Briyan naik ke atas tempat tidur, ia mengangkat tangan lalu menempelkan punggung tangannya di kening Ayrin."AW....." Jerit Ayrin karena terkejut."Kamu kenapa Ayrin ? Ini aku Briyan" Briyan menggenggam kedua pergelangan tangan Ayrin untuk menyadarkan wanita cantik itu. Briyan berpikir kalau Ayrin masih terbawa suasana mimpi."Ha..... Ini benar kamu mas ? Berarti aku gak berhalusinasi dong" ucap Ayrin dengan wajah yang terkejut."Iya ini aku" tegas Briyan.Ayrin menghembuskan napas lega. "Mas kapan datang ?" Ucapnya sambil memperbaiki posisi duduk."Sudah sekitar dua jam yang lalu""Ha....." Ayrin membulatkan mata karena terkejut. "Dua jam yang lalu ? Kenapa mas enggak bangunin aku ?" Lanjutnya."Aku enggak tega, soalnya kamu lagi tidur nyenyak" jawab jujur Briyan. "Oh iya, kamu sakit apa ?" Lanjutnya."Mas tahu dari siapa kalau aku sakit ?""Dari Rehan dan Raymond. Setelah pulang dari sini, mereka langsung ke kafe" jawab Briyan."Ow.... Sebenarnya aku enggak sakit mas. Hanya terlalu
"Ha.... itukan Sarah" ucap Raymond dengan lembut. Pria tampan itu sengaja datang ke sana untuk membeli sebuah mobil baru untuk istrinya Tasya. Karena dua hari lagi ulang tahun pernikahan mereka yang ke 2 tahun. Jadi Raimond ingin memberikan mobil sebagai kado sekaligus surprise untuk istrinya.Raymond memperjelas penglihatannya untuk melihat wajah pria yang sedang berbicara dengan Sarah. Ia langsung terkejut karena wajah pria itu sama persis dengan pria yang makan siang dengan Ayrin beberapa hari yang lalu. "Itukan Aldo, teman Ayrin waktu itu" ucap dalam hati Raymond."Bagaimana pak, apa kita sudah bisa untuk proses transaksi ?" Ucap marketing showroom, yang membuat Raymond tersadar."Oh...i...i...iya mbak" sahut Raymond dengan terbata-bata.Setelah Raymond selesai melakukan transaksi, ia sudah tidak melihat Sarah dan Aldo. Sepertinya mereka sudah meninggalkan showroom, karena mobil Aldo sudah tidak ada lagi di parkiran.Raymond meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Briyan
Deny menaikkan kedua alis untuk memberikan kode pada Raymon. Keduanya melangkah menuju kamar mandi."Kak, bagaimana ini ? Sarah dan Aldo terlihat biasa saja" ucap Deny."Iya, aku juga merasa seperti itu. Aku pikir Sarah pasti gugup dan salah tingkah saat bertemu dengan Aldo""Atau kakak salah orang gak waktu itu ?" Deny berpikir demikian."Enggak Deny, aku jelas-jelas melihat Sarah ke luar dari sebuah ruangan dan berlari mengejar Aldo sambil memegang perutnya" Raymond mengatakan apa yang ia lihat dua hari yang lalu."Mungkin kita harus mencari tahu tentang mereka dari karyawan showroom. Mereka pasti tahu tentang Aldo dan Sarah. Setidaknya kita bisa tahu apa hubungan mereka berdua dan sejak kapan mereka memiliki hubungan" lanjut Aldo."Iya, itu ide bagus kak. Jika malam ini kita tidak mendapatkan bukti apapun, besok aku akan ke showroom milik Aldo. Kita tidak bisa membiarkan ini terlalu lama. Jika benar Sarah berkhianat kepada kak Briyan ! Itu artinya ada harapan untuk kak Ayrin dan Br
Ayrin hanya diam dan tidak membalas ciuman Briyan. Bahkan kepalanya jadi pusing karena mencium bau alkohol dari mulut pria tampan itu.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu.Ayrin dengan sigap melepaskan bibirnya dari bibir Briyan. "Mas tolong lepaskan, aku mau buka pintu" ucap Ayrin dengan wajah yang memohon sambil tangannya berusaha membuka tangan kekar Briyan dari pinggulnya.Briyan menggelengkan kepala. "Aku tidak akan pernah melepaskan kamu" ucapnya.Setelah 5 menit, akhirnya pintu terbuka dan Deny muncul dari balik pintu."Upzz......." Deny menutup mulut dengan jari tangan ketika melihat Ayrin dan Briyan sedang berpelukan di atas tempat tidur dengan posisi Ayrin di atas dan Briyan di bawah. Saat itu juga ia memutar tubuh untuk ke luar dan kembali menutup pintu. Tadinya Deny berniat untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di sana."Tunggu Den" panggil Ayrin saat Deny memutar tubuh untuk pergi."Mas, tolong dong lepaskan aku" Ayrin merasa malu, ia takut jika Deny berpi
Sepanjang perjalanan menuju apartemen, kata-kata Raymond dan Rehan berputar-putar di kelapa Briyan. Ia tidak bisa membayangkan betapa malunya saat bertemu dengan orang-orang yang hadir pada malam itu."Kamu dari mana sih ? Di telepon gak di angkat, pesan enggak dibalas" gerutu Sarah ketika Briyan masuk dari pintu.Briyan hanya diam, pria tampan itu berjalan melewati Sarah dan masuk ke dalam kamar. Menjawab pertanyaan Sarah hanya untuk membuat masalah, itu sebabnya Briyan memilih diam."Ditanya bukannya dijawab" protes Sarah sambil mengikuti langkah Briyan dari belakang masuk ke dalam kamar."Sarah, aku enggak ada waktu untuk berdebat" ucap Briyan."Siapa yang mau berdebat ? Wajar dong seorang istri menanyakan suaminya dari mana tidak pulang satu hari satu malam" "Kamu kan sudah tahu kalau satu malam ini aku di acara anniversary Raymond dan Tasya" jawab Briyan dengan wajah yang dingin. Ia melepaskan pakaiannya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli dengan tatapan Sarah.
Suara kicauan burung menambah keindahan di pagi hari. Ayrin sedang berdiri di balkon sambil mengibaskan rambut panjangnya. Wanita cantik bernama biru itu baru selesai mandi, karena mulai hari ini ia akan kembali bekerja. Walaupun rasa mual masih sering ia rasakan.Seketika matanya mengerut melihat mobil yang baru masuk dari gerbang. Dulunya mobil itu sering parkir di kediaman Barata, tetapi sudah beberapa bulan ini tidak lagi."Itu kan mobil Sarah !" Ucap Ayrin sambil memperjelas penglihatannya.Tidak lama, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ayrin melangkah meninggalkan balkon menuju pintu."Permisi nyonya. Nona Sarah menunggu anda di ruang tamu" ucap pelayan dengan hormat."Baik bi, sebentar lagi aku ke sana" Ayrin menutup pintu, ia meraih pakaian kantor dari dalam lemari lalu mengenakannya. Setelah itu baru ia melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Sarah yang duduk di ruang tamu."Selamat pagi Ayrin" sapa Sarah dengan lembut."Pagi Sarah" balas Ayrin tidak kalah lemb
"Aku juga gak tahu kak" jawab Deny."Terus kamu kenapa ada di sini ?""Anak pemilik bar ini temanku, dia yang menghubungiku dan memberitahu kalau kak Briyan sudah mabuk parah, itu sebabnya aku datang kemari" jawab jujur Deny, karena memang anak dari pemilik bar itu lah yang menghubungi Deny dan memintanya untuk segera datang ke sana."Ow...." Sahut singkat Ayrin."Mas kita pulang ya ? Ini sudah larut malam" bujuk Ayrin dengan lembut."Hm.... pulang ? Aku enggak mau" tolak Briyan dengan nada yang tidak jelas."Mas, ini sudah larut malam. Aku antar kamu pulang ya ?" Ayrin berusaha membujuk Briyan untuk pulang. Ia bersikap lembut layaknya seorang ibu yang sedang membujuk anaknya yang sedang merajuk. Dan pada akhirnya Briyan menuruti apa yang dikatakan Ayrin, tetapi dengan satu syarat, Ayrin tidak akan mengantarnya ke apartemen melainkan membawanya pulang ke kediaman Barata.Dalam perjalanan menuju kediaman Barata, tiba-tiba Ayrin muntah akibat mencium baunya aroma alkohol, perutnya teras
Ketika Ayrin melihat bus memasuki terminal, ia tersenyum bahagia. Ia percaya kalau Eribka ada di dalam sana, karena bus itulah yang ada di desa mereka. Setelah 5 menit berhenti, akhirnya Eribka muncul dari pintu bus. Wanita cantik itu sama sekali tidak melihat keberadaan Ayrin di sana."Eribka" panggil Ayrin dan langsung memeluk sahabatnya itu. Sontak hal itu membuat Eribka terkejut, namun ia langsung membalas pelukan Ayrin."Aku sangat merindukanmu Eribka" ucap Ayrin, ia melepaskan pelukannya dari Eribka dan mencium kedua pipi sahabatnya itu secara bergantian. Begitu juga dengan Eribka, wanita cantik itu juga mencium kedua pipi Ayrin, bahkan ia sampai meneteskan air mata."Aku juga sangat merindukanmu Ayrin" balas Eribka.Ayrin mengangkat kedua tangan, ia menyeka air mata dari kedua pipi Eribka. "Jangan menagis dong, kan kita sudah bertemu dan bersama kembali" ucapnya sambil tersenyum, namun kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca."Aku menagis karena bahagia, bisa bertemu lagi dengan