"Yan keluarga sudah sepakat, pernikahan kamu dan Ayrin di lakukan bulan depan" ucap Pamela saat ia dan Briyan sedang duduk santai di ruang keluarga.
"Apa tidak terlalu cepat ma ?" Tanya Briyan dengan wajah yang malas.
"Lebih cepat akan lebih baik sayang"
"Baiklah, kalau itu sudah keputusan mama. Tetapi sebelum pernikahan, aku akan tinggal di apartemen" ucap Briyan sambil bangkit dari sofa dan meninggalkan Pamela di ruang tamu.
...............Satu bulan telah berlalu. Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu, di mana Briyan dan Ayrin akan melangsungkan pernikahan di kantor agama atau KUA. Namun pernikahan mereka tidak seperti pernikahan pada umumnya. Ayrin meminta pernikahannya hanya di laksanakan secara kekeluargaan dan tidak mengadakan resepsi. Ia masih sangat berduka atas kepergian ibunya 2 bulan yang lagi, apa lagi ini masih suasana covid 19. Jadi harus benar-benar menghindari kerumunan.Zeira yang mengenakan gaun berwarna putih dengan polesan tipis di wajahnya, sangat menarik perhatian para kerabat yang ada di sana. Namun berbalik dengan Briyan, pria itu sama sekali tidak tertarik, bahkan melirik Ayrin dia tidak mau, ia hanya fokus menerima dan membalas pesan dari Sarah.
Pamela yang sedari tadi sudah kesal melihat ulah putra sulungnya itu. Lantas mengambil paksa ponsel Briyan "kamu menurut, atau mama pergi" ancam Pamela.
Briyan hanya menghela nafas dengan kasar, dia benar-benar tidak tega untuk menantang ibunya.
*Saya terima nikah dan kawinnya Ayrin Cantika Baskara dengan seperangkat alat sholat dan mas 76 gram di bayar tunai* ucap Briyan
"Sah" sahut semua kerabat dengan riang.
Zeira gemetar saat mencium punggung tangan Briyan, ia tahu kalau Briyan tidak menyukai dirinya.
Setelah akad selesai, mereka kembali ke kediaman Barata. Briyan buru-buru masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Ayrin bersama Pamela serta kerabat lainnya.
Ayrin, Pamela dan semua para kerabat kaget saat melihat Briyan turun dari lantai 2 dengan membawa 1 koper berukuran besar di tangannya.
Pamela bangkit dari tempatnya dan melangkah mendekati Briyan. "Kamu mau ke mana sayang?" Tanya Pamela dengan lembut. Ia berusaha menenangkan hatinya yang sudah kesal sedari tadi.
"Ma aku harus berangkat sekarang ke Prancis, besok pagi aku ada meeting dengan perusahaan Wheel Of Life"
Pamela hanya diam sebab perusahaan Wheel Of Life adalah salah satu perusahan yang sangat berperan di dalam usaha berlian mereka. "Baiklah, setelah itu segeralah kembali" ucap Pamela dengan berat hati.
Briyan mencium punggung tangan ibunya dan menjabat tangan para kerabat yang ada di mansion megah itu dan mengecup kening Ayrin sebelum ia berangkat ke bandara.
...........Sudah satu Minggu berlalu namun tidak ada kabar dari Briyan. Ayrin hanya diam dan tidak berani bertanya kepada ibu mertuanya."Sayang kenapa sarapannya tidak di makan?" Tanya Pamela yang dari tadi memperhatikan Ayrin hanya mengaduk-aduk bubur ayam yang ada di hadapannya.
"Ha... Tida apa-apa mah" aku hanya kepikiran sama mas Briyan.
Pamela meletakkan sendoknya "sayang maafkan mama. Briyan sudah memberi tahu mama 2 hari yang lalu, kalau dia terikat kontrak selama 2 tahun ini di Prancis"
"Ow...tidak perlu meminta maaf mama" jawab Ayrin dengan senyum. "Mah apa aku bisa kuliah sambil menunggu mas Briyan kembali ? aku sangat bosan di rumah terus"
Pamela tersenyum dan bahagia melihat Ayrin yang tidak merasa sedih "tentu saja bisa sayang, besok kita akan ke kampus Deny untuk mendaftar kamu kuliah".
*********Dua tahun telah berlalu. Ayrin menghabiskan hari-harinya dengan kuliah di salah satu universitas ternama di ibukota, ia mengambil jurusan Desainer. Sebab dari kecil ia sangat senang membantu ibunya menjahit pakaian warga desa.Sedangkan Briyan selama 2 tahun ini, hidup bahagia bersama Sarah sang istri sirihnya yang ia nikahi 1 hari sebelum ia menikah dengan Ayrin.
"Sayang hari ini kamu tidak usah masuk kuliah yah" ucap Pamela saat mereka selesai sarapan pagi.
"Kenapa kakak ipar tidak masuk kuliah ma?" Tanya Deny anak bungsu Pamela yang satu kampung dengan Ayrin.
"Kakak kamu Briyan akan kembali dari Prancis hari ini, jadi mama dan Ayrin akan menjemputnya ke bandara"
Ayrin mengarahkan matanya ke arah Pamela "mas Briyan pulang hari ini mah ?" Tanya Ayrin untuk memperjelas.
"Iya sayang, apa Briyan tidak memberitahu kamu?" Pamela kembali bertanya karena melihat reaksi kaget Ayrin
"Tidak mama" jawab Ayrin dengan senyum.
"Oh... Mungkin Briyan mau kasi kamu surprise sayang" Pamela berpikir hal yang demikian. Tetapi ia tidak tahu, selama dua tahun ini Briyan dan Ayrin tidak pernah komunikasi, bahkan nomor ponsel Briyan saja Ayrin tidak tahu.
"Mungkin saja mama" Ayrin selalu ceriah tidak pernah menunjukkan rasa kecewanya kepada Pamela.
Setelah mereka tiba di bandara, Briyan sedang duduk sendiri di sebuah kafe sambil minum white Coffee. Sementara Sarah sudah terlebih dulu pergi di jemput supir pribadinya.
"Hay mama" sapa Briyan sambil memeluk Pamela. Sementara Ayrin hanya diam di samping Pamela.
"Yang pertama kamu peluk itu istri kamu bukan mama" ucap Pamela sambil melepas pelukannya dengan Briyan.
"Hay... Apa kabar" sapa Briyan
"Baik mas" Ayrin mengulurkan tangannya dan di sambut tangan Briyan
Briyan memperhatikan Ayrin dari ujung rambut sampai ujung kaki. Penampilan wanita itu masih sama seperti 2 tahun yang lalu. Ia menggelengkan kepalanya "ini wanita benar-benar kampungan" bisik dalam hati Briyan.
"Kamu kenapa masih disini ?" Tanya Pamela saat melihat Briyan masih asik bermain ponsel di ruang keluarga.
"Eh...mama" sahut Briyan.
"Tidur kesana, Ayrin pasti uda nungguin kamu dari tadi"
Rian dengan malas melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya dan Ayrin yang berada di lantai 2. Saat membuka pintu ia melihat Ayrin yang sudah tertidur pulas di atas ranjang.
Karena posisi Ayrin di tengah tempat tidur, akhirnya Briyan lebih memilih tidur di atas sofa. Ia sangat malas harus tidur di dekat Ayrin.
"Mas...mas..." Ayrin menepuk lengan Briyan dengan lembut.
"Hm...ada apa" jawab Briyan dengan mata yang tertutup.
"Mas aku berangkat kuliah dulu yah"
"Hm" jawab singkat Reyhan yang membuat hati Ayrin terasa sakit karena selalu di acuhkan Briyan.
*****Ayrin kaget saat seorang temannya meminta ia ke ruang dosen. Ia menutup map birunya dan melangkah menuju ruang dosen."Mama" ucap Ayrin saat melihat Pamela yang duduk di atas bangku."Iya sayang, mama datang kemari untuk berpamitan sama kamu, hari ini mama akan berangkat ke Prancis untuk menggantikan Briyan. Kamu yang baik ya sayang, mama titip Briyan dan Deny" Pamela memeluk Ayrin dengan erat. Ia sangat sedih meninggalkan wanita itu, apalagi ia tahu kalau Briyan belum mencintainya.Ayrin melambangkan tangan ke arah mobil Pamela yang hampir hilang dari pagar kampusnya.Tepat pukul 5 sore Ayrin pulang ke kediaman Barata di antar oleh Deny sang adik ipar. Setiap hari mereka selalu pergi dan pulang bersama"Itukan mobil kak Sarah" ucap Deny saat mereka tiba di kediaman Barata"Siapa Sarah?" Tanya Ayrin dengan santai."Itu loh kak, mantan kak Briyan. Kakak gak tau yah?"Ayrin hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Singgah du
"kak Ayrin" panggil Deny saat ia tiba di pintu utama kediaman Barata. Pagi ini ia sengaja lebih cepat datang menjemput Ayrin agar ia bisa menikmati sarapan buatan kakak iparnya itu."Aku disini" sahut Ayrin dari meja makan."Wah pas banget ini" ucap Deny saat tiba di meja makan dan melihat 2 porsi burger."Ini enak banget, kakak pesan dari mana ?" ucap Deny setelah ia menghabiskan 1 burger yang ada di atas meja."Gak pesan. Aku buat sendiri" jawab Ayrin."Kakak memang pintar masak, aku menyukai setiap masakan kakak" sambil Deny mengacungkan 2 jempolnya ke arah Ayrin."Biasa aja gak usah berlebihan" jawab Briyan sambil bangkit dari bangkunya dan pergi meninggalkan Ayrin dan Deny."Dia memang seperti itu, makanya gak laku-laku. Kalau mama gak jodohkan dia sama kakak, mungkin sampai sekarang dia belum nikah" cibir Deny dengan kesal."Sttt... Gak boleh gitu, mas Briyan kan kakak kamu" jawab Ayrin."Kita berangkat yuk?"
Setelah 5 jam Ayrin di salon kecantikan. Saat ini ia sedang di dalam mobil menuju toko baju langganan Pamela yang waktu 2 tahun lalu Briyan sempat membawanya kesana. Dia benar-benar sudah membulatkan niatnya untuk merubah penampilan dan sikapnya. Selamat ini ia wanita yang polos dan baik. Mungkin besok dia akan menjadi wanita yang seksi dan tegas.Ia memborong seluruh pakaiannya yang ia sukai. Dari gaun, sepatu, tas branded, dan perhiasan mahal. Sampai tiga pelayan toko membantunya menyusun barang belanjaan Ayrin ke dalam mobil miliknya.Sebelum pergi ia tidak lupa memberi uang tip kepada karyawan toko yang membantunya.Security dan pelayan bingung dan tidak mengenal Ayrin setalah ia tiba di kediaman Barata. "Ini benar Nyonya Ayrin?" tanya pelayan Riana. Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Ayrin yang dulu wanita yang selalu memakai celana jeans, kaus, rambut panjang hitam di ikat biasa saja, dan selalu memakai sepatu Sneakers setiap kali pergi k
Tok...tok...tok... Suara ketukan di balik pintu Ayrin."Kamu harus melayani aku malam ini" ucap Briyan setelah Ayrin membuka pintu.Ayrin berusaha menutup pintu namun tangan Briyan menahannya. "Kamu ingin menutupnya?" Tanya Briyan dengan suara yang tidak jelas"Kembali lah ke kamarmu" jawab Ayrin.Briyan memaksa masuk ke dalam kamar dan mendorong tubuh Ayrin hingga terjatuh di atas ranjang.Ayrin berusaha melepaskan diri dari kungkungan Briyan. Namun tenaganya tidak sebanding dengan Briyan. "Lepaskan aku" jerit Ayrin.Briyan mengunci tubuh Ayrin lalu membuka dasi dari lehernya dan mengikat kedua tangan Ayrin . Ia membuka paksa piyama merah yang melekat di tubuh Ayrin. Saat ini wanita cantik yang memiliki lesung Pipit itu sudah setengah telanjang, hanya tinggal bra berwarna hitam yang menutupi kedua gundukannya.Reyhan menghujani wajah, leher, hingga dada Ayrin dengan ciuman penuh gairah dan tidak lupa meninggalkan beberapa tanda kepem
Ayrin kembali ke kediaman Barata waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sebab Rehan mengajak ia dan teman-temannya makan malam sebagai tanda minta maaf."Apa kamu habis berkencan dengan adikku" tanya Briyan saat Ayrin menaiki anak tangga."Itu bukan urusan kamu" jawab Ayrin tanpa melihat Briyan."Apa ? Bukan urusanku?" Briyan menyeringai licik."Maaf akau tidak ada waktu untuk berdebat dengan kamu" Ayrin melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.Sudah 30 menit Briyan menunggu di meja makan, namun Ayrin belum keluar dari kamarnya. Briyan meminta pelayan untuk memanggil Ayrin.Tok.....tok....tok..." Nyonya, tuan menunggu anda di meja makan untuk makan malam" suara pelayan dari balik pintu"Bibi katakan kepada tuan kalau aku sudah makan bersama teman-teman setelah pulang kampus" jawab Ayrin setelah membuka pintu kamarnya."Baik nyonya"Briyan menggebrak meja setelah pelayan menyampaikan apa yang dikatak
Saat kampus selesai, Ayrin langsung bergegas kembali ke kediaman Barata. Ia sangat malu karena semua para kampus sedang membicarakan tentang rumah tangganya.Dengan jantung yang berdetak tidak beraturan, wajah yang merah karena marah. Ia langsung mendobrak pintu kamar Briyan.Briyan saat itu baru keluar dari kamar mandi dan sedang mengenakan handuk kimono, merasa kaget karena Ayrin menerobos masuk. "Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?" Ucap Briyan dengan tatapan tajam."Apa maksud kamu, dengan memberitahukan ke semua orang kalau kamu dan wanita jalang itu tinggal di rumah ini?" Tanya Ayrin dengan lantang."Ha....aku tidak mengerti maksud kamu?" Briyan benar-benar tidak mengerti apa yang di maksud Ayrin. Dia sama sekali tidak pernah mengatakan kepada orang-orang kalau ia tinggal satu rumah dengan Sarah."Tidak usah berpura-pura bodoh. Seluruh kampus membicarakan tentang kamu dan wanita jalang itu""Kamu cemburu?" Cibir Briyan.
Ini saat yang di tunggu-tunggu, di mana Ayrin dan Deny hari ini wisuda. Deny sebagai Desain Interior sedangkan Ayrin Desain Fashion. Namun mereka tidak sebahagia mahasiswa lainnya.Para teman-teman mereka di dampingi orang tuanya. Sedang mereka hanya di dampingi Rehan sahabat lama Briyan."Jangan sedih, kan ada aku" Rehan menepuk pundak Deny untuk memberi semangat."Terima kasih kaka" jawab Deny dengan mata yang berkaca-kaca."Abang kenapa ada di sini ?" Tanya Ayrin yang baru datang dari toilet.Mata Rehan membulat melihat Ayrin, ia tidak menyangka kalau wanita pujaan hatinya hari ini juga wisuda bersama Deny."Kelian sudah saling kenal?" Tanya Deny.""Hm" jawab Ayrin sambil menganggukkan kepalanya."Ow..." Ucap Deny sambil merapikan Sleber atau kerah wisuda Ayrin."Terima kasih" ucap Ayrin dengan senyum."Kamu dan dia..." Tanya Rehan kepada Deny"Iya kak aku dan dia memang dekat, bahkan kami selalu p
Satu hari ini Ayrin sibuk untuk mempersiapkan berkas-berkasnya untuk melamar pekerjaan di perusahaan ONLY SON. Ia sangat berharap bisa di terima di perusahaan itu, sebab perusahaan Only Son salah satu perusahan yang terkenal di bidang desain."Hay nona cantik" sapa Rehan saat Ayrin duduk di sebuah kafe untuk menunggu sahabatnya Susan."Abang kenapa ada disini?" Tanya Ayrin sambil tersenyum mengeluarkan kedua lesung pipinya yang membuat Rehan semakin tergila-gila."Kebetulan siang ini aku ada pertemuan dengan klien di tempat ini. Kamu ngapain duduk sendiri disini?" Rehan balik bertanya."Oh itu...aku lagi nunggu teman" jawab Ayrin."Perlu aku temani gak?" Tawar Rehan."Gak usah Abang, paling sebentar lagi teman saya datang. Sebaiknya Abang menemui klien nya saja, mana tahu orangnya uda nunggu Abang" tolak Zeira dengan ramah."Baiklah, aku tinggal dulu yah?" Rehan melangkah masuk ke ruangan khusus yang ada di kafe itu.Tidak lama
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, di mana Briyan dan Ayrin saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe tempat mereka untuk bertemu dengan klien."Mas, mas, berhenti sebentar" ucap Ayrin.Briyan menghentikan mobilnya di sisi jalan. "Ada apa sayang ?""Aku mau itu dong mas" Ayrin menunjuk ke arah seberang jalan. Dan diikuti kepala Briyan, pria tampan itu tersenyum setelah melihat apa yang ditunjuk oleh Ayrin."Itu enggak bagus untuk wanita hamil sayang, soalnya itu makanan mengandung pewarna" ucap Briyan dengan lembut.Ayrin tersenyum, "tapi aku pengen itu mas" "Tapi janji makannya gak banyak-banyak" tegas Briyan. Ia ragu untuk memberikan Ayrin makanan sembarangan, sebab dokter mengatakan kalau kandungan wanita cantik itu sangat lemah, bahkan dokter menyarankan untuk istirahat total hingga usia kandungannya 5 bulan.Ayrin mengangkat dua jari tangan berbentuk V. "Janji" ucapnya dengan riang."Oke, kamu tunggu di sini ya ?" Briyan membuka pintu lalu menyebrang jalan untuk m
Kicauan burung di pagi hari membangunkan Briyan dari tidurnya. Pria tampan itu membuka mata dengan malas sambil tersenyum melihat wanita cantik yang tertidur pulas di sampingnya, dengan posisi menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.Briyan mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut. "Aku bahagia bisa memilikimu Ayrin. Bahkan aku pria yang paling beruntung di dunia" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar."I love you sayang" ucap Briyan sambil mengecup kening Ayrin. Sentuhan lembut dari Briyan membuat Ayrin membuka mata. "Mas sudah bangun ?" Ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut.Bukanya menjawab, Briyan malah balik bertanya. "Kenapa wajahnya disembunyikan sayang ?""Malu mas" jawab jujur Ayrin. Rasanya enggan pede menunjukkan wajah bantalnya kepada Briyan. Briyan menarik paksa selimut yang menutupi wajah Ayrin. "Kamu itu cantik banget tahu" puji Briyan."Tapi aku enggak pede mas""Kok gak pede, aku ini suami kamu loh sayang !" Bujuk Briyan. Ia be
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin