Ayrin kaget saat seorang temannya meminta ia ke ruang dosen. Ia menutup map birunya dan melangkah menuju ruang dosen.
"Mama" ucap Ayrin saat melihat Pamela yang duduk di atas bangku.
"Iya sayang, mama datang kemari untuk berpamitan sama kamu, hari ini mama akan berangkat ke Prancis untuk menggantikan Briyan. Kamu yang baik ya sayang, mama titip Briyan dan Deny" Pamela memeluk Ayrin dengan erat. Ia sangat sedih meninggalkan wanita itu, apalagi ia tahu kalau Briyan belum mencintainya.
Ayrin melambangkan tangan ke arah mobil Pamela yang hampir hilang dari pagar kampusnya.
Tepat pukul 5 sore Ayrin pulang ke kediaman Barata di antar oleh Deny sang adik ipar. Setiap hari mereka selalu pergi dan pulang bersama
"Itukan mobil kak Sarah" ucap Deny saat mereka tiba di kediaman Barata
"Siapa Sarah?" Tanya Ayrin dengan santai.
"Itu loh kak, mantan kak Briyan. Kakak gak tau yah?"
Ayrin hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Singgah dulu Yo?" Ajak Ayrin saat ia keluar dari mobil Deny.
"Gak ah, malas ada kak Sarah. Aku lanjut ya kak" Deny menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan kediaman Barata.
Ayrin dengan santai menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan Briyan. Namun langkahnya terhenti saat ia mendengar suara desahan dari dalam kamarnya. Ia hanya diam dan mematung di depan pintu kamar yang tertutup itu.
"Ah...lebih laju lagi sayang" suara erangan seorang wanita.
"Ow....ah....ow.." suara desahan kenikmatan itu semakin jelas di telinga Ayrin. Ia menghela nafas untuk menenangkan hati lalu ia memutar tubuhnya dan menuruni anak tangga menuju ruang keluarga.
Setelah 2 jam ia di ruang keluarga, akhirnya Briyan dan Sarah keluar dari kamar. Sarah memeluk lengan Briyan dengan manja saat mereka menuruni anak tangga. Ayrin fokus memperhatikan rambut Briyan dan Sarah yang masih basah.
"Sayang aku pulang dulu yah, malam ini aku ada pertemuan" Sarah mengecup pipi Briyan di depan Ayrin. Wanita itu sama sekali tidak menghargai Ayrin sebagai istri sah Briyan.
Ayrin menghela nafas. Lalu ia bangkit dari sofa dan melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Par... Pintu kamar tiba-tiba terbuka saat Ayrin baru keluar dari kamar mandi.
"Mulai malam ini, kamu tidur di kamar lain saja" ucap Briyan tanpa melihat Ayrin.
"Kenapa mas?" Tanya Ayrin dengan lembut.
"Aku malas satu kamar sama kamu, lagi pula Sarah akan sering-sering menginap di rumah ini" jawab Briyan dengan tatapan yang tajam.
Ayrin tidak menjawab Briyan. Ia mengemasi seluruh barang-barangnya yang ada di kamar Briyan dan memindahkannya ke kamar yang sebelumnya ia tempati. Sebenarnya ia sakit hati, tetapi ia tidak berani membantah Briyan. Ia sadar posisinya di rumah itu.
Kring....kring... Suara nyaring membangunkan Ayrin di pagi hari. Ia dengan sigap meraih ponselnya yang terletak di atas meja kecil yang ada di samping tempat tidur.
"Iya ma" ucap Ayrin setelah menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya.
"Gimana kabar kamu sayang?" Tanya Pamela
"Baik ma. Mama gimana?" Baik sayang.
Pamela dan Ayrin bercerita begitu lama melalui ponsel, sesekali Ayrin tertawa lepas karena cerita Pamela yang lucu. Sementara itu, Briyan sudah lama berdiri di pintu kamar Ayrin.
"Ma aku tutup teleponnya dulu ya, mas Briyan sepertinya mau mengatakan sesuatu" ucap Zeira dan langsung mengakhiri sambungan teleponnya dengan Pamela.
"Ada apa mas?" Tanya Ayrin sambil mendekati Briyan yang berdiri di pintu.
"Kamu jangan ngomong yang macam-macam sama mama" tuduh Briyan.
"Aku gak ada ngomongin mas, aku cuma cerita tentang kampus dan Deny kepada mama" jawab Ayrin dengan jujur
"Bagus kalau begitu" Briyan pergi dan meninggalkan Ayrin.
...........Selama satu bulan ini Briyan selalu membawa wanita bergantian ke kediaman Barata untuk menemaninya tidur."Pantas saja Briyan tidak suka sama kamu. Orang gaya kamu kaya pelayan gitu, eh....bukan pelayan tapi gembel" cibir wanita yang ke 10 Briyan bawa menginap di kediaman Barata.
Ayrin hanya diam, ia sudah terbiasa mendengan kata-kata hinaan seperti itu dari mulut wanita yang Briyan bawa. Bahkan Briyan juga sangat sering menghina penampilannya yang sangat polos dan kampungan itu.
"Sayang kenapa sih, Tante menikahkan kamu dengan wanita gembel seperti itu" tanya wanita pemuas hasrat Briyan itu.
"Mama kasihan aja sama dia" jawab Briyan tanpa memperdulikan perasaan Ayrin.
"Kok kasihan" tanya wanita itu dengan penasaran.
"Kamu aku bayar bukan untuk mencari tahu tentang keluargaku. Tetapi untuk memuaskan nafsuku" jawab Briyan sambil menarik tangan wanita itu dan membawanya masuk ke dalam kamar. Briyan memang pria yang tidak bisa lepas dari yang namanya seks. Ini ke 3 kalinya ia menggauli wanita itu dalam satu hari ini.
"Ya Tuhan kuatkan hatiku untuk menerima cobaan ini" bisik dalam hati Ayrin saat telinganya sudah tidak kuat lagi untuk mendengar suara desahan Briyan dan wanita jalang itu.
Ia menutup ke dua matanya dan berusaha untuk menutup pintu kamar Briyan agar tertutup rapat. Mungkin tadi Briyan lupa menutup pintunya karena sudah terlalu bergairah untuk menikmati tubuh wanita cantik itu.
Hari ini hari Minggu jadi Ayrin satu hari penuh berdiam diri di rumah. Ia menghabiskan waktunya untuk membuat Pizza ala dirinya sendiri dan di bantu para pelayan.
"Kamu itu pantasnya jadi pelayan, bukan jadi istrinya Briyan" suara wanita itu tiba-tiba saja terdengar dari pintu dapur. Saat Ayrin dan pelayan sedang tertawa terbahak-bahak duduk di meja makan yang berada di dapur sambil menikmati Pizza buatan Ayrin.
Ayrin mengarahkan matanya dari arah datangnya suara. Ia melihat Sarah yang sedang berdiri di pintu dapur dengan memakai gaun setengah paha yang berwarna kuning telur. Wanita itu memang sangat menarik, kulitnya putih, rambutnya pirang, tubuhnya seksi.
"Sayang kita ke kamar yuk" ajak Briyan sambil melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggul Sarah.
"Nyonya Kenapa diam saja?" Tanya para pelayan yang sedari dulu tidak suka melihat Sarah.
"Biarkan saja bibi, besok dia akan bosan sendiri" jawab Ayrin dengan santai dan senyum. Tetapi jangan di tanya di dalam hatinya bagaimana hancurnya. Hanya Ayrin lah yang tahu itu.
*****"kak Ayrin" panggil Deny saat ia tiba di pintu utama kediaman Barata. Pagi ini ia sengaja lebih cepat datang menjemput Ayrin agar ia bisa menikmati sarapan buatan kakak iparnya itu."Aku disini" sahut Ayrin dari meja makan."Wah pas banget ini" ucap Deny saat tiba di meja makan dan melihat 2 porsi burger."Ini enak banget, kakak pesan dari mana ?" ucap Deny setelah ia menghabiskan 1 burger yang ada di atas meja."Gak pesan. Aku buat sendiri" jawab Ayrin."Kakak memang pintar masak, aku menyukai setiap masakan kakak" sambil Deny mengacungkan 2 jempolnya ke arah Ayrin."Biasa aja gak usah berlebihan" jawab Briyan sambil bangkit dari bangkunya dan pergi meninggalkan Ayrin dan Deny."Dia memang seperti itu, makanya gak laku-laku. Kalau mama gak jodohkan dia sama kakak, mungkin sampai sekarang dia belum nikah" cibir Deny dengan kesal."Sttt... Gak boleh gitu, mas Briyan kan kakak kamu" jawab Ayrin."Kita berangkat yuk?"
Setelah 5 jam Ayrin di salon kecantikan. Saat ini ia sedang di dalam mobil menuju toko baju langganan Pamela yang waktu 2 tahun lalu Briyan sempat membawanya kesana. Dia benar-benar sudah membulatkan niatnya untuk merubah penampilan dan sikapnya. Selamat ini ia wanita yang polos dan baik. Mungkin besok dia akan menjadi wanita yang seksi dan tegas.Ia memborong seluruh pakaiannya yang ia sukai. Dari gaun, sepatu, tas branded, dan perhiasan mahal. Sampai tiga pelayan toko membantunya menyusun barang belanjaan Ayrin ke dalam mobil miliknya.Sebelum pergi ia tidak lupa memberi uang tip kepada karyawan toko yang membantunya.Security dan pelayan bingung dan tidak mengenal Ayrin setalah ia tiba di kediaman Barata. "Ini benar Nyonya Ayrin?" tanya pelayan Riana. Dia tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Ayrin yang dulu wanita yang selalu memakai celana jeans, kaus, rambut panjang hitam di ikat biasa saja, dan selalu memakai sepatu Sneakers setiap kali pergi k
Tok...tok...tok... Suara ketukan di balik pintu Ayrin."Kamu harus melayani aku malam ini" ucap Briyan setelah Ayrin membuka pintu.Ayrin berusaha menutup pintu namun tangan Briyan menahannya. "Kamu ingin menutupnya?" Tanya Briyan dengan suara yang tidak jelas"Kembali lah ke kamarmu" jawab Ayrin.Briyan memaksa masuk ke dalam kamar dan mendorong tubuh Ayrin hingga terjatuh di atas ranjang.Ayrin berusaha melepaskan diri dari kungkungan Briyan. Namun tenaganya tidak sebanding dengan Briyan. "Lepaskan aku" jerit Ayrin.Briyan mengunci tubuh Ayrin lalu membuka dasi dari lehernya dan mengikat kedua tangan Ayrin . Ia membuka paksa piyama merah yang melekat di tubuh Ayrin. Saat ini wanita cantik yang memiliki lesung Pipit itu sudah setengah telanjang, hanya tinggal bra berwarna hitam yang menutupi kedua gundukannya.Reyhan menghujani wajah, leher, hingga dada Ayrin dengan ciuman penuh gairah dan tidak lupa meninggalkan beberapa tanda kepem
Ayrin kembali ke kediaman Barata waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sebab Rehan mengajak ia dan teman-temannya makan malam sebagai tanda minta maaf."Apa kamu habis berkencan dengan adikku" tanya Briyan saat Ayrin menaiki anak tangga."Itu bukan urusan kamu" jawab Ayrin tanpa melihat Briyan."Apa ? Bukan urusanku?" Briyan menyeringai licik."Maaf akau tidak ada waktu untuk berdebat dengan kamu" Ayrin melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.Sudah 30 menit Briyan menunggu di meja makan, namun Ayrin belum keluar dari kamarnya. Briyan meminta pelayan untuk memanggil Ayrin.Tok.....tok....tok..." Nyonya, tuan menunggu anda di meja makan untuk makan malam" suara pelayan dari balik pintu"Bibi katakan kepada tuan kalau aku sudah makan bersama teman-teman setelah pulang kampus" jawab Ayrin setelah membuka pintu kamarnya."Baik nyonya"Briyan menggebrak meja setelah pelayan menyampaikan apa yang dikatak
Saat kampus selesai, Ayrin langsung bergegas kembali ke kediaman Barata. Ia sangat malu karena semua para kampus sedang membicarakan tentang rumah tangganya.Dengan jantung yang berdetak tidak beraturan, wajah yang merah karena marah. Ia langsung mendobrak pintu kamar Briyan.Briyan saat itu baru keluar dari kamar mandi dan sedang mengenakan handuk kimono, merasa kaget karena Ayrin menerobos masuk. "Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?" Ucap Briyan dengan tatapan tajam."Apa maksud kamu, dengan memberitahukan ke semua orang kalau kamu dan wanita jalang itu tinggal di rumah ini?" Tanya Ayrin dengan lantang."Ha....aku tidak mengerti maksud kamu?" Briyan benar-benar tidak mengerti apa yang di maksud Ayrin. Dia sama sekali tidak pernah mengatakan kepada orang-orang kalau ia tinggal satu rumah dengan Sarah."Tidak usah berpura-pura bodoh. Seluruh kampus membicarakan tentang kamu dan wanita jalang itu""Kamu cemburu?" Cibir Briyan.
Ini saat yang di tunggu-tunggu, di mana Ayrin dan Deny hari ini wisuda. Deny sebagai Desain Interior sedangkan Ayrin Desain Fashion. Namun mereka tidak sebahagia mahasiswa lainnya.Para teman-teman mereka di dampingi orang tuanya. Sedang mereka hanya di dampingi Rehan sahabat lama Briyan."Jangan sedih, kan ada aku" Rehan menepuk pundak Deny untuk memberi semangat."Terima kasih kaka" jawab Deny dengan mata yang berkaca-kaca."Abang kenapa ada di sini ?" Tanya Ayrin yang baru datang dari toilet.Mata Rehan membulat melihat Ayrin, ia tidak menyangka kalau wanita pujaan hatinya hari ini juga wisuda bersama Deny."Kelian sudah saling kenal?" Tanya Deny.""Hm" jawab Ayrin sambil menganggukkan kepalanya."Ow..." Ucap Deny sambil merapikan Sleber atau kerah wisuda Ayrin."Terima kasih" ucap Ayrin dengan senyum."Kamu dan dia..." Tanya Rehan kepada Deny"Iya kak aku dan dia memang dekat, bahkan kami selalu p
Satu hari ini Ayrin sibuk untuk mempersiapkan berkas-berkasnya untuk melamar pekerjaan di perusahaan ONLY SON. Ia sangat berharap bisa di terima di perusahaan itu, sebab perusahaan Only Son salah satu perusahan yang terkenal di bidang desain."Hay nona cantik" sapa Rehan saat Ayrin duduk di sebuah kafe untuk menunggu sahabatnya Susan."Abang kenapa ada disini?" Tanya Ayrin sambil tersenyum mengeluarkan kedua lesung pipinya yang membuat Rehan semakin tergila-gila."Kebetulan siang ini aku ada pertemuan dengan klien di tempat ini. Kamu ngapain duduk sendiri disini?" Rehan balik bertanya."Oh itu...aku lagi nunggu teman" jawab Ayrin."Perlu aku temani gak?" Tawar Rehan."Gak usah Abang, paling sebentar lagi teman saya datang. Sebaiknya Abang menemui klien nya saja, mana tahu orangnya uda nunggu Abang" tolak Zeira dengan ramah."Baiklah, aku tinggal dulu yah?" Rehan melangkah masuk ke ruangan khusus yang ada di kafe itu.Tidak lama
Ayrin duduk termenung di atas sofa di dalam kamarnya. Ucapan Briyan selalu berputar-putar di atas kepalanya. Untuk tinggal bersama di kediaman Barata bersama Briyan dan Sarah sungguh hal yang tidak mungkin. Itu artinya ia harus menahan sakit hati setiap hari.Tok...tok...tok... Suara ketukan dari pintu kamar membuat Ayrin tersadar dari lamunannya. "Nyonya sarapan pagi sudah siap, tuan sudah menunggu anda di meja makan" suara pelayan Riana dari balik pintu."Bibi aku masih siap-siap, katakan kepada mas Briyan agar sarapan terlebih dulu" sahut Ayrin dari dalam kamar. Ia sengaja berlama-lama di dalam kamar agar tidak sarapan bersama. Hatinya akan terasa sakit jika harus satu meja dengan Briyan dan Sarah, ia tahu wanita tidak tahu diri itu pasti akan bermanja-manja jika di dekat Briyan."Baik nyonya" sahut Riana lalu bergegas menuruni anak tangga menuju meja makan."Maaf tuan, nyonya meminta agar tuan sarapan terlebih dulu, beliau masih bersiap-siap" lapor Ri
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, di mana Briyan dan Ayrin saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe tempat mereka untuk bertemu dengan klien."Mas, mas, berhenti sebentar" ucap Ayrin.Briyan menghentikan mobilnya di sisi jalan. "Ada apa sayang ?""Aku mau itu dong mas" Ayrin menunjuk ke arah seberang jalan. Dan diikuti kepala Briyan, pria tampan itu tersenyum setelah melihat apa yang ditunjuk oleh Ayrin."Itu enggak bagus untuk wanita hamil sayang, soalnya itu makanan mengandung pewarna" ucap Briyan dengan lembut.Ayrin tersenyum, "tapi aku pengen itu mas" "Tapi janji makannya gak banyak-banyak" tegas Briyan. Ia ragu untuk memberikan Ayrin makanan sembarangan, sebab dokter mengatakan kalau kandungan wanita cantik itu sangat lemah, bahkan dokter menyarankan untuk istirahat total hingga usia kandungannya 5 bulan.Ayrin mengangkat dua jari tangan berbentuk V. "Janji" ucapnya dengan riang."Oke, kamu tunggu di sini ya ?" Briyan membuka pintu lalu menyebrang jalan untuk m
Kicauan burung di pagi hari membangunkan Briyan dari tidurnya. Pria tampan itu membuka mata dengan malas sambil tersenyum melihat wanita cantik yang tertidur pulas di sampingnya, dengan posisi menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.Briyan mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut. "Aku bahagia bisa memilikimu Ayrin. Bahkan aku pria yang paling beruntung di dunia" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar."I love you sayang" ucap Briyan sambil mengecup kening Ayrin. Sentuhan lembut dari Briyan membuat Ayrin membuka mata. "Mas sudah bangun ?" Ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut.Bukanya menjawab, Briyan malah balik bertanya. "Kenapa wajahnya disembunyikan sayang ?""Malu mas" jawab jujur Ayrin. Rasanya enggan pede menunjukkan wajah bantalnya kepada Briyan. Briyan menarik paksa selimut yang menutupi wajah Ayrin. "Kamu itu cantik banget tahu" puji Briyan."Tapi aku enggak pede mas""Kok gak pede, aku ini suami kamu loh sayang !" Bujuk Briyan. Ia be
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin