"Ayrin" suara cempreng itu terdengar dari arah punggung Ayrin.Ketiganya kompak memutar kepala ke arah pintu utama. "Kak Tasya" ucap Ayrin setelah melihat wajah yang memanggil namanya.Tasya dan suaminya Raymond melangkah menghampiri meja Ayrin. Kedua wanita cantik itu berjabat tangan sambil cium pipi kiri dan pipi kanan."Ayo duduk, kebetulan sekali kita bertemu di sini" ucap Rehan kepada sahabatnya Raymond. Sementara Aldo hanya diam melihat orang-orang yang ada di hadapannya. Ia menggerakkan tangan setelah Ayrin memperkenalkannya kepada Raymond dan Tasya."Ayrin, kamu benar-benar hebat. Lepas satu, nempel dua" ucap Tasya."Sayang" tegur Raymond. Istrinya itu memang bocor, ia tidak bisa memendam apa yang ada di dalam hatinya."Kan benar sayang. Setelah resmi menjadi janda, langsung ada dua pria tampan yang mengawalnya" ucap Tasya."Mereka hanya teman kak" sahut Ayrin sambil tersenyum."Tapi pertemanan kita beda Ayrin, teman tapi demen" ucap Rehan sambil mengedipkan sebelah matanya ke
"tapi kak.....""Aku mohon Ayrin, jangan menolak cintaku. Aku benar-benar menyayangi kamu sepenuh hati" sela Aldo yang membuat Ayrin tidak melanjutkan kata-katanya."Berikut aku kesempatan untuk membuktikan kalau aku benar-benar menyayangi kamu, dan hanya kamulah satu-satunya wanita yang akan mengisi hidupku selamanya" lanjut Aldo dengan wajah yang serius.Sebelum membuka mulut, Ayrin terlebih dahulu menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya. Kedekatannya selama ini dengan Aldo membuat ia yakin dengan apa yang baru terucap dari mulut manis pria tampan itu. Lagi pula tidak ada salahnya jika ia memberikan kesempatan kepada Aldo, mana tahu pria yang ada di hadapannya saat ini adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya. "Hm... baiklah" ucap Ayrin sambil menganggukkan kepala dan tersenyum malu.Aldo mencium kedua punggung tangan Ayrin. "Terima kasih Ayrin. I love you honey" ucapnya dengan penuh semangat."Hm..." Hanya itu yang sanggup ke luar dari mulut wanita cantik itu.Aldo bangkit
Dua bulan telah berlalu, di mana akhir-akhir ini Ayrin sering tidak masuk kantor karena sakit. Wanita cantik itu sering merasa pusing dan mual, namun ia tidak berani untuk memeriksakannya ke rumah sakit. Ayrin takut jika dokter mengatakan kalau ia mengidap penyakit langkah sama seperti almarhum ayahnya. Di mana 15 tahun yang lalu, awal mula penyakit ayahnya sama persis seperti apa yang ia rasakan saat ini."Aku temani kakak ke rumah sakit ya ?" Bujuk Deny."Enggak usah Den, kakak enggak apa-apa" tolak Ayrin."Kakak kenapa enggak mau berobat sih ? Protes Deny dengan wajah yang kesal. Soalnya sudah satu Minggu ini ia mengajak Ayrin untuk berobat ke rumah sakit, tetapi selalu ditolak oleh Ayrin."Kakak enggak sakit Deny, kakak hanya terlalu lelah dan butuh istirahat. lagi pula kakak sudah beli vitamin dari apotik. Jadi kamu enggak perlu khawatir lagi" "Baiklah kalau begitu. Tapi kalau ada apa-apa, segera hubungi aku" ucap Deny."Oke adikku yang tampan""Kalau begitu aku pergi dulu" Deny
Briyan naik ke atas tempat tidur, ia mengangkat tangan lalu menempelkan punggung tangannya di kening Ayrin."AW....." Jerit Ayrin karena terkejut."Kamu kenapa Ayrin ? Ini aku Briyan" Briyan menggenggam kedua pergelangan tangan Ayrin untuk menyadarkan wanita cantik itu. Briyan berpikir kalau Ayrin masih terbawa suasana mimpi."Ha..... Ini benar kamu mas ? Berarti aku gak berhalusinasi dong" ucap Ayrin dengan wajah yang terkejut."Iya ini aku" tegas Briyan.Ayrin menghembuskan napas lega. "Mas kapan datang ?" Ucapnya sambil memperbaiki posisi duduk."Sudah sekitar dua jam yang lalu""Ha....." Ayrin membulatkan mata karena terkejut. "Dua jam yang lalu ? Kenapa mas enggak bangunin aku ?" Lanjutnya."Aku enggak tega, soalnya kamu lagi tidur nyenyak" jawab jujur Briyan. "Oh iya, kamu sakit apa ?" Lanjutnya."Mas tahu dari siapa kalau aku sakit ?""Dari Rehan dan Raymond. Setelah pulang dari sini, mereka langsung ke kafe" jawab Briyan."Ow.... Sebenarnya aku enggak sakit mas. Hanya terlalu
"Ha.... itukan Sarah" ucap Raymond dengan lembut. Pria tampan itu sengaja datang ke sana untuk membeli sebuah mobil baru untuk istrinya Tasya. Karena dua hari lagi ulang tahun pernikahan mereka yang ke 2 tahun. Jadi Raimond ingin memberikan mobil sebagai kado sekaligus surprise untuk istrinya.Raymond memperjelas penglihatannya untuk melihat wajah pria yang sedang berbicara dengan Sarah. Ia langsung terkejut karena wajah pria itu sama persis dengan pria yang makan siang dengan Ayrin beberapa hari yang lalu. "Itukan Aldo, teman Ayrin waktu itu" ucap dalam hati Raymond."Bagaimana pak, apa kita sudah bisa untuk proses transaksi ?" Ucap marketing showroom, yang membuat Raymond tersadar."Oh...i...i...iya mbak" sahut Raymond dengan terbata-bata.Setelah Raymond selesai melakukan transaksi, ia sudah tidak melihat Sarah dan Aldo. Sepertinya mereka sudah meninggalkan showroom, karena mobil Aldo sudah tidak ada lagi di parkiran.Raymond meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Briyan
Deny menaikkan kedua alis untuk memberikan kode pada Raymon. Keduanya melangkah menuju kamar mandi."Kak, bagaimana ini ? Sarah dan Aldo terlihat biasa saja" ucap Deny."Iya, aku juga merasa seperti itu. Aku pikir Sarah pasti gugup dan salah tingkah saat bertemu dengan Aldo""Atau kakak salah orang gak waktu itu ?" Deny berpikir demikian."Enggak Deny, aku jelas-jelas melihat Sarah ke luar dari sebuah ruangan dan berlari mengejar Aldo sambil memegang perutnya" Raymond mengatakan apa yang ia lihat dua hari yang lalu."Mungkin kita harus mencari tahu tentang mereka dari karyawan showroom. Mereka pasti tahu tentang Aldo dan Sarah. Setidaknya kita bisa tahu apa hubungan mereka berdua dan sejak kapan mereka memiliki hubungan" lanjut Aldo."Iya, itu ide bagus kak. Jika malam ini kita tidak mendapatkan bukti apapun, besok aku akan ke showroom milik Aldo. Kita tidak bisa membiarkan ini terlalu lama. Jika benar Sarah berkhianat kepada kak Briyan ! Itu artinya ada harapan untuk kak Ayrin dan Br
Ayrin hanya diam dan tidak membalas ciuman Briyan. Bahkan kepalanya jadi pusing karena mencium bau alkohol dari mulut pria tampan itu.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu.Ayrin dengan sigap melepaskan bibirnya dari bibir Briyan. "Mas tolong lepaskan, aku mau buka pintu" ucap Ayrin dengan wajah yang memohon sambil tangannya berusaha membuka tangan kekar Briyan dari pinggulnya.Briyan menggelengkan kepala. "Aku tidak akan pernah melepaskan kamu" ucapnya.Setelah 5 menit, akhirnya pintu terbuka dan Deny muncul dari balik pintu."Upzz......." Deny menutup mulut dengan jari tangan ketika melihat Ayrin dan Briyan sedang berpelukan di atas tempat tidur dengan posisi Ayrin di atas dan Briyan di bawah. Saat itu juga ia memutar tubuh untuk ke luar dan kembali menutup pintu. Tadinya Deny berniat untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di sana."Tunggu Den" panggil Ayrin saat Deny memutar tubuh untuk pergi."Mas, tolong dong lepaskan aku" Ayrin merasa malu, ia takut jika Deny berpi
Sepanjang perjalanan menuju apartemen, kata-kata Raymond dan Rehan berputar-putar di kelapa Briyan. Ia tidak bisa membayangkan betapa malunya saat bertemu dengan orang-orang yang hadir pada malam itu."Kamu dari mana sih ? Di telepon gak di angkat, pesan enggak dibalas" gerutu Sarah ketika Briyan masuk dari pintu.Briyan hanya diam, pria tampan itu berjalan melewati Sarah dan masuk ke dalam kamar. Menjawab pertanyaan Sarah hanya untuk membuat masalah, itu sebabnya Briyan memilih diam."Ditanya bukannya dijawab" protes Sarah sambil mengikuti langkah Briyan dari belakang masuk ke dalam kamar."Sarah, aku enggak ada waktu untuk berdebat" ucap Briyan."Siapa yang mau berdebat ? Wajar dong seorang istri menanyakan suaminya dari mana tidak pulang satu hari satu malam" "Kamu kan sudah tahu kalau satu malam ini aku di acara anniversary Raymond dan Tasya" jawab Briyan dengan wajah yang dingin. Ia melepaskan pakaiannya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli dengan tatapan Sarah.
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, di mana Briyan dan Ayrin saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe tempat mereka untuk bertemu dengan klien."Mas, mas, berhenti sebentar" ucap Ayrin.Briyan menghentikan mobilnya di sisi jalan. "Ada apa sayang ?""Aku mau itu dong mas" Ayrin menunjuk ke arah seberang jalan. Dan diikuti kepala Briyan, pria tampan itu tersenyum setelah melihat apa yang ditunjuk oleh Ayrin."Itu enggak bagus untuk wanita hamil sayang, soalnya itu makanan mengandung pewarna" ucap Briyan dengan lembut.Ayrin tersenyum, "tapi aku pengen itu mas" "Tapi janji makannya gak banyak-banyak" tegas Briyan. Ia ragu untuk memberikan Ayrin makanan sembarangan, sebab dokter mengatakan kalau kandungan wanita cantik itu sangat lemah, bahkan dokter menyarankan untuk istirahat total hingga usia kandungannya 5 bulan.Ayrin mengangkat dua jari tangan berbentuk V. "Janji" ucapnya dengan riang."Oke, kamu tunggu di sini ya ?" Briyan membuka pintu lalu menyebrang jalan untuk m
Kicauan burung di pagi hari membangunkan Briyan dari tidurnya. Pria tampan itu membuka mata dengan malas sambil tersenyum melihat wanita cantik yang tertidur pulas di sampingnya, dengan posisi menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.Briyan mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut. "Aku bahagia bisa memilikimu Ayrin. Bahkan aku pria yang paling beruntung di dunia" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar."I love you sayang" ucap Briyan sambil mengecup kening Ayrin. Sentuhan lembut dari Briyan membuat Ayrin membuka mata. "Mas sudah bangun ?" Ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut.Bukanya menjawab, Briyan malah balik bertanya. "Kenapa wajahnya disembunyikan sayang ?""Malu mas" jawab jujur Ayrin. Rasanya enggan pede menunjukkan wajah bantalnya kepada Briyan. Briyan menarik paksa selimut yang menutupi wajah Ayrin. "Kamu itu cantik banget tahu" puji Briyan."Tapi aku enggak pede mas""Kok gak pede, aku ini suami kamu loh sayang !" Bujuk Briyan. Ia be
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin