Home / Rumah Tangga / Terpenjara Dalam Kesetiaan / Bab 90: Kebenaran yang Terselubung

Share

Bab 90: Kebenaran yang Terselubung

Author: Duvessa
last update Last Updated: 2024-12-31 21:02:13

Randy duduk tertekan di kursi kantornya, pandangannya kosong menatap layar komputernya yang sudah minim aktivitas. Meskipun rapat sudah berakhir dan kerjaan menumpuk, pikirannya masih terpaut pada percakapan dengan Dina beberapa hari yang lalu.

Ada sesuatu yang ganjil dalam pembicaraan mereka, sesuatu yang tak bisa ia abaikan begitu saja. Dina, yang dulu selalu tampak profesional dan tegas, kini mulai menunjukkan sisi lain, sesuatu yang lebih halus, namun penuh dengan perhitungan. Niatnya, meskipun tersembunyi, begitu jelas terasa.

Ia tahu, dia tak bisa hanya diam. Kejadian itu harus dibicarakan dengan Arka. Tapi ia juga merasa perlu untuk lebih berhati-hati. Tidak hanya karena hubungan mereka yang kian rumit, tetapi juga karena Arka sedang berada dalam situasi yang sangat rapuh.

Dengan ragu, Randy meraih ponselnya dan menekan nomor Arka. Telepon berdering beberapa kali, dan di ujung sana, terdengar suara Arka yang lelah namun tetap penuh perhatian.

“Randy,” suara Arka terdeng
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hendry Hendryhen
aku kadang nggak ngerti alur ceritanya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 91: Di Bawah Permukaan

    Pagi itu, Arka kembali ke kantor setelah beberapa hari absen, memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Meski fisiknya ada di sana, pikirannya masih terpecah. Semua yang terjadi belakangan ini.Arka duduk di mejanya, menatap layar komputer yang penuh dengan tugas yang harus diselesaikan. Namun, pikirannya terus menerus kembali ke Dina. Sejak ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, segala sesuatu menjadi berbeda. Proyek yang semula berjalan lancar mulai terasa terhambat, dan Arka merasa ada yang tidak beres.Dina, yang kini mengambil alih beberapa tugas yang biasanya ia pimpin, selalu berhasil menemukan cara untuk menyabotase kemajuan pekerjaan mereka. Tidak langsung, namun cukup halus. Revisi yang tidak tepat, keputusan yang merugikan, atau bahkan pengalihan fokus yang sering kali mengganggu proses kerja.Setiap kali Arka bertanya tentang kemajuan proyek atau meminta klarifikasi, Dina selalu memberikan jawaban yang samar, seperti menghindari pertanyaan yang lebih

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 92: Dibalik kebimbangan

    Arka duduk di ruang kerjanya, menatap tumpukan dokumen yang menunggu untuk diproses. Meski fisiknya ada di kantor, pikirannya tidak tenang. Dia tahu, apa yang terjadi di balik layar proyek ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat.Dina tidak hanya bermain dengan pekerjaan, tapi juga dengan ambisinya sendiri dan Arka mulai merasakannya. Keputusan-keputusan yang dibuatnya sejak ia kembali ke kantor terasa semakin berat, seperti beban yang semakin menumpuk di pundaknya.Selama beberapa hari terakhir, meskipun tampaknya segalanya berjalan normal, Arka tahu ada yang salah. Dina semakin sering berinisiatif, mengambil peran lebih besar dalam pengambilan keputusan, meskipun proyek ini seharusnya ia yang memimpin. Ketika Arka bertanya, selalu ada alasan yang rasional, jawaban yang terdengar logis, namun selalu ada celah di dalamnya.Hari itu, saat rapat berlangsung, Dina mengajukan sebuah revisi desain besar yang langsung mengubah alur proyek. Padahal, revisi tersebut sangat mendalam dan bi

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 93: Ketegangan yang Semakin Menjadi

    Pagi itu, Arka kembali ke kantor dengan pikiran yang penuh. Proyek Tech Hub terus berkembang, namun bukan tanpa tantangan. Sejak Dina mengambil lebih banyak alih kendali, setiap keputusan yang diambil terasa semakin berat. Arka tahu, di balik layar, Dina sedang menjalankan rencananya sendiri, dan ia harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam permainan yang lebih besar. Tapi itu tidak mudah. Proyek ini, yang semula berjalan lancar, kini menuntut seluruh perhatian dan energi Arka.Hari itu, ia duduk di meja kerjanya, memeriksa tumpukan laporan dan email yang masuk. Setiap menit terasa berharga, setiap keputusan harus dipikirkan matang-matang. Arka merasakan tekanan yang luar biasa. Keputusan yang salah bisa berarti kegagalan besar, dan dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.Tapi meskipun ia berusaha sekeras mungkin, pikirannya tak bisa lepas dari apa yang sedang terjadi di rumah. Alea, istrinya, telah merencanakan untuk pergi ke rumah sakit untuk kontrol rutin. Selama beberapa minggu

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 94: Keputusan yang Menanti

    Sore itu, Arka merasa seolah dunia di sekelilingnya berputar lebih cepat dari biasanya. Dengan tumpukan tugas yang terus menumpuk di mejanya, proyek Tech Hub yang hampir tak ada ujungnya, dan tekanan dari setiap arah yang datang, terutama dari Dina yang semakin menguasai kendali di dalam proyek Arka merasa hampir tenggelam. Setiap detik di kantor terasa semakin panjang, dan setiap keputusan yang ia buat seperti bertaruh pada masa depan yang belum pasti. Pekerjaan ini, yang dulunya penuh dengan semangat dan visi, kini terasa seperti beban yang tak bisa ia lepaskan. Sejak ia mengambil keputusan untuk tetap berada di perusahaan ini, setiap langkah terasa semakin rumit. Ada begitu banyak hal yang harus ia tangani, dari eksekusi proyek hingga menjaga hubungan dengan tim, klien, bahkan dirinya sendiri. Semua itu menggerogoti energi dan waktu yang ada, dan semakin lama, semakin membuatnya merasa terpecah. Di satu sisi, Arka merasa memiliki kewajiban untuk membawa perusahaan keluarga ke l

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 95: Keputusan yang Terucap

    Setelah pertemuan yang melelahkan dengan Risa, Arka merasa kepalanya penuh dengan pikiran yang berputar-putar. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan keluarga yang akhirnya ia ambil terasa berat, namun juga sebuah langkah besar yang harus dilakukan. Dalam keheningan malam yang mencekam, ia tahu ia harus segera pulang, meskipun banyak pekerjaan yang masih menunggu di kantornya. Sesampainya di rumah, suasana yang sederhana namun hangat menyambutnya. Raka, sedang asyik bermain dengan mainan kereta api di ruang tamu. Alea, duduk di dekat jendela besar dengan kanvas di depannya, tengah fokus pada lukisannya. Alea, dengan tangan yang sedikit berlumuran cat, memandangi lukisannya dengan penuh perhatian. Di lantai, Raka tersenyum riang setiap kali keretanya melaju cepat di atas rel kecil. Melihat pemandangan itu, Arka merasa hatinya sedikit lebih tenang, meskipun pekerjaan yang belum selesai masih menghantui pikirannya. Raka yang melihatnya langsung berlari kecil menghampiri, memangg

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 96: Pesan yang Mengguncang

    Pagi itu, Alea merasa sedikit lebih ringan. Setelah beberapa hari penuh dengan rutinitas yang melelahkan, ia akhirnya bisa menyempatkan diri untuk mengikuti seminar terapi seni yang sudah ia rencanakan. Seminar itu sudah lama ia nantikan, sebuah kesempatan untuk kembali menghubungkan dirinya dengan dunia seni yang sangat ia cintai. Meskipun perasaan cemas tetap ada, ia merasa ini adalah langkah kecil yang tepat untuk dirinya sendiri. Setelah sarapan bersama Arka dan Raka, Alea bersiap untuk pergi. Ia mengenakan pakaian yang nyaman, siap menyerap ilmu baru dan meresapi ketenangan yang datang bersama seni. Sambil berjalan keluar rumah, ia mengecek ponselnya sejenak untuk memastikan tidak ada pesan penting yang tertinggal. Di jalan menuju seminar, ia merasa lapar dan memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kafe yang terletak di sepanjang jalan. Kafe itu kecil dan nyaman, dengan suasana yang tenang, sempurna untuk menikmati waktu sambil menenangkan pikiran. Begitu masuk, Alea lang

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 97: Keputusan yang Membawa Petaka

    Alea berjalan pelan menuju gedung tempat seminar berlangsung, meskipun pikirannya masih terjerat oleh pesan misterius yang diterimanya. Setiap langkah terasa begitu berat, seperti ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Seminar yang seharusnya menjadi tempat untuk mengisi jiwa dan pikiran, kini terasa seperti hal yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan apa yang sedang mengganggu hatinya. Di dalam ruangan seminar, Alea mencoba untuk fokus. Ia duduk di kursi paling belakang, berusaha untuk menyerap materi yang disampaikan oleh pembicara. Namun, matanya hanya terarah pada papan tulis, sementara pikirannya berlarian jauh, melayang ke pesan yang baru saja ia terima. "Kamu telah mengkhianati suamimu," kalimat itu terus berputar di kepalanya, dan bayangan wajah Randy yang tersenyum kepadanya di kafe tadi semakin jelas. “Siapa yang mengirimkan pesan itu?” tanya Alea dalam hati. Kenapa mereka tahu? Apa yang mereka inginkan dariku? Pikirannya terus berputar-putar. Ia mencoba berkon

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 98: Kecelakaan yang Menghancurkan

    Suara sirene ambulans menggema di sepanjang jalan yang sepi, mengiringi perjalanan Alea yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur darurat. Randy duduk di sampingnya, menggenggam tangan Alea yang terasa dingin, mencoba memberikan kenyamanan dalam ketidakpastian yang mengerikan ini. Setiap detik terasa panjang, seperti beban berat yang terus menekan jantungnya. Rasa cemas dan takut menghantui pikirannya. "Alea ... ayo, bertahanlah," bisiknya pelan, meskipun ia tahu bahwa Alea tidak dapat mendengarnya. Wajah Alea tampak pucat, dan napasnya sesekali terengah-engah. Randy merasa seperti dunia runtuh di sekelilingnya, dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain tetap berada di sisinya, menunggu pertolongan datang. Kecelakaan itu begitu mendalam menggores hati Randy. Semua itu terjadi begitu cepat. Bahkan sebelum ia sempat berbicara lebih banyak dengan Alea, kejadian itu datang begitu mendadak dan menghantam mereka berdua. Randy menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang ing

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 100: Ketegangan yang Memuncak

    Waktu berjalan begitu lambat dan terasa menyesakkan. Di ruang tunggu rumah sakit yang sunyi, hanya ada suara desah napas yang berat antara Arka dan Randy. Keduanya duduk di kursi yang terpisah, saling menjaga jarak meskipun di dalam hati mereka, perasaan cemas tak terpisahkan. Arka menggenggam ponselnya dengan erat. Tangan yang biasanya begitu kuat, kini terasa gemetar. Ia ingin memberi pesan pada Alea, memberi tahu dia bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi kata-kata itu terhenti di tenggorokannya. Apa yang bisa ia katakan? Semua terasa begitu tidak pasti. Di sebelahnya, Randy tampak tak kalah gelisah. Matanya kosong, pandangannya kosong ke depan, namun pikirannya berputar cepat, berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi, mengapa semuanya bisa berputar seperti ini. Kenapa Alea bisa terlibat dalam kecelakaan ini? Apa sebenarnya yang ingin Alea bicarakan? Arka melirik Randy sesekali, merasa tidak nyaman dengan kehadirannya di sana. Memang, Randy bukan siapa-siapa sekarang

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 99: Keputusan yang Mematahkan

    Waktu seolah berjalan sangat lambat di ruang tunggu rumah sakit itu. Arka duduk dengan gelisah, tangannya menggenggam erat ponsel di saku jaketnya. Di sebelahnya, Randy juga tak bisa duduk tenang. Keduanya hanya bisa saling menatap sesekali, namun tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Pikiran mereka terjebak dalam kegelisahan yang tak terkatakan. Alea, perempuan yang begitu berarti bagi Arka, kini terbaring tak berdaya di ruang operasi. Bagaimana bisa ini terjadi? Mengapa? Apa yang salah dengan hidup mereka? Arka berpikir dalam kebingungannya. Ia tahu, semestinya ia harus merasa khawatir tentang Alea, tetapi perasaan yang lebih besar justru menggelayuti dirinya. Kenapa mereka bisa berada di tempat yang sama pada waktu yang sama? Arka merasa ada yang ganjil. Bagaimana mungkin Randy, yang tak pernah ia tahu lebih banyak tentang masa lalu Alea, berada di sana, mendampinginya dalam situasi ini? Sesekali Arka melirik Randy. Pria itu tampak sangat cemas, tidak berbeda

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 98: Kecelakaan yang Menghancurkan

    Suara sirene ambulans menggema di sepanjang jalan yang sepi, mengiringi perjalanan Alea yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur darurat. Randy duduk di sampingnya, menggenggam tangan Alea yang terasa dingin, mencoba memberikan kenyamanan dalam ketidakpastian yang mengerikan ini. Setiap detik terasa panjang, seperti beban berat yang terus menekan jantungnya. Rasa cemas dan takut menghantui pikirannya. "Alea ... ayo, bertahanlah," bisiknya pelan, meskipun ia tahu bahwa Alea tidak dapat mendengarnya. Wajah Alea tampak pucat, dan napasnya sesekali terengah-engah. Randy merasa seperti dunia runtuh di sekelilingnya, dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain tetap berada di sisinya, menunggu pertolongan datang. Kecelakaan itu begitu mendalam menggores hati Randy. Semua itu terjadi begitu cepat. Bahkan sebelum ia sempat berbicara lebih banyak dengan Alea, kejadian itu datang begitu mendadak dan menghantam mereka berdua. Randy menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang ing

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 97: Keputusan yang Membawa Petaka

    Alea berjalan pelan menuju gedung tempat seminar berlangsung, meskipun pikirannya masih terjerat oleh pesan misterius yang diterimanya. Setiap langkah terasa begitu berat, seperti ada beban tak terlihat yang menekan dadanya. Seminar yang seharusnya menjadi tempat untuk mengisi jiwa dan pikiran, kini terasa seperti hal yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan apa yang sedang mengganggu hatinya. Di dalam ruangan seminar, Alea mencoba untuk fokus. Ia duduk di kursi paling belakang, berusaha untuk menyerap materi yang disampaikan oleh pembicara. Namun, matanya hanya terarah pada papan tulis, sementara pikirannya berlarian jauh, melayang ke pesan yang baru saja ia terima. "Kamu telah mengkhianati suamimu," kalimat itu terus berputar di kepalanya, dan bayangan wajah Randy yang tersenyum kepadanya di kafe tadi semakin jelas. “Siapa yang mengirimkan pesan itu?” tanya Alea dalam hati. Kenapa mereka tahu? Apa yang mereka inginkan dariku? Pikirannya terus berputar-putar. Ia mencoba berkon

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 96: Pesan yang Mengguncang

    Pagi itu, Alea merasa sedikit lebih ringan. Setelah beberapa hari penuh dengan rutinitas yang melelahkan, ia akhirnya bisa menyempatkan diri untuk mengikuti seminar terapi seni yang sudah ia rencanakan. Seminar itu sudah lama ia nantikan, sebuah kesempatan untuk kembali menghubungkan dirinya dengan dunia seni yang sangat ia cintai. Meskipun perasaan cemas tetap ada, ia merasa ini adalah langkah kecil yang tepat untuk dirinya sendiri. Setelah sarapan bersama Arka dan Raka, Alea bersiap untuk pergi. Ia mengenakan pakaian yang nyaman, siap menyerap ilmu baru dan meresapi ketenangan yang datang bersama seni. Sambil berjalan keluar rumah, ia mengecek ponselnya sejenak untuk memastikan tidak ada pesan penting yang tertinggal. Di jalan menuju seminar, ia merasa lapar dan memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kafe yang terletak di sepanjang jalan. Kafe itu kecil dan nyaman, dengan suasana yang tenang, sempurna untuk menikmati waktu sambil menenangkan pikiran. Begitu masuk, Alea lang

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 95: Keputusan yang Terucap

    Setelah pertemuan yang melelahkan dengan Risa, Arka merasa kepalanya penuh dengan pikiran yang berputar-putar. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan keluarga yang akhirnya ia ambil terasa berat, namun juga sebuah langkah besar yang harus dilakukan. Dalam keheningan malam yang mencekam, ia tahu ia harus segera pulang, meskipun banyak pekerjaan yang masih menunggu di kantornya. Sesampainya di rumah, suasana yang sederhana namun hangat menyambutnya. Raka, sedang asyik bermain dengan mainan kereta api di ruang tamu. Alea, duduk di dekat jendela besar dengan kanvas di depannya, tengah fokus pada lukisannya. Alea, dengan tangan yang sedikit berlumuran cat, memandangi lukisannya dengan penuh perhatian. Di lantai, Raka tersenyum riang setiap kali keretanya melaju cepat di atas rel kecil. Melihat pemandangan itu, Arka merasa hatinya sedikit lebih tenang, meskipun pekerjaan yang belum selesai masih menghantui pikirannya. Raka yang melihatnya langsung berlari kecil menghampiri, memangg

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 94: Keputusan yang Menanti

    Sore itu, Arka merasa seolah dunia di sekelilingnya berputar lebih cepat dari biasanya. Dengan tumpukan tugas yang terus menumpuk di mejanya, proyek Tech Hub yang hampir tak ada ujungnya, dan tekanan dari setiap arah yang datang, terutama dari Dina yang semakin menguasai kendali di dalam proyek Arka merasa hampir tenggelam. Setiap detik di kantor terasa semakin panjang, dan setiap keputusan yang ia buat seperti bertaruh pada masa depan yang belum pasti. Pekerjaan ini, yang dulunya penuh dengan semangat dan visi, kini terasa seperti beban yang tak bisa ia lepaskan. Sejak ia mengambil keputusan untuk tetap berada di perusahaan ini, setiap langkah terasa semakin rumit. Ada begitu banyak hal yang harus ia tangani, dari eksekusi proyek hingga menjaga hubungan dengan tim, klien, bahkan dirinya sendiri. Semua itu menggerogoti energi dan waktu yang ada, dan semakin lama, semakin membuatnya merasa terpecah. Di satu sisi, Arka merasa memiliki kewajiban untuk membawa perusahaan keluarga ke l

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 93: Ketegangan yang Semakin Menjadi

    Pagi itu, Arka kembali ke kantor dengan pikiran yang penuh. Proyek Tech Hub terus berkembang, namun bukan tanpa tantangan. Sejak Dina mengambil lebih banyak alih kendali, setiap keputusan yang diambil terasa semakin berat. Arka tahu, di balik layar, Dina sedang menjalankan rencananya sendiri, dan ia harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam permainan yang lebih besar. Tapi itu tidak mudah. Proyek ini, yang semula berjalan lancar, kini menuntut seluruh perhatian dan energi Arka.Hari itu, ia duduk di meja kerjanya, memeriksa tumpukan laporan dan email yang masuk. Setiap menit terasa berharga, setiap keputusan harus dipikirkan matang-matang. Arka merasakan tekanan yang luar biasa. Keputusan yang salah bisa berarti kegagalan besar, dan dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.Tapi meskipun ia berusaha sekeras mungkin, pikirannya tak bisa lepas dari apa yang sedang terjadi di rumah. Alea, istrinya, telah merencanakan untuk pergi ke rumah sakit untuk kontrol rutin. Selama beberapa minggu

  • Terpenjara Dalam Kesetiaan   Bab 92: Dibalik kebimbangan

    Arka duduk di ruang kerjanya, menatap tumpukan dokumen yang menunggu untuk diproses. Meski fisiknya ada di kantor, pikirannya tidak tenang. Dia tahu, apa yang terjadi di balik layar proyek ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat.Dina tidak hanya bermain dengan pekerjaan, tapi juga dengan ambisinya sendiri dan Arka mulai merasakannya. Keputusan-keputusan yang dibuatnya sejak ia kembali ke kantor terasa semakin berat, seperti beban yang semakin menumpuk di pundaknya.Selama beberapa hari terakhir, meskipun tampaknya segalanya berjalan normal, Arka tahu ada yang salah. Dina semakin sering berinisiatif, mengambil peran lebih besar dalam pengambilan keputusan, meskipun proyek ini seharusnya ia yang memimpin. Ketika Arka bertanya, selalu ada alasan yang rasional, jawaban yang terdengar logis, namun selalu ada celah di dalamnya.Hari itu, saat rapat berlangsung, Dina mengajukan sebuah revisi desain besar yang langsung mengubah alur proyek. Padahal, revisi tersebut sangat mendalam dan bi

DMCA.com Protection Status