan mereka kini berhadapan.Kyle menatap kancing baju bagian atas gadis itu, mengulurkan tangan untuk membukanya.Satu kancing terbuka. Tubuh Luana terasa gemetar saat ujung jari Kyle tanpa sengaja menyentuh kulit Luana. Luana mempejamkan mata karena tak sanggup melihat ke arah Kyle, ia pikir Kyle akan membuka semua kancing kemeja yang ia pakai dan memandikannya seperti yang dia katakan, tapi ternyata, setelah kancing kedua, jari-jarinya berhenti.Kyle tiba-tiba memeluk Luana dengan sangat erat."Haaa, Luana."Suaranya terdengar begitu berat, tapi setelah itu dia tak mengatakan apa pun dan hanya memeluk Luana. "Lo nggak tahu betapa gilanya gue mikirin gimana kalo gue terlambat, gimana kalo lo tadi udah.... "Kyle tak melanjutkan ucapannya, hanya kembali menarik napas panjang."Lo kenapa sih selalu bikin gue kayak orang gila, Luana? Kenapa lo selalu ganggu pikiran gue, kenapa lo.... "Kyle
Kyle, yang terlihat seperti monster kelaparan, menyeringai dingin, berjalan mendekati mereka dan mengambil uang dari saku celana dan melemparkan beberapa tumpukan uang ke depan tiga orang yang hampir merusak tubuh Luana itu."Karena gue lagi nggak pengen ngeliat darah, ambil dan segera pergi! Sebelum gue memeras darah kalian sampai kering dan menjadikan kalian makanan anjing!""K-kami akan segera pergi!"Seperti menyadari keseriusan ucapan Kyle, dengan wajah pucat, ketiga orang itu buru-buru mengambil uang yang dilemparkan Kyle dan dengan tertatih-tatih berjalan keluar kamar.Luana merasa benar-benar lega karena tak jadi diambil keperawanannya oleh tiga orang tak dikenal tersebut, tapi juga ketakutan menghadapi kemarahan Kyle. 'Ahh, sial.'Luana mendesah dengan wajah pucat.Ada krisis baru sekarang. Bagaimana kalau Kyle menyangka bahwa Luana melakukan semua ini dengan suka rela?Tidak, dia harus menjelaskan pada Kyle, bahwa aku dijebak!Luana menggigit bibir bawah, memandang punggun
Ketika mengetahui hal itu, air mata mengalir semakin deras ke pipi Luana, merasa bahwa tidak ada jalan keluar.Saat melihat Luana yang menangis begitu keras, pria berambut hitam itu menyentuh paha Luana lagi, tak ada sedikit pun rasa kasihan di wajahnya.Wajahnya justru terlihat seperti orang lapar, celananya sudah membengkak hanya dengan meraba pintu masuk Luana yang tertutup celana dalam."Tolong, tolong lepaskan aku...."Luana kini hanya bisa merintih saat tangan-tangan itu mulai meraba-raba tubuhnya, mereka benar-benar sudah kehilangan akal karena melihat tubuh mulus gadis itu. Saat Luana terus memohon mereka untuk berhenti, salah satu dari mereka menampar pipi gadis itu. "Diam, kamu ini merusak kesenangan kami saja! Kamu sudah nggak punya hak atas tubuhmu. Kalau kamu gak terima, proteslah pada Julia yang telah menjual dirimu!" hardik si rambut burgundy yang merasa terganggu dengan rengekan Luana. Mulut Luana kini disumpal sehingga dia hanya bisa mengernyitkan dahinya menahan s
"K-kalian sudah membayar setengah pada siapa?" tanya Luana dengan suara bergetar, berusaha mengusir prediksi buruk yang muncul di kepalanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Siapa lagi? Tentu saja Venus dan Julia. Mereka yang udah menjual kamu ke kami dengan harga mahal karena kamu masih perawan!" jawab salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.Mendengar kenyataan yang sangat pahit itu, Luana langsung berteriak dan memberontak sekuat tenaga."T-tidak! Aku tidak tahu hal ini! Sungguh! Tolong lepaskan aku! Aku akan mengembalikan uang kalian, tapi jangan sentuh tubuhku!" teriaknya. Luana terus memberontak saat tubuhku di angkat ketiga orang itu dan dilempar ke atas tempat tidur, gadis itu juga segera beringsut ke pojok dan memeluk lututnya dengan ketakutan saat melihat tiga pria yang mendekatinya dengan tatapan bernafsu."Kamu bisa menggantikan uang itu tiga kali lipat? Kalau iya, jumlahnya menjadi segini."Seorang lelaki yang berhasil naik ke atas ranjang dan memeluk t
Sementara itu.... "Apa di sini tempatnya?"Luana yang sudah sampai di motel yang dimaksud oleh Julia, dia mendadak ragu untuk melangkah masuk. Entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasakan sebuah firasat buruk."Sebenarnya paket apa ini? Apa sejenis obat-obatan terlarang?" gumam Luana, memandang paket yang kini ia pegang.Luana saat ini bahkan tak bisa menghubungi Venus ataupun Julia, karena sebelum berangkat tadi, Julia bilang bahwa dia perlu menyimpan ponsel milik Luana agar tidak mengganggu pekerjaan."Haaaa, apa aku sedang dijebak? Tapi, itu nggak mungkin, kan?"Luana mulai menggigit bibir bawah, memandang motel yang kata Julia, ia harus ke sini untuk mengantarkan barang yang kini ia pegang.Melihat tempatnya yang sedikit tersembunyi, entah mengapa luana jadi semakin yaakin bahwa yang dia pegang sekarang adalah paket obat obatan terlarang."Tapi gimana kalo enggak? Kak Venus pasti akan sangat kecewa ke aku," gumam Luana, yang sangat takut jika nilainya jatuh di depan Venus.'Baikl