Beranda / Romansa / Terperangkap Dalam Hubungan Gelap / 5. Kemungkinan yang Terduga

Share

5. Kemungkinan yang Terduga

Penulis: sy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-22 10:11:57

Dari pagi sudah suntuk.

Dalvin menghela napas panjang seiring dengan mata yang terpejam lelah. Dia tidak bisa tidur, mengingat semalam dia terpaksa menginap di hotel bintang tiga yang harganya kelewat murah. Dalvin tidak suka menghamburkan uang, karena ingin segera membeli tempat tinggal sendiri supaya bisa menghindari Raras yang setiap hari selalu mengoceh mengenai pernikahan serta hal-hal lain.

Oh iya, kamar hotel yang Dalvin tempati kurang terawat. Kasurnya keras, berdebu, dan berbau tak sedap. Lelaki itu ingin marah saat teringat bahwa semalam ada kecoak di kamar mandi dan dia paling membenci kecoak. Hewan kecil berwarna cokelat dengan kaki berbulu serta berpotensi menyerang kapan saja--memeriksa kembali

"Pak, ngelamun terus dari pagi."

Dalvin memiliki keinginan kuat mencekik Biya yang sekarang berdiri di sampingnya. Jam makan siang tengah berlangsung sehingga para karyawan tengah beramai-ramai ke kantin. Mereka berdiri di depan lift, menunggu lift berhenti di lantai lima.

"Ngelunjak kamu." desisnya sebal tanpa menatap Biya. Kedua alis bertaut dalam, bibir mengerucut samar, kantung mata menghiasi wajah benar-benar memperlihatkan jika Dalvin selelah dan semalas itu meladeni Biya.

"Ya abisnya Pak Dalvin juga jahatin saya. Ya saya jahatin balik dong biar adil."

Sebenarnya Biya adalah perempuan penyabar, penyayang, dan super lembut walau tidak feminim-feminim amat. Sifatnya terbentuk oleh keadaan di mana sudah harus mengurus rumah akibat kehilangan sosok Mama di usia yang masih sangat belia. Biya juga pandai memasak, karena setiap pagi menyiapkan sarapan untuk Ayah dan Kakak. Kalau kata Ayah, masakan Biya mirip sekali dengan masakan mendiang Mama.

Banyak sekali kebaikan dalam diri Biya, tapi akan hancur dalam sekejap jika sudah menemukan seseorang yang berpotensi menjadi musuh, seperti Dalvin. Biya paling tidak suka bekerja di bawah tekanan lingkungan dan sifat paling jeleknya adalah balas dendam menggunakan ancaman.

"Mana bisa gitu. Kamu udah ngebanting terus sekarang ngancam saya juga," balas Dalvin tak terima. Kejadian di bioskop sungguh tak bisa dilupakan begitu saja. Dia mendelik; kedua tangannya bersiap mencekik Biya. "Saya nggak akan mati dalam waktu dekat dan sialnya saya harus ketemu sama kamu setiap hari. Muka kamu bikin umur saya berkurang tahu, nggak?!"

"Kayak muka Bapak bagus aja."

Mendengar cibiran Biya, telinga Dalvin terasa panas dalam sekejap. Apalagi Biya juga menguadarakan tawa kecil yang sok bersahabat di telinganya. Kemudian, begitu lift terbuka, mereka berdua melangkah masuk ke sana. Dalvin langsung memalingkan wajah; menjaga jarak sebisa mungkin dari Biya.

"Pak Dalvin."

"Apa?! Apa lagi, Biya?!" Dalvin pikir Biya ingin mengganggu lagi. Wajah lelaki itu memerah akibat emosi disertai raut galak. "Kamu sampai kapan mau ganggu saya terus? Sampai rahasia kebongkar ke semua orang di kantor?!"

Memperoleh respon super sewot, Biya jelas menautkan alis kebingungan. Biya memanggil baik-baik tanpa ada niatan mengajak debat. Namun, karena yakin mood Dalvin memang sejelek itu, Biya pun sekadar mengatakan seadanya.

"Resleting celana Bapak kebuka. Saya cuma mau ngasih tau aja kok." ucapan Biya otomatis mengakibatkan mata Dalvin membelalak kaget. Dia secepat kilat menoleh ke bawah--benar saja, resleting celananya terbuka.

Dalvin mengubah posisi tubuh membelakangi Biya. Membenarkan resleting celana. Matanya tertutup rapat akibat frustrasi serta malu yang teramat sangat.

'Hidup gue kenapa gini amat, sih???' Dalvin merutuki keadaan yang sama sekali tidak berpihak padanya. Sejak kemarin selalu dihinggapi kesialan usai Biya terlibat dalam hidup melalui kejadian tak terduga. Bisakah Dalvin menyingkirkan perempuan itu sekarang juga?

Dalvin ingin menjadi Thanos. Sungguh.

"Awas kamu ngasih tahu orang-orang." ancam Dalvin sesudah membenarkan resleting celana dan kembali menghadap ke arah Biya. Dalvin ingin sekali berteriak, tapi takut jika Biya menangis atau menyebabkan kehebohan di kantor.

"Nggak bakal."

Dalvin jelas tidak percaya dan tambah sebal, karena meyakini jika Biya pasti akan kembali mengancam. Maka dari itu, dia cemberut lalu bergumam, "Jelas aja batal nikah."

"Tadi Pak Dalvin ngomong apa?"

Dalvin terjingkat setelah mendengar pertanyaan dari Biya. Masalahnya, nada Biya kurang bersahabat dan cukup rendah kala mengikis jarak. Dalvin berusaha tak menghiraukan dengan cara membuang muka ke arah lain, tapi sayang, setibanya lift di lantai satu--Biya malah melayangkan pukulan pada wajah Dalvin akibat tersinggung.

Ketika pintu lift terbuka, para karyawan yang berdiri di sana menunggu lift jelas terkejut setengah mati saat melihat wakil kepala manajer akuntansi mengaduh kesakitan sembari menutupi hidungnya yang berdarah.

"Aduh Bapak!" Biya ikut-ikutan sok peduli. Dia mendekat. Berbohong dengan memastikan bahwa Dalvin baik-baik saja. "Pak Dalvin nggak papa? Aduh, darahnya banyak banget!"

Rasa malu Dalvin kian berlipat ganda.

***

19.28

Dalvin ingin memperoleh kemungkinan di mana dia juga bisa mengetahui rahasia lain milik Biya agar bisa balas dendam. Dalvin tahu, balas dendam menggunakan ancaman sama sekali bukan dirinya. Dalvin lebih suka bermain bersih dibanding bermain kotor seperti Biya.

Amarah Dalvin kian berlipat sesudah melihat pesan masuk dari Mama--Raras.

[Mama: Pulang kamu. Dicariin sama Papa

Mama: Dolphin pulang

Mama: Dolphin

Mama: Dolphin

Mama: Dalvin

Mama: Autocorrect..

Mama: Mau dicoret dari kk?]

"Apaan sih Mama," dia menggerutu sebal, karena Raras selalu mengancam akan mencoret namanya dari kartu keluarga. Dalvin hanya mendiamkan pesan Raras pada kolom notifikasi. Terlalu malas untuk meladeni Raras, yang pasti kembali mengungkit masalah pernikahan.

Dalvin enggan bicara dengan siapapun. Suasana hatinya yang jelek tak kunjung berubah, ditambah lagi, akibat kejadian hidung berdarah di lift sampai semua orang panik.

Dalvin ingin Biya memperoleh karma secepat mungkin!

"Aduh!" Dalvin mengeluh jengkel saat turun dari mobil sembari membawa kantong plastik berisikan beberapa kotak susu serta satu box besar sereal rasa cokelat.

Dalvin Tak sengaja menginjak permen karet bekas yang dibuang sembarangan. Tak ada yang berjalan sesuai rencana sejak kemarin. Dalvin memejamkan mata frustrasi, mengumpat berulang kali dalam hati, dan nyaris memukul badan mobil sebelum mengambil tisu kering di dalam kendaraan tersebut.

Dalvin mengambil permen karet dari pernukaan sepatu lalu membuangnya ke tong sampah. Dia berjalan masuk ke dalam hotel tersebut tanpa bisa berhenti menggerutu.

Hotel itu tak memiliki lift, sehingga Dalvin harus berjalan menaiki anak tangga sampai ke lantai empat. Ditambah lagi, lampu di lorong tiap lantai juga tak seterang itu. Lokasinya mirip sekali dengan film horror.

Dalvin meraih kunci kamar hotel dari saku celana dan membuka pintunya. Tapi, bertepatan dengan itu, kamar hotel yang hanya berjarak sepuluh langkah tiba-tiba terbuka.

Memperlihatkan sosok Biya, yang mengenakan pakaian minim disertai aroma rokok super menyengat.

"P-Pak Dalvin?"

Genggaman Dalvin pada kantong plastik melemah sampai kotak susu serta sereal berhamburan ke lantai. Dalvin sama tercengangnya seperti Biya. Di tengah remangnya cahaya lorong hotel, mereka saling menatap dengan penuh keterkejutan.

"Kamu ... ngapain di sini, Biya?"

Bab terkait

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   6. Melarikan Diri

    Biya jelas pernah melakukan hubungan badan dengan Ethan sewaktu dulu masih menjadi sepasang kekasih. Ethan yang pertama kali mengajak. Ethan sukses membuat Biya luluh-lantak menggunakan kalimat super manis ketika mereka berusia dua puluh tahun. Alhasil, selama tujuh tahun belakangan, mereka setidaknya melakukan hubungan badan sekali dalam sebulan tanpa diketahui kedua belah pihak keluarga."Kamu jangan ngomong ke Papaku. Aku takut Papa kecewa kalau tahu anak perempuannya berani kayak gini..""Iya, sayang, aku kan sudah janji tadi."Kebiasaan melakukan hubungan badan tersebut jelas mengakibatkan perubahan pada gairah seksual Biya, karena awalnya tidak pernah merasakan kenikmatan duniawi yang dikatakan dosa. Maka dari itu, setelah putus dari Ethan, Biya merasakan sedikit kekosongan dalam hidup dan mencoba menutupinya dengan cara meet up.Meet up bersama orang asing dari twindler tentunya.Di twindler, Biya dan lelaki asing akan berjanji untuk merahasiakan identitas masing-masing apabila

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   7. Mengemban Beban

    'Ini cewek beneran lucu deh hahaha,' lelaki itu mencibir sarkastik diiringi helaan napas panjang saat mengamati Biya yang tengah tertidur pulas di atas kasur. Biya memang sempat mengatakan ingin menetap sebentar, karena menunggu Ethan benar-benar pergi terlebih dahulu dan tak membiarkan Dalvin keluar dari kamar."Pak, nggak usah keluar! Di sini aja!"Perintah Biya yang dipenuhi nada memohon masih terngiang jelas di kepala Dalvin. Sebenarnya Dalvin sudah menduga kalau ada sesuatu yang aneh dan dia berakhir berpura-pura tidak menyadari hal tersebut. Dia menghabiskan satu jam duduk di kursi sambil menonton televisi yang menayangkan pertandingan sepak bola.Namun, siapa sangka kalau Biya kelelahan dan malah berujung tak sengaja tertidur? Dalvin melipat kedua tangan di depan dada ketika melirik ke arah kasur yang tempatnya hanya tersisa sedikit sekali. Tapi, kalaupun ada tempat, Dalvin juga tidak mungkin tidur di samping Biya. Biya adalah Adik Arsen dan Dalvin bisa saja langsung mati apabi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   8. Menata Ulang (1)

    20 Januari 2019Sejak kejadian di hotel, Biya belum bicara secara personal dengan Dalvin kecuali jika sedang bekerja. Lelaki itu terlihat menghindarinya mati-matian; tak mau menatap saat bercengkrama, mengambil jalan lain saat tahu Biya melewati jalan yang sama, enggan berada di dekat Biya dan menjaga jarak sampai dua meter. Tak hanya Biya yang menyadari hal tersebut, tapi Maya dan rekan lainnya juga.Biya sampai malu sendiri."Sebenarnya kalian ada masalah apa, sih?" tanya Maya penasaran tanpa menatap Biya, karena matanya sibuk mengamati anak tangga ketika mereka berdua berniat pergi ke lantai satu—makan siang di kantin perusahaan seperti biasanya. Biya sesekali menoleh kikuk ke arah Maya dengan bibir terkatup rapat.Menginjakkan kaki di lantai satu dan tak kunjung memperoleh jawaban, Maya pun berkata, "Kita sudah kerja lima tahunan di sini dan dari awal kerja sudah ada Pak Dalvin. Dari dia masih jadi pegawai biasa kayak kita sebelum akhirnya dia diangkat jadi wakil kepala manajer ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   9. Menata Ulang (2)

    17.32Dalvin menatap lekat layar ponsel yang menampilkan beberapa pesan masuk dari Airin. Airin meminta Dalvin pulang, karena Raras khawatir bukan main walau memang di depan Dalvin selalu mengancam akan mengeluarkan lelaki itu dari keluarga. Dalvin membuang napas kasar beriringan dengan dirinya yang melemparkan tubuh ke atas ranjang keras hotel. Seharian rasanya begitu lelah meskipun dia menjalani hari seperti biasa."Enak aja disuruh pulang abis dimalu-maluin gitu," dia menggerutu jengkel ketika melepas kancing kemeja satu per satu lalu menghisap dot yang baru saja diambil dari meja nakas. Semakin dipikirkan, semakin menggebu emosi di dada hingga terasa sesak. Dalvin menggigit kuat karet dot itu saat mengingat bagaimana Raras terlalu oversharing sesuatu yang seharusnya menjadi privasi. "Memang dipikir gue nggak malu? Malesin. Gue juga masih males ngelihat mukanya Airin. Udah salah, nggak minta maaf. Malah nyalahin gue soalnya nggak kunci pintu. Ya kan itu kamar gue. Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   10. Menata Ulang (3)

    17.10"Kok lo tumben hari Kamis pulang ke rumah?"Jam kerja telah berakhir, Biya langsung melesat ke rumah dan wajah pertama yang dia jumpai adalah wajah milik Arsen. Di balik pintu, lelaki itu hanya menggunakan boxer serta baju putih tipis di saat memijat pundaknya yang terasa pegal. Kelihatan persis seperti bapak-bapak anak satu yang kelelahan akibat dimarahi istri karena melempar baju sembarangan.Rambutnya pun berantakan. Berbanding terbalik dengan Biya yang masih tampak cukup rapi di balik pakaian kerjanya."Nggak papa, lagi pengen aja.." jawabnya. Berusaha tak menunjukkan bahwa dirinya lesu dan sedang tidak mood. Biya melangkah masuk ke dalam--mengedarkan pandang sebelum kembali menatap Arsen."Ayah mana?" Arsen langsung menjawab, "Masih mandi. Lo pulang cuma buat nemuin Ayah aja nih? Bukan buat nemuin gue?"Sejak Mama pergi, Biya tahu bagaimana hancurnya hati Ayah dan Kakaknya selama menjalani hidup. Biya tahu sebagaimana besar mereka menyayangi B

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   11. Menata Ulang (4)

    "Pak Dalvin nggak mau ke rumah sakit aja?"Dalvin sungguh tak nyaman. Situasi saat ini membuatnya ingin segera kabur dan pulang saja ke hotel. Pasalnya, setelah dipukul oleh Ethan, Dalvin langsung ditarik masuk ke rumah oleh Biya--dipaksa duduk di sofa ruang tamu lalu sekarang tiga orang mengamatinya lekat-lekat dengan sorot yang berbeda, ada yang: menatap khawatir, bingung bercampur penuh tanya, serta ingin bertanya dan membutuhkan jawaban sesegera mungkin."Saya baik-baik aja. Nggak perlu sampai ke rumah sakit segala," balas Dalvin tanpa mengangkat kepala. Menghindari kontak mata dengan semua anggota keluarga yang ada di hadapannya. Dia kelihatan canggung sekali, terutama saat mendadak Biya duduk di sampingnya."Saya beneran baik-baik aja," dia mengulangi sekali lagi. Mendorong Biya menjauh untuk menjaga jarak. "Malah harusnya mantan pacar kamu yang dibawa ke rumah sakit."Dalvin serius.Sejujurnya, Dalvin sama sekali tak menyentuh Ethan. Sedikit pun. Mala

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   12. Kemunculan si Pemeran Ketiga

    29 Januari 2019Memangnya aku membawa sial ya untuk Pak Dalvin? Aku mencoba memahami sejak beberapa hari lalu setelah memilih tidak membalas pesan darinya lagi. Di kantor, aku menghindari kontak mata dengannya, karena takut membuat suasana hati Atasanku itu memburuk. Pak Dalvin baik pada semua orang, kecuali padaku dan itu sangat kentara sampai Maya selalu mempertanyakan kebenaran yang kusampaikan waktu itu."Are you okay?" Maya bertanya ketika kami duduk di kantin. Dia menikmati makan siang, sedangkan aku tidak. Bagaimana aku bisa menikmati semangkuk bakso kalau selama bekerja Pak Dalvin sejudes itu? Karyawan lain sampai mencuri pandang berulang kali ke arahku. "Lo sama Pak Dalvin pas itu beneran ketemu di jalan terus dia inisiatif anterin lo? Itu beneran apa bohongan? Soalnya pas itu gue lihat, dia marah banget ke lo sampai kaya pengen jeblosin ke penjara gitu. Terus dari kemarin juga jahat banget ke lo walaupun jahatnya ya enggak ngasih kerjaan setumpuk dan lewat tatapan mata sama

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-25
  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   13. Gama dan Kisahnya

    14 Mei 2015 14.30 Gama sudah lama sekali magang sejak masih menjadi mahasiswa di perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur tersebut. Gama bahkan sudah ditarik untuk menjadi salah satu anggota permanen di bagian Human Resource Development karena kinerja yang baik serta memadai. Tapi, karena Gama tak terlalu suka bekerja menjadi HRD tetap, mencari pengalaman lebih luas, serta masih ingin menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dia memutuskan untuk menjadi HRD panggilan tiap ada sesi perekrutan karyawan baru dan itu disetujui oleh kepala HRD. Tak hanya di perusahaan ini, tapi juga di beberapa perusahaan lain yang membutuhkan jasanya. Hari ini, ada sesi perekrutan karyawan baru—Gama telah meninjau semua berkas para pelamar sebelum wawancara berlangsung. Mata sipit lelaki dengan paras rupawan itu mengamati satu portofolio seorang perempuan yang tampak menarik. Kemudian, tiba saat perempuan itu masuk ke dalam ruangan, mengucapkan salam yang sangat sopan, lalu duduk tepat di

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-26

Bab terbaru

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   Epilog

    Lima tahun kemudian.Biya beberapa kali melakukan switch career, dari staff purchasing, copywriter, hingga akhirnya memilih menjadi virtual assistant yang bisa bekerja secara remote di mana saja. Biya masih berusaha menjadi orang yang lebih baik setelah insiden beberapa tahun lalu. Sempat dekat dengan beberapa lelaki, namun tidak ada yang cocok secara emosional. Semakin hari, Biya sendiri semakin menghindari lawan jenis karena merasa semuanya berujung sia-sia—tidak ada yang jadi, katanya.Biya sudah putus hubungan dengan Maya. Beberapa kali Biya melihat sosial media sang mantan sahabat melalui akun lain. Maya tampak bahagia dan baik-baik saja. Sudah menikah; pindah ke luar negeri mengikuti suami yang merupakan orang Australia. Biya ingin mengirimkan pesan, tapi takut Maya mengabaikan atau mungkin malah belum memaafkan.“Ce, kabarnya gimana?” Biya mendongakkan kepala ketika melihat Odilia, salah satu teman yang diperoleh melalui komunitas virtual assistant di media sosial. Mereka serin

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   90. Berjumpa dan Berpisah Baik-Baik

    “Mbak Biya, sudah lama nggak ketemu. Mau ambil barang-barang di lantai atas, ya?”Sesuai ucapannya kemarin, Biya pergi ke perusahaan untuk mengambil barang-barang di mejanya pada sore hari. Biya terkejut, karena security yang dikenalnya tahu bahwa dia resign. Biya menganggukkan kepala, mengucapkan salam, sebelum beranjak ke tempat kerjanya yang ada di lantai lima.Perusahaan sudah sepi, hanya ada beberapa office boy dan office girl yang masih bekerja. Biya bersyukur, karena dia tidak perlu menemui rekan rekan kerja yang pasti akan kepo luar biasa mengenai setelah ini akan bekerja di mana, kabar setelah sembuh dari tipes, dan lain lain. Biya menarik napas dalam ketika sampai di lantai lima dan masuk ke ruang departemennya.Biya tak menemukan siapa pun selain Dalvin yang masih duduk di kursinya—memeriksa kembali laporan keuangan pada layar komputer. Dalvin menoleh ke arah Biya, tak terlihat kaget, dan kembali fokus pada layar komputer.“Ambil barang?” Dalvin bertanya tanpa melihat Biya

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   89. Perjumpaan

    [“Besok lo mau ambil barang-barang dari tempat kerja lo?”]Malam ini Biya dihubungi oleh Arsen yang tadi sempat menceritakan perjalanan selama berbulan madu di Bali. Tadi, Biya juga sempat berbincang sebentar dengan Airin melalui sambungan telepon. Biya senang, karena mereka bisa menikmati liburan selama seminggu dalam memulai perjalanan pernikahan yang akan dibina selama beberapa tahun ke depan.“Iya, besok mau gue ambil sendirian. Sebenarnya Ayah nawarin buat bantu, tapi gue tolak soalnya nggak mau ngerepotin,” Biya menjelaskan sambil mengambil tas kain yang biasanya digunakan untuk belanja, kunci sepeda motor serta mengenakan jaketnya yang berwarna hijau sage. Hendak pergi ke supermarket sebentar untuk membeli perlengkapan mandi yang sudah habis di rumah. “Gue besok rencana mau datang sore aja setelah semua orang pulang, biar nggak usah drama di tempat kerja orang gue juga cuma mau ambil barang.”[“Ohh, haha,”] Arsen sempat mengudarakan tawa pelan, karena pikirannya langsung tertuj

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   88. Berproses

    Butuh waktu hampir dua minggu bagi Biya untuk pulih dari tipes dan benar-benar diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Proses pemulihannya lama, sebab Biya tak kooperatif—enggan makan dan minum obat—baru dikonsumsi apabila dipaksa oleh ayah atau Arsen yang bergantian berjaga. Keluar dari rumah sakit pun, kondisi fisiknya masih lemah.Biya sudah dinyatakan resign oleh HRD perusahaan dan diminta segera mengambil barang-barangnya. Biya menghela napas pelan, tidak menyangka jika dia jatuh sakit sampai melewati tanggal resign. Perempuan itu menatap langit-langit kamar ketika merebahkan diri; memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini, karena belum menemukan tempat kerja yang pas di hati. Biya pun memikirkan semua orang yang selama ini berputar di sekitarnya—terutama Gama dan Maya, yang mendadak keluar dari kehidupannya.[“Gue sudah dengar semuanya dari kakak lo. Gue nggak akan balik dulu, jadi gue belum bisa jengukin lo. Gue bakal stay di sini sampai mama gue sembuh. Goodluck and get

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   87. Obrolan dan Kejujuran

    [+62 523 xxx xxxx: Pak, posisi di mana?][+62 523 xxx xxxx: Sebentar lagi saya ke sana.]Dalvin berada di lobby rumah sakit; duduk di depan instalasi farmasi, tempat biasanya orang mengambil obat yang sudah diresepkan oleh dokter. Beberapa kali perawat perempuan yang berjaga di balik meja instalasi farmasi tersebut mencuri pandang ke arah Dalvin yang berdiam diri sendirian di saat tak ada orang. Dalvin sengaja duduk di sana, bak pasien yang menunggu obat selesai dibuat, karena dia menghindari Arsen yang masih ada di dekat bagian administrasi.Dalvin tak mau apabila mencari keributan. Apalagi, Arsen telah memperingati agar tak perlu berlama-lama di rumah sakit dan segera pergi jika bisa. Dalvin berulang kali melirik ke arah ponsel, memperhatikan pesan terakhir yang dia kirim balik pada Gama. Memberitahukan posisinya pada sang lawan bicara.‘Lama banget,’ Dalvin menggerutu dalam hati. ‘Katanya nggak sampai sepuluh menit. Lah ini sudah mau dua puluh menit, tapi nggak muncul-muncul juga.

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   86. Perpisahan (4)

    Gama menarik lalu menghembuskan napas berulang kali ketika sampai di depan kamar rawat nomor 407. Kamar rawat Biya. Ada beberapa perawat berlalu-lalang, sesekali menanyakan apakah Gama membutuhkan bantuan. Gama jelas menggelengkan kepala dan menjawab, “Saya mau nengokin teman saya di kamar ini aja.” dia hanya belum siap melangkahkan kaki masuk untuk menemui Biya dan juga Dalvin.Namun, pada akhirnya dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar rawat rumah sakit tersebut kemudian menggesernya ke samping. Gama tertegun—canggung setengah mati ketika pandang semua orang tertuju padanya. Jantung Gama pun sempat mencelus, karena melihat keadaan Biya yang sungguh mengkhawatirkan.“Emm..” Gama bergumam kikuk sembari menggaruk tengkuk kaku. Gama tahu ada banyak orang setelah tadi Arsen menginformasikan bahwa Dalvin tak datang sendirian. Gama meringis kecut, hendak melangkah keluar, namun para rekan kerja perempuan Biya buru-buru berdiri dari tempat duduk mereka masing-masing.“Pak Gama, Pak Gama

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   85. Perpisahan (3)

    “People will miss you the moment you stop caring. The moment you’ve moved on. Because that’s how it works, most people only want you the moment they realize you no longer belong to them at all.” -r. m. drake“Even the strongest feelings expire when ignored and taken for granted.” -poestcafe.“Absence will tell you the importance of presence.” -unknown.***[“What the fuck are you doing? Gue sudah bilang, jauhin Dalvin! Gue nggak enak ke Gama dan keluarganya!”][“Lo jahat banget ke Gama, tahu, nggak?!”][“Nak, ayah nggak nyangka kamu begitu … kasihan Gama. Biya, sudah minta maaf ke Gama dan keluarganya, kan? Kalau belum, segeralah minta maaf..”]Dua minggu lagi, Biya resign dari tempat kerja dan sekarang sibuk mencari lowongan di tempat kerja lain. Biya seharusnya bisa bertahan. Sayang, Biya jatuh sakit—stress; nge-down berat akibat menerima banyak serangan dari pihak terdekat karena sudah menyakiti Gama. Alhasil, Biya dirawat di rumah sakit karena tipes. Kemarin suhu tubuhnya mencapai

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   84. Perpisahan (2)

    “Lo mau bicarain apa sampai rela datang jauh-jauh ke sini?”Biya sudah tidak bisa mendapatkan kesempatan lagi untuk kali ke tiga, karena dia selalu membuang kesempatan yang lalu akibat nafsu semata. Biya sudah tidak punya ruang lagi di hati Gama, yang berulang kali memberi toleransi tanpa syarat dan sengaja menutup mata. Ketika kesempatan sudah habis, baru di sana manusia benar-benar mempertanyakan mengapa mereka tidak menggunakan kesempatan tersebut dengan baik.Tak jauh dari ambang pintu rumah Gama, Biya masih menangis sesenggukkan tanpa suara. Tidak mampu bicara. Air matanya tidak mau berhenti jatuh, karena nada bicara Gama sudah tak sehangat biasanya—seperti bicara pada orang asing. Hubungan memang mudah sekali untuk dihancurkan oleh nafsu sendiri, bukan? Biya menyesali semua itu.“Waktunya nggak banyak,” Gama membuka mulut lagi. Gama melipat kedua tangan di depan dada, menahan napas, dan menengadahkan kepala menatap langit yang tampak muram malam ini. Gama tidak tega melihat Biya

  • Terperangkap Dalam Hubungan Gelap   83. Perpisahan (1)

    [Gama: Ce Biya. Sorry. I don’t want to meet you anymore.Gama: Plan selama bulan ini di cancel aja.]Gama sudah enggan berekspektasi lebih jauh—semuanya sudah hilang ditebas realita tanpa ampun dan membuktikan bahwa firasat Celine benar adanya. Meski hatinya tidak baik-baik saja, tapi dunia tetap menuntut agar dia bekerja semaksimal mungkin. Gama tidak absen; memilih menghabiskan waktu bersama beberapa kolega sehabis kerja guna mengalihkan pikiran dari Biya yang sudah mematahkan hatinya.Gama hanya datang ke perusahaan saat ada proses rekrutmen, namun dia sangat menghindari Biya yang menuntut penjelasan. Meminta jawaban mengenai kenapa mereka tidak bisa bertemu lagi. Gama juga meminta maaf pada Arsen, karena tidak akan main ke rumah untuk sekadar mengobrol atau menjalin hubungan intens seperti layaknya sahabat. Gama ingin menghindari semua hal tentang Biya setelah melihat mama dan kakaknya yang ikut menangis.Gama berusaha berdamai dengan diri sendiri sesudah meminta maaf pada mama ket

DMCA.com Protection Status